22

22 2 6
                                    

•Key pov•

"Jack!!! Banguuuun!", paksa wanita itu pada manusia pucat berlumur darah di depannya.

Aku mendengar kalimat itu berulang ulang. Diikuti dengan sesenggukan yang membuat tenggorokanku ikut merasa janggal.

Kupaksa kakiku mendekat padanya. Saat itu pula tanganku meraih bahunya yang telanjang karena masih memakai summer dress pemberianku tadi siang. Rambut panjangnya terurai kacau, dan ia tak lagi peduli dengan itu. Kubuka jaket hitamku, untuk melindungi bahunya dari angin malam.

"Ssh, Ara. Kuatlah."

Bahkan ia tak menoleh meski mendengarku berbicara.

Aku mengangkat pandanganku pada sirine ambulance yang berisik. Warna lampunya membuatku makin marah. Beberapa polisi di sekeliling kami terus mengawasi, seakan takut kami membawa pergi manusia yang tak lagi bernapas itu.

Kudatangi salah satunya, "Pak, apa Arasely diperlukan untuk penyelidikan?"

"Ya, kami menemukan banyak bukti yang membawa nama Arasely sebagai petunjuk."

Lidahku berdecak spontan, kesal.

"Ini kartu namaku, pegang saja sebagai jaminan. Wanita itu tidak siap jika harus melakukannya sekarang juga."

~

Aku pernah mengira diriku hebat karena membuatnya melupakan lelaki itu dengan cepat.

Jadi, selama ini aku hanya besar kepala.

Bahkan aku tak yakin, ia akan menangis separah itu jika aku yang mati. Ekspresi wajahnya seperti menggambarkan seberapa hancur hatinya melihat Jack berhenti bernapas.

"Ara..", panggil ku setelah mobil kami berhenti di depan apartment.

Dia hanya diam, menatap high heels nya dalam dalam.

"Arasely, aku memanggil."

Ia belum jua bergerak ataupun berhenti menangis.

"Ara! Apa dia akan hidup lagi jika kau terus begini, ha?! Bangun Araa! Jack tidak akan kembali!"

Tangisnya terhenti, disembunyikan bibir bawahnya, kemudian menoleh.

"Lalu, kau pikir aku akan membaik setelah mendengar perkataanmu barusan? Itu tidak membantu, Key!"

Brakk!
Pintu mobilku dibanting bersamaan dengan perasaanku.

Dia meninggalkanku, sendiri.

~
•Author pov•

Now playing - XXXTENTACION_Changes

Alunan lagu itu diputar berulang dan keras sekali. Ia tak tau kemana arah yang dituju. Ia juga tak tau apa ada yang menginginkan kepulangannya malam ini.

Beberapa kalimat menyakitkan tadi masih mengganggu kepalanya. Membuat beban yang amat sangat berat, menekan di tempat yang sama hingga membuatnya tak lagi kuat.

Kecepatan mobilnya diturunkan, melihat sebuah tempat bercahaya di depan sana.

Ah, Bar.

Kata hatinya tersenyum, menemukan pelarian yang tepat.

"Mungkin aku harus menginap.", pamitnya pada siapapun yang mendengar.

~

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi"

Jam menunjukkan pukul 6 pagi, waktu dimana Ryan harusnya masih tertidur lelap. Tapi hari ini ia sudah mondar-mandir dengan ponsel menempel di telinga. Ia gelisah karena Key tidak pulang kerumah, dan Ara tidak peduli dengan keberadaan pacarnya.

CHAOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang