5

38 6 3
                                    

•Author pov•

~Flashback on~

Makhluk yang tidak pantas disebut manusia itu terus memandangi Key dari balik jeruji besi berkarat. Seluruh tubuhnya gemetaran,kulitnya keriput,dan matanya hitam berkantung.

Pandangan Key beralih pada papan kecil yang berada tepat diatas kepalanya.

Percobaan I
Lelaki paruh baya yang kurus.
Kategori : Safe

Lelaki itu langsung tau bahwa semua ini adalah percobaan negara terhadap berbagai macam jenis manusia,karena ayahnya adalah penasihat pemerintah. Dadanya sesak karena tau inilah alasannya diasingkan sejak kecil. Tinggal dirumah berbeda,sekolah berpindah-pindah negara,bahkan tak tau siapa ibunya yang disebut-sebut wanita cantik asal korea.

Key menangis.

Ia menoleh ke kanan dan melihat jeruji jeruji besi lainnya. Dengan papan nama yang berbeda,namun berisi makhluk yang sama mengenaskannya.

Key baru saja melihat rahasia negaranya.
Rahasia percobaan bahan kimia untuk senjata peperangan dunia di masa yang akan datang,begitu perkiraannya.

Diamatinya makhluk-makhluk aneh itu dengan hati teriris. Sampai ia mendengar suara ayahnya memenuhi telinga. Sekarang ia tau nyawanya sedang terancam.

"Keeey!!! Siapa yang bilang kau boleh kesini???!"

Ia berlarian mengelilingi bangunan luas itu. Dia bahkan tidak peduli saat sepatunya yang longgar tercecer. Tak ada mata yang melihat kecuali si lelaki berperut buncit. Ia berbalik untuk melihat keadaan,tapi ia tak tau bahwa si buncit yang memegang pistol itu langsung menarik pelatuknya.

DORRR!

Darah itu mengalir memerahkan kemeja biru langitnya. Telinganya berdenging karena peluru baru saja menembus tubuh,meleset sedikit dari jantung. Keringatnya bercucuran,napasnya terengah-engah. Tapi ia lega,jantungnya masih ada disana.

Kakinya terseok-seok menimbulkan bunyi decitan di lantai rumahnya sendiri. Orang yang baru saja menembaknya diam saja,seakan menunggunya terjatuh dan mati.

"Ini karena kau tidak menghargai privasi ayah dan negaramu.",gema suara pembunuh itu.

Lelaki sekarat itu masih memegangi dadanya yang berdarah. Kemudian ia menyeringai sinis,"Ayah,kau bahkan rela membunuhku karena aku tau busuknya negara ini?"

"...apa belum cukup selama ini aku harus hidup terisolasi dari semua orang?",lanjut lelaki berumur 20 tahunan itu sambil terbatuk batuk.

Sang pembunuh yang memang ayahnya sendiri itu mendekat,"Membunuh? Kau bahkan belum mati. Semua yang ayah lakukan ini adalah untuk kebaikanmu sendiri."

Seakan belum cukup,sang ayah mengarahkan pistolnya pada tempat lain ditubuh berdarah itu. Airmatanya menetes melihat darah yang tak berhenti mengalir dari dada putranya. Tapi ia masih saja menganggap ini adalah bentuk perlindungannya sebagai seorang ayah.

"...memang harusnya aku saja yang mengurusmu nak,karena mereka tidak akan membiarkanmu hidup lebih lama"

Anak semata wayangnya itu menelan ludah dengan susah payah,"Kalau nanti aku mati atau menghilang,sampaikan salamku untuk Gweny yah. Katakan padanya,aku mencintainya."

...

...

DORR!

Kemudian hening.
Langkah kaki si pembunuh terasa menjauh. Makin jauh sampai tak terdengar lagi. Key berkedip-kedip tak menyangka bahwa dirinya masih hidup. Ia mencari ayahnya yang tidak lagi berada disana.

CHAOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang