•Author pov•
"Key?",Arasely mengangkat kepalanya untuk melihat si anonim yang ternyata bernama Key.
Key mengangguk sambil tersenyum.
Arasely mendadak tertawa padahal kedua pipinya masih basah. Key kebingungan. Lelaki itu bahkan berpikir untuk membawa Arasely ke psikiater setelah ini.
"Apa namaku terdengar.. aneh?"
Arasely berhenti tertawa. Sembari tersenyum dia menatap Key,"Bukan hanya namamu,semua tentangmu terasa aneh."
"Tunggu. Katakan kenapa namaku aneh,Arasely."
Arasely mengambil selembar tisu pemberian Key tadi dan mengusap pipinya sendiri,"Belikan aku es krim. Baru akan kuberi tau"
Key yang sedari tadi menunggu jawaban,menarik napas panjang.
"Kau ini benar benar tidak berniat untuk diet ya?"
Wanita chubby itu berkedip kedip dengan matanya yang sayu dan merah.
"....ya sudah,tunggulah disini"
~
"Titik 025,Lakewood Ave Street report. Dia ada di depan Red caffee bersama wanita,mungkin pacarnya."
"Mustahil. Semua orang tau dia punya tunangan."
"Tapi wanita itu baru saja menangis di pelukannya,tuan."
Lelaki paruh baya itu menarik napas panjang,"Awasi saja dia dengan baik. Aku tidak ingin anakku satu satunya mati sia-sia. Kalaupun dia harus mati,aku saja yang akan membunuhnya."
"Siap Tuan!"
~
•Key pov•
Sudah puluhan menit ia melamun . Es krim nya juga sudah habis daritadi.
"Arasely.. Hari sudah mulai gelap,dan es krim mu sudah habis sejak tadi. Kau belum mau bilang kenapa kau tadi tertawa?"
Arasely tertawa makin nyaring. Kemudian berhenti.
"Tidak ada yang salah. Aku hanya ingin mencari alasan untuk berpura-pura tertawa."
Aku menganga,"Wah. Kenapa akting mu begitu natural? Aku hampir saja mengganti akta kelahiranku..."
"..baiklah,jika itu memang menenangkan."
"Aku ingin tertawa sampai aku mati,Key. "
"Hei,orang-orang tak akan menguburkan mayat yang tertawa."
Wanita cantik didepanku ini tersenyum perih,"Ya,aku tau. Kalau begitu kau saja yang menguburku."
Aku tersenyum,sekarang aku tau dia tidak sedang bercanda.
~
•Arasely pov•
Aku sudah siap dengan celana jeans dan kaus hijau army oversize ku. Tujuh hari sudah aku berlagak menjadi pengangguran. Hari ini aku harus bekerja.
Aku berkaca sekali lagi pada cermin untuk melihat apakah make up ku sudah berhasil menutupi mataku yang bengkak akibat tangis semalam. Ya,aku menceritakannya pada Key.
Aku masih heran kenapa lelaki itu datang tiba-tiba dan bisa membuatku merasa terbantu. Semua unek-unek yang kusimpan rasanya mengalir begitu saja lewat mulutku,tanpa ia paksa.
Kusahut tas kecil milikku di dekat kaca.
Secara otomatis aku melirik foto dalam figura kecil itu. Dimana aku tersenyum tanpa perintah,dan Jack yang merangkulku tanpa aba-aba pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAOS
Teen FictionHigh rank #3 - #pemerintahan 1 September 2018 Aku berdiri ketakutan dibelakang bahunya yang lebar. Kuremas kain di sisi kanan kiri tubuhnya yang mulai basah oleh keringat. Harusnya aku tau,dia juga ketakutan sepertiku. "DORR!" Waktu terhenti. Pupi...