12

20 3 1
                                    

•Key pov•

Kusuruh dia pindah namun dia tetap diam menatapku. Kami berpandangan beberapa detik,kemudian dia mengelus pipi kiriku.

"Hey,Key. Aku wanita,bukan berarti aku tidak bisa membantu meringankan masalahmu. Tolong ceritakan saja. Ya?"

Matanya menatapku seakan dia adalah milikku satu satunya.

"Boleh kuminta waktu dua hari,Ara? Ini adalah hal yang belum pernah kuceritakan pada siapapun. Aku bahkan belum pernah punya teman sejak pindah dari Jackson Town."

"Kau bilang Jackson town?"

"Ya,aku dulunya pernah tinggal disana. Kenapa terkejut?"

Arasely tersenyum perih,"Disana tepatnya aku kehilangan hartaku yang paling berharga"

Berharga?
Apa maksudnya?
Bukan "itu",kan?

"Ah,sudahlah. Ayo belanja.",kataku memotong pikiran negatifku sendiri.

Kugandeng tangannya saat kami sudah keluar dari mobil. Aku juga tak tau kenapa aku masih ragu mengikatnya dengan resmi.

Ya,pilihanku memang tetap bersamanya meski berbahaya. Pilihanku juga untuk terus menjaganya. Tapi kenapa aku seakan punya keraguan besar untuk meng-klaim dia sebagai "milikku"?

Apa aku sedang kasihan pada Gweny?

"Key,menurutmu Ryan butuh ini atau tidak ya?",Arasely mengajakku bercanda. Ia baru saja menunjuk boneka beruang besar berwarna pink. Tentu saja Ryan akan muntah muntah jika kami memberinya ini.

"Kau ini. Kau mau dia pindah rumah dan meninggalkanmu sendiri,ha?",aku tertawa seakan aku tidak memikirkan sesuatu yang berat.

"Tuan Kyne Nathaniel. Ada satu hal yang belum kau ketahui tentangku. Guess what?",Ara bilang begitu sembari memilih brokoli paling bagus di sebuah keranjang.

"Hmm apa ya? Kurasa kau tau,aku ini punya bakat meramal. Jadi aku tau semuanya. "

"Oke. Kalau begitu,kau tau juga siapa nama lengkapku?"

Shit.
Aku benar-benar lupa bertanya sejak awal.

"Ah,emm.. Hehehe siapa ya?",kataku malu.

"Kau ingin tau?"

"Tentu saja,Ara. Dalam hal ini aku susah meramalnya"

Ia mengulurkan tangannya yang putih,"Kenalkan,Tuan Kyne Nathaniel. Namaku Arasely Kainagweny"

Telingaku panas rasanya.
Kainagweny?

Ah,permainan takdir.
Lagi.

~

"Holla,bro. What's up?",sapaku terhadap Ryan yang sedang tiduran di sofa dengan nametag tergantung di leher.

"Ah,holla Key. Bekerja itu sungguh melelahkan ya.",matanya lesu seperti lelah sekali.

Arasely tertawa,"Yasudah aku masak untuk makan siang dulu. Kalian berdua belum ma..?"

"BELUM. CEPAT MASAK",aku dan Ryan bersamaan menoleh pada Arasely.

"Kalian ini jangan jangan satu ibu atau satu ayah. Telusuri lagi ya silsilah keluargamu."

Wanita cantik itu mengikat rambutnya sembarang kemudian memakai celemek untuk memasak. Dia masih dengan setelan casual hitam yang tadi ia kenakan saat berbelanja denganku. Mungkin ia kira aku sedang asik menonton reality show. Tapi dia salah. Aku sedang memperhatikannya memasak dari sini.

Cantik.
Padahal yang kulihat hanya bagian belakangnya saja.
Dan sekali lagi kusampaikan. Ia tidak ramping.

"Hey,bro. Apa matamu akan terus mengarah ke "situ"? "

CHAOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang