"Bibi, benarkah aku akan ke London?"
Setelah meneguk teh di tangannya. Wanita paruh baya yang duduk berseberangan dengan Eunha itu tersenyum dan mengangguk.
"Tentu saja. Nilaimu tinggi sekali. Akan sangat sia-sia jika kau tidak mendapat wawasan lebih di luar negeri" Bibi Hyoin itu menggenggam kedua tangan ponakannya yang sudah layaknya seorang anak baginya.
"Ini adalah cita-cita kedua orangtuamu sejak dulu Eunha. Mereka pasti amat bangga jika benar-benar terjadi. Bukankah begitu?"Manik mata Eunha menatap ke arah bingkai foto yang berada di atas mejanya. Foto dimana sang Ayah sedang menggendong Ye Eun dan dirinya yang berdiri di tengah Ayah dan Ibunya.
"Bagaimana dengan Ye Eun?" Tanya Eunha kemudian.
"Tenang saja. Ye Eun akan bersama bibi dan pamanmu. Fokuslah mengejar cita-citamu" jawab Bibi Hyoin kemudian melepaskan genggaman tangannya dan Eunha.
"Apa ada masalah?"
Eunha menggeleng.
"Animida. Kapan aku berangkat?"Bibinya tersenyum hangat dan menjawab "Mungkin dua hari lagi. Tetapi itu belum pasti karena Pamanmu selalu sibuk" di akhiri tawa kecil pada ucapan beliau.
Eunha menarik nafas perlahan. Sedikit mengisi paru-parunya yang mendadak sesak entah karena alasan apa.
Kemudian kepalanya menoleh ke arah jendela apartemennya. Tatapannya menerawang jauh melewati lapisan kaca jendela itu. Memori ingatannya menyusun beberapa potongan kejadian di Seoul.
"Sebegitu cepatkah aku meninggalkan tempat yang baru aku tempati?" Lirihnya.
Bibi Hyoin mengerti tentang Eunha yang tak mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dunia luar.
"Jika kau keberatan, bibi akan bicara pada pamanmu agar rencana itu dibatalkan. Jadi jangan terlalu di pikirkan"
Eunha menoleh kilat.
"Tidak perlu Bi. Aku akan pergi"Lagipula banyak yang harus ku lupakan dari tempat ini.
"Benarkah? Syukurlah kau setuju"
¤¤¤
Gadis bermarga Kim ini sedang berdiri menghadap beberapa papperbag di tergeletak di depan kakinya.
Papperbag yang berisi beberapa barang yang di beli Jungkook untuknya di Myeongdong. Awalnya ia pikir itu untuk lelaki itu sendiri. Ternyata Jungkook bilang bahwa beberapa ia beli untuk Eunha.
Namun, semua pemberian itu akhirnya na'as termakan oleh api yang di sulut oleh Eunha sendiri. Gadis itu menatap barang barang itu yang sepersekian detik terus di telan bulat bulat dan hancur menjadi abu oleh api yang mengurungnya.
Dua hari setelah graduation, ia sama sekali tak selera keluar dari apartemen dan hal itu sukses memperburuk perasaannya. Bahkan setelah keluar dari sekolah setelah acara itu, Jungkook mencoba menahan kepergiannya dan berusaha menjelaskan segalanya. Namun hasilnya nihil. Eunha masih tidak bisa mempercayainya.
"Eonni.."
Eunha menoleh melihat sang adik berdiri di depan pintu kamar miliknya sendiri dan menatap ke arahnya sendu.
"Kau benar-benar akan pergi?"
Eunha berjalan ke arah sofa yang tadi ia duduki dengan Bibi Hyoin. Tangannya menepuk sisi sofa di sebelahnya. "Kemarilah"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My BadBoy [Revisi]
FanfictionNOTE! (Penulis di akun ini sudah meninggalkan akun ini dan membuat akun baru untuk memperbaiki kesalahan dan tata penulisan yang kacau di akun ini. Beberapa part cerita ini berantakan. Namun karena masih ada beberapa pembaca yg menyukai, cerita tid...