#10. Klimaks

3.2K 234 6
                                    

Aku dalam perjalanan menuju restoran Sekjin Oppa menggunakan taksi yang sudah ku pesan. Saat di tengah perjalanan, netraku mendapati tetes demi tetes air hujan mulai membasahi permukaan London.

Jantungku berdegup tidak normal. Lebih cepat dari biasanya. Aku takut Jungkook melakukan hal yang mengerikan pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, taksi yang ku tumpangi malah terjebak kemacetan. Waktuku akan habis jika begini. Ku putuskan untuk turun disini. Restoran Seokjin Oppa tak jauh. Mungkin

Aku berlari menerobos hujan yang terasa semakin rapat dan deras.Gaun yang ku gunakan mulai basah. Tubuhku basah. Riasanku berantakan.

Aku tak peduli.

Nyatanya Jungkook lebih mendominasi pikiranku.

Karena merasa kesulitan, aku melepas high heels yang mengurung kakiku sejak tadi dan lebih memilih membawanya pada tanganku lalu melanjutkan langkahku.

Beberapa menit, aku sampai di depan restoran Seokjin Oppa. Ia sudah menungguku di meja kasir.

Aku belum masuk. Aku sadar gaunku sangat basah kuyup.

"Ini pakai mantelku. Dia ada di ruanganku. Masuklah" ucap Seokjin Oppa seraya menyerahkan mantel hitam tebal padaku.

"Gamsahamnida Oppa." Ucapku sebelum masuk ke dalam restorannya yang terasa lebih hangat dari suhu udara di luar.

Kakiku langsung melangkah ke ruangannya. Tanpa di temani si pemilik. Ia memberikanku privasi dan waktu untuk berbincang dengan Jungkook.

Ketika baru sampai, yang aku dengar dari dalam adalah suara benda pecah. Buru-buru aku masuk dan mendapati ruang kerja Seokjin Oppa dalam keadaan buruk.

Banyak sekali serpihan botol bir dan isinya yang mengalir kemana-mana. Bau khas minuman keras itu langsung menyeruak ke indra penciumanku.

"Jungkook.." gumamku melihat lelaki dengan kemeja yang kusut sana sini sedang bersandar di dinding dengan kepala yang setia menghadap ke lantai.

Jungkook dengan kilat mengangkat kepalanya menghadapku. Seolah tak percaya aku sungguhan ada di hadapannya, ia bertanya sambil menegakkan tubuhnya.
"Eunha?"

Aku mengangguk tanpa suara.

Lalu tanpa ku duga, ia berlari ke arahku mengabaikan kakinya yang menginjak banyak pecahan botol alkohol di lantai. Perlu di ketahui bahwa Jungkook hanya menggunakan kaos kaki saja.

Sampai di depanku, ia menatapku sejenak lalu menarikku ke dalam dekapannya.

Ia memelukku keterlaluan erat sampai aku merasa gaunku yang basah bisa mengeluarkan air yang ia serap.

Wajahnya tenggelam dalam bahuku.
"Aku sakit Eun" lirihnya.

Suaranya pilu. Lemah. Dan berhasil menyayat hatiku begitu dalam.

Aku membiarkannya bicara.

"Aku merindukanmu. Aku..."

Ia mempererat pelukannya.

"Aku pikir aku tidak akan bertemu denganmu lagi"

Tanganku akhirnya terangkat menggapai punggung dan kepalanya. Mengusap perlahan.

"Aku disini. Jangan khawatirkan apapun" ucapku berusaha menenangkannya.

Ia melonggarkan pelukannya namun tangannya masih bertengger di pinggangku.

"Aku akan di tunangkan besok Eun. Bagaimana bisa kau setenang ini"

Aku menangkup kedua pipinya. Menatapnya lekat.
"Itu tidak akan terjadi. Kau bisa percaya padaku"

You're My BadBoy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang