Part 16

47.9K 4.6K 117
                                    

Hai!!

Maaf karena lama sekali untuk update, karena aku terlalu banyak tugas kuliah dan semacamnya. Dan ini Part 16 untuk kalian - lalu aku juga akan mengupload Part 17 setelah ini :)

--


Aku terus memandang kesekitar dan terpukau karena banyak sekali "manusia" disini. Aku terus tersenyum dan memandangi orang-orang yang sedang sibuk pada kegiatannya masing-masing. Aku berdiri disalah satu pinggir jalan karena aku sedang menunggu Jeno yang pergi membelikan diriku dan dirinya minuman.

"Ini." Ucap Jeno perlahan dan aku bergegas mengambil minuman itu dari tangannya.

Aku meminumnya perlahan dan aku tersenyum karena terkejut, sebelum akhirnya memandangnya penuh tanya.

"Cafe Latte. Ketika kau keluar dari cafe saat itu bersama Rogues – maksudku Zander, aku bisa mencium aroma Cafe Latte yang sangat kuat darimu. Maka dari itu aku berpikir kau akan menyukainya." Jelasnya, dan senyuman dibibirku itu berubah menjadi lebih lebar dan memamerkan gigiku.

"I love Latte." Ucapku dan Aku melihat Jeno tersenyum karena ucapanku itu.

Aku dan dirinya berjalan perlahan dan aku bisa merasakan bahwa Ia beberapa kali menatapku meski aku tidak melihat kearahnya. Aku bisa merasakan bahwa Ia seakan menahan banyak hal yang – sepertinya ingin Ia katakan padaku.

"Apa?" tanyaku ketika akhirnya aku tidak bisa menahannya lagi, Jeno terkejut akan pertanyaanku lalu menggeleng.

Aku menghela nafas lalu berkata, "Aku tahu ada yang mengganjal darimu. Jadi please cepat katakan."

Ia menggaruk pelan Leher belakangnya lalu melirikku sebelum akhirnya bertanya,

"Apa – aku boleh menggandeng tanganmu?"

Pertanyaannya membuatku nyaris terjatuh karena aku benar-benar terkejut. Aku yakin diriku pasti sudah mencium tanah kalau bukan karena Jeno yang bersikap cepat dan menangkap kedua bahuku. Aku cepat-cepat berdiri dan melepaskan diriku darinya. Tapi – karena apa yang kulakukan itu, aku bisa melihat sedikit garis kecewa dari Mata birunya.

"Maaf – aku tidak bermaksud membuatmu terkejut. Anggap saja aku tidak pernah menanyakan hal itu padamu." Ucapnya lagi, dan aku merasakan bahwa perutku seakan terikat ketika mendengarnya mengatakan itu. Jelas terdengar bahwa Ia berusaha menutupi rasa kecewa dan rasa sedih akibat kelakuanku.

Ini terjadi bukan karena aku tidak ingin menggandeng tangannya, tapi – kau tahukan, kemampuanku. Aku terdiam tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak bisa menemukan satu katapun untuk mengurangi rasa kecewanya, yang sekarang terlihat jelas dari kedua matanya.

"Maaf." Ucapku pada akhirnya, dan Jeno memaksakan sebuah senyuman pada wajahnya dan aku menggigit bibirku karena sekarang aku benar-benar merasa bersalah.

Aku tahu bahwa ini semua bisa dihindari kalau aku bisa dengan mudah terbuka padanya mengenai kemampuanku. Tapi – itu tidak semudah mengakui dan memberitahunya. Meski memang aku dengan mudah memberitahu Zander, hanya saja aku tidak tahu apa yang akan terjadi antara diriku dan Jeno 2 minggu kedepan, dan menurutku jika pada akhirnya kami tidak akan menjadi Mate, maka memberitahunya mengenai kemampuanku hanya akan menjadi sia-sia.

Jeno memutuskan untuk berjalan lagi dan aku mengikutinya perlahan disampingnya. Aku terus merutuk dalam hati mengenai kebodohan sesaatku yang membuatku tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk menolak permintaannya barusan dengan cara lebih halus.

Tapi pikiranku terhenti ketika aku merasakan ada aura beberapa Werewolf disekitar sini. Dan itu bukan Werewolf dari pack Jeno. Aku memandang kesekeliling dan memusatkan konsentrasiku supaya aku bisa menemukannya. Dan aku bisa merasakannya bahwa Ia berada cukup jauh tapi aku juga tahu bahwa Ia sedang mengarah kearahku dan Jeno.

Baru saja aku hendak mengajak Jeno berbalik, aku bisa melihat bahwa Jeno juga akhirnya bisa merasakannya.

"Stella. Aku ingin kau berada di belakangku, apapun yang terjadi berusahalah untuk tersembunyi, oke?" ucapnya menghadapku lalu berbalik, bersamaan dengan nafasku yang cukup tercekat karena aku merasakan aura werewolf itu sangatlah dekat – dan mereka sudah berada dihadapanku dan Jeno.

"Apa yang kau lakukan disini? Setahuku Ilios's Pack tidak berada di Oregon." tanya Jeno dan aku langsung menutup mulutku yang nyaris berteriak kecil ketika mendengar Jeno mengatakan – Ilios.

Aku memposisikan diriku benar-benar tertutup dari arah padang para Werewolf dari Ilios itu, yang sekarang aku baru menyadari bahwa salah satu dari mereka memiliki Aura yang kuat – yang berarti bahwa Ia adalah seorang Alpha.

"Aku – ingin menemuimu, kau tahu bahwa aku baru saja diangkat menjadi Alpha. Dan menurutku mengunjungi tetanggaku di Amerika adalah hal yang harus kulakukan. Sekaligus perkenalanku sebagai Alpha yang baru sehingga kedepannya kita mungkin bisa bekerja sama atau melakukan aliansi." Jelas pria werewolf itu, dan aku langsung menautkan kedua tanganku dibelakang supaya aku tidak melakukan hal bodoh.

'Dua orang Alpha berada di dekatku. Dan kurasa melakukan kesalahan menyentuh mereka atau salah satu dari mereka dalam kondisi aku tidak fokus seperti ini mungkin akan berakibat fatal.'

"Tapi – siapa dia?" tanya salah satu dari mereka yang aku yakin bahwa – Alpha dari Ilios itu, yang sepertinya menyadari keberadaan diriku.

"Kurasa itu bukan urusanmu. Aku ingin sekali mengantarkanmu ke Rumah Pack, tapi aku sedang ada urusan, jika kau mau aku bisa menghubungi Betaku untuk mengantarmu ke Pack kami, lalu aku akan menyusulmu sekitar sore nanti." Jawab Jeno, dan untuk sesaat aku berharap supaya aku bisa membuat diriku menghilang seketika atau semacamnya.

Aku mendengar tawa dari Alpha Ilios itu – dan jujur itu terdengar seperti mimpi buruk bagiku. Ia tertawa tetapi ada nada sinis didalamnya. Aku bahkan berusaha mengontrol nafasku supaya tidak terlalu berisik dan kuharap itu bisa mengurangi perhatiannya padaku.

"Baiklah. Tapi kurasa teman kecilmu itu cukup panik saat ini, semoga kau bisa menenangkannya." Ujar Alpha dari Ilios itu dan aku hanya bisa menangkup wajahku dengan kedua tanganku, karena jelas Ia barusan berkata mengenaiku. Tapi aku bisa mendengar Jeno menggeram pelan mendengar perkataan Alpha Ilios itu.

"Maaf kau pasti terkejut kan –" ucap Jeno sembari berbalik menghadapku sesaat setelah para Werewolf dari Ilios pergi, tapi ucapannya terhenti ketika melihatku yang sedang ketakutan.

"Hei – " ucap Jeno lagi berusaha menenangkanku dan aku menatapnya lalu menghela nafas panjang. Seakan aku baru saja bernafas kembali setelah sesaat tadi aku terlalu takut untuk sekedar bernafas.

"Aku pernah mendengar soal Alpha Ilios, dan bagaimana kekejamannya." Ujarku perlahan dan tatapan Jeno yang sebelumnya terlihat begitu panik akhirnya sedikit mereda.

"Ia – bukan Alpha yang kau maksud. Barusan adalah Alpha yang baru, rumor yang kau dengar adalah Alpha sebelumnya – Ayah dari Alpha Ilios barusan." Jelas Jeno dan aku menatapnya terkejut.

"Dia adalah Jonathan – Jonathan Ilios. Ia memang cukup tegas tapi seingatku Ia tidak mungkin akan bersikap kejam seperti Ayahnya, tapi – jujur itu juga tidak membuatku langsung menyambutnya dengan senang karena bagaimanapun Ilios Pack bukanlah Pack yang terlalu bersahabat." Lanjutnya dan aku menatapnya tercengang.

Tiba-tiba aku merasakan tangan miliknya mengusap pelan kepalaku sambil berkata, "Lagi pula kau tidak perlu takut, apapun yang terjadi aku pasti akan menjagamu."


--

xoxo 

- priscillangel 

Choices [PUBLISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang