PART 23

7K 221 1
                                        



Meski tidak bersama dan malah bersama dengan orang lain, apakah cintanya itu dapat dipercaya ?. Damar mengatakan bahwa aku adalah cintanya dan selalu cintanya tapi dia sekarang bersama Weni, haruskah aku ga baper ?.

"ga boleh baper Ta, ga boleh lagi, ga boleh"

aku menarik nafas panjang, mencoba menenangkan diriku yang takut baper lagi karena ucapan Damar kemarin. Sekedar alibi semata kalau aku hanya puas berdamai dengan Damar. Nyatanya perasaan aneh ini muncul dengan sendirinya, pertanyaan buatan fikiranku sendiri mulai bermunculan

"Damar serius kah ngomong masih cinta ?"

"Damar beneran nyari cewek kayak aku ?"

"Damar mau ngajakku balikan lagi kah ?"

"Damar mau mutusin Weni kah ?"

"Terus Damar mau ngajak aku nikah kah ?"

"Damar, Damar, Damar, Damar, Damar"

Semua penuh Damar, sampai ga ada ruang dikepalaku selain Damar.

***

Kemarin kemarin kan aku udah janji Cuma mau damai aja sama Damar, kok aku malah baper lagi sih ? ya ampun aku beneran gila karena sedari pagi Cuma bisa mengomeli diri sendiri dan mengatakan diri ini bodoh. Apa iya aku ini sebenarnya ga bisa ketemu lagi sama Damar ? karena kalau ketemu pasti berakhir Baper seperti ini.

"kamu kenapa sih gelisah banget dari tadi"

Aku mengangkat kepalaku, menatap orang yang tadi pagi ngajak ketemuan di Kafe Metros.

"engga, engga kenapa-napa" sahutku sambil memutar-mutar cangkir didepanku.

"yakin ? keliatan galau atau kamu jadi grogi aku ajak ketemuan"ucapnya dengan tawa ringan

Tawa ringan yang sering aku lihat, yang kemarin juga aku lihat. Tawanya Damar.

Dia mengajakku ketemuan lagi hari ini. Aku iyakan dan aku datang. aku ingin menghalau dilema walau resikonya aku bakal jadi baper parah. Terserahlah. Hatiku bilang aku harus datang, ya aku datang.

"sejak kapan lepas kaca mata ?" tanya Damar lagi.

Dia menatapku dengan manis. Eehh hatiku bentar lagi meleleh.

"lupa kapan, tapi belom lama ini?" jawabku

Damar ngangguk-ngangguk, tangannya memutar cangkir berisi coklat panas. Selera yang sama denganku. Coklat panas dengan sedikit gula. Kita berdua ga suka pahit, merasa hidup kita berdua udah paling pahit. Urusan minuman kita ga mau lagi kena pahit.

Damar meniup isi cangkirnya dan menyeruput sekali coklat panasnya.

"ga diminum ?" Tanya Damar yang melihatku hanya menatapi coklat panasku.

"Cuma diliatin aja mana enak, keburu dingin" tambahnya

Aku sedang bersembunyi dengan mengalihkan pandangan pada cangkir ini. Aku takut Damar tau perasaanku sebenarnya.

"sengaja nunggu dingin" jawabku.

"kalau dingin ga enak lagi lho" sahutnya

Aku mengangkat cangkirku dan mencoba menyeruput sedikit. Baru sedikit menempel pada lidahku. Aku langsung kelojotan kepanasan. Huweh-huweh.

"aduuuh sumpah masih panas banget"keluhku sambil kipas-kipas lidahku dengan tangan.

Damar hanya ketawa ngakak. Tapi aku tambah baper liat dia ketawa. Dia ketawa karena aku kan ?. Andai aja aku bisa selalu menciptakan senyum dan Tawa diwajahnya lagi. Tapi sayangnya situasiku ini mirip sama coklat panas ini. Kalau ga segera diminum keburu dingin dan resikonya jadi ga enak tapi kalau ingin segera diminum, masih panas, resikonya lidahku kebakar. SERBA SALAH....

SANG MANTAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang