PART 20

6.8K 217 6
                                    



Dan ini adalah hari galau sedunia bagiku. Entah apa yang bersarang di pikiranku saat ini. Sosok Damar lagi, Damar lagi yang muncul. Orang mungkin menganggap segalanya mudah. Kenapa sih move on itu kamu anggap susah, padahal kan gampang, cintai Yuda sepenuh hati, mulai berfikir Yuda adalah segalanya bagiku, selesai, beres dan end.

Ga semudah itu. Ga se-simple itu. aku orang yang rumit dalam urusan seperti ini.

Damar adalah cinta pertama sekaligus pacar pertama. Walaupun yakin ga akan jadi yang terakhir. Dia orang pertama yang aku kenal sebagai orang yang aku sayangi dan menyayangi aku. Dia adalah orang yang menyakiti sekaligus aku sakiti.

Terlalu banyak perasaan seperti senang, sedih, ketawa, kecewa, bosan, marah, kesal, rindu, sakit, patah hati, cemburu, sayang. Semua hal soal perasaan itu hanya aku rasain ke Damar.

Aku ingin bercerita soal apa yang aku rasa ke Damar, aku ingin menjelaskan bahwa ga ada yang berubah soal perasaanku. Masih sama, masih sama saat pertama jatuh cinta. Tapi itu hanya sebatas keinginan. Itu suatu harapan yang ga pernah teraamiinkan apalagi terkabulkan.

Aku dan Damar itu dalam posisi yang terlanjur. Kita terlanjur jatuh cinta, terlanjur putus, dan terlanjur ingin saling melupakan. Walaupun aku tak bisa, entah kalau dia.

Kalau kata Ridho, Damar masih menderita karena perasaannya padaku. Mungkin saja dia selama ini juga sedang berjuang mati-matian ingin melupakan hal itu juga. kita mungkin dalam posisi yang sama. ingin melupakan tapi hati tak berdaya karena terlanjur cinta.

Terlanjur cinta ?

kalau cinta bisa terlanjur semudah itu. kenapa hanya kepada Damar ?

kenapa aku tidak bisa terlanjur cinta juga kepada Yuda, Rama, atau siapapun pria yang sudah aku kenal. Kenapa ?

orang bilang aku pasti bodoh, karena hanya berhenti pada Damar.

Tapi sayangnya cinta tak terletak dikepala, jadi sisi mana yang dikatakan bodoh?

Perasaanku kah yang bodoh ? tidak. Hatiku tak punya otak, Tak mungkin bisa bodoh apalagi pintar.

Soal cinta itu bukan soal siapa yang pintar dan bodoh. Itu soal perasaanku tulus atau tidak. Dan cintaku ke Damar mungkin kelewat tulus. Saking tulusnya ga bisa tulus kepada pria lain manapun termasuk Yuda.

Parah, kata itu yang tepat untuk perasaanku saat ini. Kalau sebuah gunung mungkin ini adalah puncaknya. Puncak dari kegalauanku selama ini, risau tentang apa yang sebenarnya terjadi diantara kami. Kenapa serumit ini ?

Aku teraniaya oleh perasaanku sendiri, jika doa orang yang teraniaya itu dikabulkan. Bolehkah aku Tuhan berdoa agar aku bisa bertemu dengannya lagi, sungguh bertemu dengannya lagi, bukan untuk menyakitinya lagi, aku ingin bisa bicara baik-baik dengannya tanpa air mata tanpa pertengkaran, tolong kasih waktuku untuk melakukan itu. kalau tidak begitu tolong cukup jangan buat kami berdua menderita karena ini. Aamiin.

***

Seharian ini tidak ada energi semangat sama sekali di hidupku. Sejak pembicaraan dengan Ridho kemarin, hatiku mulai tak karuan, pikiranku kacau balau, badanku lemas tak berdaya. Mira sejak tadi bolak-balik nanyain kenapa aku, tapi aku hanya diam sejuta bahasa. Bosku saja aku cuekin, apalagi Cuma Mira.

Yuda juga jadi korbannya, pesan dan telfonnya ku abaikan sejak semalam. Sampai detik ini ratusan pesan masuk darinya tak satupun ku ladeni. Biarlah, biar dia lama-lama jengah dan minta putus dengan sendirinya.

"Ta, hapemu bunyi terus tuh, Yuda nelfon" kata Mira, dia keliatan khawatir banget karena aku terus diam.

"Ta, kenapa sih ?" Mira ga nyerah buat nanya

"aku angkat yah, biar Yuda ga khawatir?" tanyanya lagi.

Aku tak bergeming. Aku menatap layar komputer didepanku dengan tatapan kosong. Aku dengar semua yang terjadi disekitarku, tapi aku terlalu larut dalam kegalauan sampai ga bisa bereaksi apa-apa.

"ya udah, ga aku angkat deh." Mira akhirnya nyerah.

Sampai tiba waktu pulang kerja, belom satu katapun keluar dari mulutku. Orang dikantor menatapku entah aneh, entah iba, entah kasian. Pak bos sekalipun tak sedikitpun berani mengangguku. Kayaknya semua orang mengerti kalau aku sedang menderita.

Satu-persatu karyawan mulai keluar dan pulang. Kemudian akupun sama.

"Taaa" suara panggilan dari Yuda yang sudah ada di depan kantor. Dia belarian menghampiriku.

"kamu marah ?" tanyanya dengan cepat.

Aku tak bergeming tak menatapnya juga, tetap berjalan untuk bisa sampai ke jalan.

"Ta, mau kemana? Mobilku disitu"

"maaf Yud, aku lagi ga pengen di usik hari ini" ucapku agak serak.

Setelah seharian ga ngomong, sekalinya keluar suara. Malah suara serak yang keluar.

"aku mau jemput, bukan mau ngusik Ta, LAGIPULA KENAPA SIH?" Yuda meninggikan suaranya. Dia keliatan kesal. Baru ini aku melihatnya marah.

Aku tetap diam, mempercepat jalanku dan meninggalkan Yuda. aku sama sekali ga punya energi untuk berdebat dengannya. Biarlah dia marah atau sekalian minta putus, aku pasti langsung iyain. Aku lakuin persis kayak waktu Tami mutusin dia. Aku bakal bilang oke kita putus tanpa protes.

Yuda mengejarku dengan mobilnya, aku tetap jalan menuju pertigaan biasa.

"Ta, aku ga maksud ngebentak tadi" kaca pintu mobilnya di buka, Yuda bicara sambil nyetir.

"Ta, maaf, aku salah tah ? kamu marah?"

"Ta. Kamu sakit?"

"Taa,"

Aku tetap jalan, sampai depan pertigaan, langsung ada angkot lewat dan aku langsung naik, meninggalkan Yuda tanpa satupun jawaban. AKU JAHAT. Iya silahkan nilai aku seperti itu, tapi aku terlalu galau untuk bisa merasakan penilaian orang lain saat ini.

Yuda bukan orang yang gampang nyerah gitu aja, Mobil dia ngikutin angkot yang ku naiki. Kalau begini dia bisa ngikutin aku sampai ke kosan. Untuk itu aku putuskan mengiriminya pesan.

[aku ga papa, aku lagi pengen sendiri, aku ga marah, aku ga sakit, kamu juga ga punya salah, aku lagi masa pengen sendiri, bisa ngerti, besok aku cerita, kita ngobrol besok aja yah] send

aku melihat mobilnya menepi setelah beberapa saat aku mengirim pesan. Sepertinya dia akan membaca pesanku. Hingga akhirnya mobilnya ga ngikutin aku lagi.

Ga lama juga, hapeku terus di banjiri notifikasi. Aku kira balasan dari yuda, ternyata bukan. Anak anak alumni SMA mendadak mengirimiku pesan.

"Ta, kamu pacaran sama Yuda sekarang ?

"Ta , Yuda pacar kamu?"

"Yuda pacaran sama Tata ?"

Mataku terbelalak tak percaya, aku mendadak syok berat.

"APAAA INIIIII" Ujar ku.

Satulagi pesan masuk

"Ta, bisa jelasin maksudnya ini, kamu ga beneran jadian sama Yuda kan ?" dari Tami. Dia mengirim screenshootan postingan FB Yuda. fotoku dengan caption "happy anniversary ke 3 bulan pacar".

"jadi ini hari anniversary? Gumamku.

Aahh bukan itu masalahnya, masalahnya Yuda bloon itu posting hal itu di laman FB. Yang bisa dilihat sama seluruh teman SMA bahkan Tami.

Pesan tak ada henti dari teman alumni, menanyakan hal yang sama. Membuatku makin stres berat. Tanganku langsung gemetar hebat, keningku berkeringat. Hatiku kebul-kebul hampir meledak saking kesalnya. Galauku yang parah langsung berubah menjadi amarah memuncak.

YUDAAAAAAAA

SANG MANTAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang