A/N: Hallo! Sebelum kalian baca, aku mau ngasih tau nih. Jd di cerita ini, aku lumayan sering pakai bahasa cirebon. Ya bahasanya si masih bahasa yg dipake remaja di sini. Dan ini juga bahasa cirebon yg kasarnya, bukan yg halus. Kalian bisa komen kalau nggak ngerti. Happy reading💙
***
Cirebon, 14 Juli 2017
Pagi yang cukup cerah, tapi tidak sama cerahnya dengan perasaan perempuan yang sedang duduk di depan cermin sambil menyisir rambut sebahu nya. Banyak pikiran yang sedang berada di dalam otaknya. Nasib pahit yang sama sekali tidak diinginkan setiap anak di dunia ini, terpaksa harus ia terima dengan lapangdada.Perceraian kedua orang tua nya membuat ia harus pindah ke kota kelahiran sang ibu. Tak pernah sedikit pun ia membayangkan bahwa dirinya akan mengalami hal yang sangat ia benci sejak kecil.
Ini adalah hari pertama perempuan itu bersekolah di sekolah baru nya. Ia harus berusaha untuk tetap tersenyum dihadapan teman-teman baru nanti, walaupun itu cukup sulit bagi nya saat ini.
Tiba-tiba seseorang membuka knop pintu kamarnya. Wanita tersebut masuk ke dalam kamar dengan kotak bekal yang sudah berisi beberapa tangkap roti di tangannya. Ia berjalan mendekati putri nya yang sedang mengikat rambut.
"Je, ini bekel buat kamu." Ia meletakan kotak bekal tersebut di meja rias. "Kamu kan belum tau situasi di sana, jadi lebih baik kamu bawa bekel aja."
"Iya bu, makasih ya," jawabnya sambil tersenyum tipis. Ia mengambil kotak bekal tersebut dan memasukannya ke dalam tas. Perempuan itu bangkit, kemudian mengenakan tas nya dengan muka yang masih tampak sedih.
"Sayang." Wanita bernama Fania tersebut menahan tangan perempuan itu saat ia hendak berjalan keluar kamar. "Ibu tau ini berat bagi kamu. Nggak cuma bagi kamu, bagi ibu juga berat. Tapi Je, ibu mohon, kamu jangan sedih-sedih lagi ya sayang. Kamu bisa bayangin kan, gimana perasaan ibu saat ini? Jangan kamu tambahin kesedihan ibu dong, nak," ucap nya sambil mengelus pipi anak bungsunya itu.
Perempuan itu tersenyum, berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan ibunya. "Jasmine, nggak sedih kok, bu. Maafin Jasmine ya, kalo dari kejadian itu aku sering murung atau sedih."
"Iya gapapa. Sekarang, kita turun yu, abang kamu udah nunggu tuh di meja makan."
Perempuan bernama Jasmine itu hanya menganggukan kepalanya. Ia dan ibu nya berjalan bersama menuju ruang makan. Di sana sudah ada Rayn yang sedang menyantap nasi goreng buatan Fania-ibunya.
"Je, buru makan. Kita kan belum tau gimana situasi di sekolah yang baru," ucap Rayn kepada adik perempuannya itu.
"Iya, bawel deh lo." Jasmine atau yang lebih akrab disapa Jeje itu langsung duduk disalah satu kursi meja makan.
Rayn, Jeje, dan Fania menyantap sarapan pagi bersama. Setelah selesai, Rayn dan Jeje berangkat sekolah bersama dengan menggunakan mobil yang memang sengaja ayah nya berikan saat keluarga mereka masih utuh dulu. Sedangkan Fania, akan pergi ke salah satu perusahaan untuk interview kerja. Ya, karena perceraiannya ia harus berhenti bekerja di Jakarta, dan ia harus bekerja lagi di Cirebon untuk memenuhi segala kebutuhan putra-putrinya.
Rayn dan Jeje akan satu sekolah lagi. Rayn kelas duabelas, sedangkan Jeje kelas sebelas. Sekolah baru mereka adalah salah satu sekolah terfavorit di Kota Udang ini, dan merupakan bekas sekolah Fania dulu.
***
Setibanya di sekolah, Rayn memparkirkan mobilnya di halaman parkir depan sekolah. Mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh siswa yang sedang berdatangan pagi ini. Jeje turun dari mobil, disusul Rayn yang turun juga. Mereka berdua berjalan menuju lobby, belum ada guru piket yang datang saat ini. Namun, ada beberapa anak OSIS yang sedang berjaga di sekitar pintu gerbang dan lobby sekolah. Rayn pun langsung menghampiri salah satu dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASENFA
Teen Fiction[On Going] Seseorang pernah berkata pada Jasmine, "Jangan selalu terfokus pada seseorang yang kamu cinta. Lihat. Di sana ada orang yang selalu mencintai, menyayangi, dan melindungi kamu dengan tulus, lebih dari orang yang kamu cinta." Semenjak saat...