JASENFA; 11

14 1 0
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun Ghina. Jeje, Tama, Faisal, dan Sabrin sudah bersiap-siap untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ghina dengan sangat heboh. Namun sayang, sampai bel pertanda masuk, tak nampak batang hidung Ghina. Perempuan itu tak kunjung datang. Mereka berempat kembali ke tempat duduk masing-masing dengan kecewa.

Setelah selesai mengaji, guru pengajar mata pelajaran pada jam pertama dan kedua masuk ke dalam kelas. Bu Dalia namanya, guru Matematika yang terkenal sangat baik dan ramah. Beliau selalu menanggapi lelucon dan pertanyaan-pertanyaan muridnya dengan lembut.

Jeje merasa kesepian. Biasanya, selalu ada Ghina di sampingnya yang selalu ribut dengan Tama. Ternyata, walau baru mengenal sosok Rara Saghina Putri, namun Jeje merasa sangat nyaman berteman dengan gadis itu.

Bu Dalia mulai menerangkan materi pelajaran di depan kelas. Tak lama, terdengar beberapa kali ketukan pintu dan muncul dua orang siswi dari balik pintu tersebut. Mereka berdua masuk ke dalam kelas dan menyalami tangan Bu Dalia. Salah satu siswa diantara mereka menggunakan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Kedua siswi tersebut meminta daftar absen hari ini di kelas XI IPA 1.

"Waketos macem apa ira, Ghin?" teriak Tama dari bangkunya.

"Nggak usah nutup-nutupin muka gitu dong, Ghina," ucap Faisal.

"Heh diem ira bedua!" bentak siswi yang menggunakan masker dari tempatnya berdiri.

"Oh ini Ghina toh?" ucap Bu Dalia sambil melihat Ghina. "Kenapa ditutupin Ghin?" lanjutnya seraya menandatangani surat untuk absen hari ini.

"Nggak bu, gapapa," jawab Ghina sambil cengengesan.

Tiba-tiba Tama bangkit dari kursi nya. Ia berjalan dengan langkah panjang ke hadapan Ghina. Laki-laki itu menyodorkan tangannya. Bu Dalia tidak menyadari hal itu awalnya, namun anak-anak yang lain sudah menyadarinya.

"Selamat ulang taun!" menarik tangan Ghina dengan paksa dan menjabatnya.

"Eh?" Ghina memperhatikan sahabatnya itu yang masih menjabat tangan miliknya. Akhirnya Bu Dalia menyadari hal ini setelah beliau selesai menandatangani surat absen.

"Ghina ulang tahun?" tanya Bu Dalia sambil memegang bahu muridnya itu. Ghina mengangguk sambil membuka maskernya dan tersenyum.

"Mboya yang lebih romantis toh, Yudh," ucap Bu Dalia menggoda Tama.

"Ih Bu Dalia," kata Ghina malu-malu.

"Nggak perlu lah, bu. Yang kaya tadi aja juga pasti berkesan." Tama kembali ketempatnya setelah menyelesaikan kalimat tersebut.

"Ah udah deh bu, Ghina mau ngasiin absen dulu ke piket." Ghina menyalami tangan Bu Dalia sambil sedikit malu. Pasalnya, sedari Tama menyalami tangannya dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada dirinya, teman-teman satu kelas langsung ribut dan mencie-ciekan Ghina dengan Tama.

"Sudah semuanya. Ayo dilanjut lagi." Bu Dalia kembali menjelaskan materi yang sedang dipelajari.

Saat Bu Dalia sedang menjelaskan materi, tak sengaja Jeje mendengar samar-samar pembicaraan Tama dan Faisal.

"Tadi kita ngapain kaya gitu ya? Kaya nyari sensasi pisan," ucap Tama pelan namun masih bisa didengar oleh Jeje.

"Emangnya ira belum ngucapin apa?" tanya Faisal.

"Ya udah sih. Semalem, pas jam 12. Gaya nggak coba kita, ngucapinnya pas jam 12."

Jeje masi menguping pembicaraan kedua temannya itu. Sebenarnya tidak ada niatan untuk mengupi, tapi ya bagaimana, Jeje memiliki telinga yang mampu mendengar suara di sekitarnya.

JASENFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang