JASENFA; 12

12 0 0
                                    

Kali ini Jeje sedang sibuk merayu abangnya agar mau mengantarnya ke rumah Ghina. Malam ini Ghina mengadakan Birthday Party di rumahnya dan hanya dihadiri anak-anak kelas serta anggota OSIS. Maka dari itu, kini Jeje telah siap dengan dress selutut berwarna putih serta riasan wajah yang natural.

Rayn sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi dan menghiraukan adiknya yang sedari tadi menarik-narik lengan kanannya. Sementara itu, Fania yang berada di samping Rayn, merasa risih dengan tingkah anak bungsunya itu.

"Udahlah bang, kamu anterin adek kamu dulu sana," ucapnya.

"Nah! Bener tuh kata ibu! Ayo cepet abang!" Jeje masih menarik-narik lengan kakak laki-lakinya itu.

Rayn menghela napas kasar. "Iya-iya, ayo!"

Dengan terpaksa Rayn bangkit dari duduknya dan merapihkan kaos yang sedang ia kenakan. Kemudian ia menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja dekat televisi.

"Ayo cepetan! Gue mau tidur abis ini!" teriaknya sambil berjalan menuju mobil hitam miliknya.

Jeje pun pamit pada ibunya. Kemudian ia menyusul Rayn dan mereka langsung pergi menuju rumah Ghina.

Sesampainya di rumah Ghina, ternyata sudah banyak orang yang datang. Jeje melihat sudah ada Sabrina dan Faisal di sana. Mereka berdua terlihat sedang bersenda gurau. Rumah Ghina ini sangat luas. Seperti beberapa rumah dijadikan satu. Tempat untuk acara ulang tahun ini juga cukup luas, taman yang luas dan sudah didekorasi pernak-pernik ulang tahun bernuansa putih dan hitam.

Begitu turun dari mobil, Jeje langsung menghampiri Sabrina dan Faisal melalui pintu yang langsung mengantarnya ke tempat acara tersebut.

"Hay Na, Sal!" sapa Jeje pada dua temannya itu. Sabrina terlihat cantik dengan dress berwarna putih yang ia kenakan. Faisal juga terlihat cukup tampan dengan kemeja hitam miliknya. Ya memang, tema dress codes diacara ini adalah yang perempuan putih, dan yang laki-laki hitam.

"Hallo Je! Akhirnya ira dateng juga!" ucap Sabrina bersemangat.

"Telat ya gue? Abis, tadi bang Rayn nggak mau nganter." Jeje sedikit merapihkan rambutnya. "Oiya, Ghina mana nih?"

"Ghina masih di dalem rumah," jawab Sabrina.

"Oh gitu." Jeje mengangguk paham.

"Eh, Tama ngapain ya dipanggil sama mama nya Ghina?" ucap perempuan yang biasa dipanggil 'Sabsab' oleh Tama.

"Lah? Emang dia udah dateng?" tanya Jeje. Sementara itu, Faisal hanya terdiam memerhatikan perbincangan kedua temannya itu.

"Udah, dari tadi. Dari belum ada siapa-siapa," jawab Sabrina.

Jeje menatap Faisal tak biasa. Faisal pun balik menatapnya dengan tak biasa.

"Ah kita mau ke kamernya Ghina. Mau ikut nggak?" tanya nya kepada Jeje.

"Duluan aja. Ntar gue nyusul," jawab Jeje.

Sabrina pun meninggalkan Jeje dan Faisla berdua. Laki-laki itu menatap Jeje.

"Ira kenapa natap kita kaya tadi?" tanya Faisal.

"Nggak. Gue cuma mau ngasi tau lo. Gue tau, kalo sebenernya Tama udah deket banget sama keluarganya Ghina, makanya dia dateng duluan malem ini." Jeje menjelaskan.

"Ira pikir, kita peduli?" tanyanya.

"Ih Faisal!" memukul pundak Faisal.
Laki-laki itu malah terkekeh melihat ekspresi Jeje saat ini. "Canda sih, Je."

"Ya udah lah, gue mau nyusl Sabrina dulu ya. Bay!"

Jeje berjalan menuju rumah induk milik keluarga Ghina. Ia masuk ke dalamnya dan mencari teman-temannya berada. Ya, betul. Jeje bisa melihat Tama saat ini yang sedang berbincang dengan orang tua Ghina.

JASENFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang