Siang berganti menjadi sore. Sudah waktunya bagi Jeje untuk mempersiapkan diri. Setelah merapihkan mukenah dan sajadah nya, perempuan itu membuka lebar-lebar pintu lemari putih tempat ia menyimpan semua pakaiannya.
Jeje mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam lemari. Ia melihat satu persatu pakaian tersebut. Akhirnya Jeje memilih memakai rok bercorak bunga-bunga kecil yang panjangnya sedikit di bawah lutut yang dipadukan dengan atasan berwarna biru muda polos. Langsung saja ia berganti pakaian, sebelum abangnya mengomel-ngomel.
Pakaian tersebut tampak sangat pas dengan tubuh mungil Jeje. Perempuan itu nampak cantik dengan pakaian tersebut. Jeje merapihkan baju nya di depan cermin. Tiba-tiba ponselnya berbunyi singkat, menandakan ada pesan masuk ke dalam ponselnya.
Seno: Beneran mau jalan sama kita kan Je?
JasmineLW: Yaiya
Seno: Kita jemput jam 7 ya
JasmineLW:👌
Setelah membalas pesan dari Seno, Jeje melempar pelan ponselnya ke atas kasur.
Kemudian, perempuan itu berjalan menuju meja rias nya. Ia memoleskan make up tipis pada wajahnya. Make up natural yang cocok untuk anak seusianya. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja namun ditambah dengan bando yang ia ikatkan ke atas kepalanya.
Tiba-tiba terdengar tiga kali ketukan pada pintu kamarnya. Jeje memperbolehkan seseorang itu masuk ke dalam kamar. Ternyata seseorang itu adalah Fania–ibunya, yang disusul oleh Rayn dari belakang.
Fania berjalan mendekati putrinya. "Wah cantik banget anak ibu. Mau kemana nih?"
"Ibu!" Jeje langsung memeluk erat ibunya. "Jeje kangen sama ibu!"
Fania membalas pelukan Jeje, ia mengelus puncak kepala anaknya itu.Jeje melepaskan pelukannya.
"Kamu mau kemana sih, nak? Udah cantik gini." Fania merapihkan kembali rambut Jeje.
"Ini semua gara-gara abang, bu. Padahal Jeje mager, mending bobo." Jeje melirik sinis ke arah Rayn. Sementara itu, abangnya hanya pura-pura buang muka sambil bersiul.
"Emang mau jalan sama siapa sih anak gadis ibu ini?" tanya Fania.
"Sama Seno, bu." Rayn yang menjawab pertanyaan ibunya itu.
"Seno? Siapa?" tanya Fania lagi.
"Temen nya abang. Tadi dia ngebajak handphone aku, bu. Jadi aja, aku jalan sama Kak Seno. Padahal aku nggak kenal-kenal amat sama dia." Jeje mengambil sisir di meja rias dan mulai menyisir rambutnya.
"Oh gitu. Ya udah gapapa, kan cuman temen." Fania mengambil sisir tersebut dari tangan Jeje. Ia menyisirkan rambut putrinya itu.
Rayn duduk di pinggir kasur sambil memerhatikan adik dan ibunya.
"Oh ya, ibu ketemu Gala kemarin." Fania menaruh sisir di meja rias. Kemudian ia merapihkan rambut Jeje dengan tangannya sendiri.
"Dimana bu?" tanya Jeje debgan cepat. Ia memutar tubuhnya, menatap Fania.
"Yakan dia tinggal di bekas rumah kita, sekarang. Lo lupa?" tanya Rayn.
Jeje tampat berpikir. "Trus ibu ngapain ke rumah? Berarti ibu ketemu—"
"Nggak ketemu kok. Pas ibu ke sana, ibu cuma ketemu sama Gala. Itu juga dia mau pergi."
Ya, kemarin siang Fani pergi ke sebuah rumah yang berdiri karena hasil dari kerja keras dirinya dan sang mantan suami. Kini, rumah itu telah dikuasai oleh seorang wanita tak tau diri yang seenaknya merebut suami orang. Mereka tidak hanya tinggal berdua, tetapi bertiga dengan keponakan wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASENFA
Teen Fiction[On Going] Seseorang pernah berkata pada Jasmine, "Jangan selalu terfokus pada seseorang yang kamu cinta. Lihat. Di sana ada orang yang selalu mencintai, menyayangi, dan melindungi kamu dengan tulus, lebih dari orang yang kamu cinta." Semenjak saat...