JASENFA; 24

32 0 0
                                    

Tiba-tiba saja cuaca berubah mendung sore ini. Padahal waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua murid telah tiba. Semuanya merapalkan doa dalam hati supaya tidak hujan dulu sebelum mereka sampai di rumah.

Hal itu pun dilakukan Jeje sedari tadi. Sedari Bu Lidia, selaku guru Kimia, masih menjelaskan materi di hadapan murid kelas XI IPA 1.

Rayn hari ini ada jadwal latihan basket. Itu artinya, ia akan pulang sangat sore. Kalau boleh menolak, Jeje tak ingin menunggu. Namun jika tau-tau hujan turun, dengan terpaksa ia harus menunggu abangnya. Dari pada harus menaiki taksi online seorang diri, lebih baik menunggu Rayn seorang diri, pikirnya.

Kini bel pulang telah berbunyi dari sekitar lima menit yang lalu. Jeje sedang sibuk merapihkan barang-barangnya untuk di masukan ke dalam tas ransel miliknya.

"Ira balik sama Kak Rayn?" tanya Ghina yang sedang beres-beres juga.

Jeje mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Nggak tau."

"Ghin, ayok balik sekarang. Ntar keburu ujan," ucap Tama yang tiba-tiba saja berada di samping meja mereka berdua.

"Yang udah jadi pacar mah beda," kata Jeeje menggoda Tama dan Ghina.

"Sorry ya, sekarang kamu Jasmine, udah nggak berarti di hati aku," ucap Tama yang sungguh menjijikan. "Karena sekarang, cuma Ghina seorang yang ada di hati aku."

"Cih! Najis!" cibir Ghina yang berusaha menahan senyumnya.

"Najis najis juga sayang kan?" Tama mencolek dagu Ghina genit.

Spontan Ghina langsung memukul pundak Tama keras-keras. Sementara itu Tama meringis kesakitan. Dan Jeje tertawa puas.

"Udah ayok pulang!" Ghina mendorong tubuh Tama kasar.

Ghina dan Tama keluar kelas. Mereka berdua akan pulang bersama. Bagi Jeje meraka berdua itu memang cocok. Dan salah satu contoh dari teman Jeje yang kisah cinta nya berawal dari satu hubungan bernamakan 'sahabat'.

Awalnya Jeje merasa ragu, jika semua persahabatan lawan jenis akan berakhir dengan kisah cinta. Tetapi nyatanya, cukup banyak teman dan sahabat Jeje yang memiliki kisah cinta berawalan sahabat. Nggak bisa kah nggak ada friendzone?

"Je," panggil salah seorang yang berhasil membuyarkan pikiran Jeje.

"Iya, Na?" tanya Jeje setalah tersadar.

"Um mau ke depan bareng nggak?" tanya Sabrina. Sepertinya peremluan itu masih merasa tak enak hati akiba kesalahpahamaan saat istirahat tadi.

"Oh iya ayok!"

Tanpa ragu Jeje menggandeng tangan Sabrina. Ia tidak ingin ada kata 'canggung' antara mereka. Selain Ghina, Sabrina juga sahabat dekat Jeje dari awal masuk sekolah ini.

"Ira pulang sama siapa?" tanya Sabrina saat mereka berjalan keluar kelas.

Pas saat itu juga tiba-tiba hujan turun. Hal ini mengingatkan Jeje tentang akan naik apa ia pulang sore ini.

"Yah ujan," ucap Jeje spontan ketika mengetahui bahwa air turun membasahi seisi kota.

"Kalo kaya gini, nggak tau gue pulang naik apaan," ucap Jeje lagi. "Lo balik sama siapa?"

Sabrina tidak langsung menjawab pertanyaan Jeje tersebut.

"Umm. Kak Seno tadi minta kita buat nunggu di parkiran motor, sih. Tapi..." perkataan Sabrina terhenti.

"Tapi?" tanya Jeje.

Sabrina menghela napas panjang. "Tapi kita ragu. Kita nggak yakin deke tulus balik lagi ke kita."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JASENFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang