Pagi ini Seno tidak kesepian lagi. Ia tidak berangkat ke sekolah sendiri lagi. Yap, hari ini Zenfa sudah mulai masuk sekolah. Laki-laki itu tidak ingin tertinggal pelajaran lebih jauh. Mau bagaimanapun juga, Zenfa masih harus tetap berjuang untuk SNMPTN yang memang sudah ia inginkan.
Pada waktu istirahat ini, Zenfa sedang menyalin catatan pelajaran yang kemarin ia lewatkan. Sebenarnya bisa saja ia menyalin di rumah dengan meminjam buku catatan Seno. Namun, kemarin-kemarin Zenfa masih merasa lemas. Ia sendiri tidak tau, mengapa tubuhnya serapuh itu belakang ini.
Sahabat sekaligus saudaranya itu sedang duduk di kursi sebelah Zenfa. Seno memainkan handphone nya. Ia terlihat seperti sedang mencari akun seseorang di instagram. Entah lah, Zenfa tidak tau siapa yang sedang dicari oleh Seno.
"Ngestalk terus ampe mampus!" Zenfa menutup buku catatannya. Ia telah selesai menyalin.
"Belum nemu nih. Apa ya username ig nya?"
Seno tetap terpaku pada ponsel nya. Ia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Ya nggak tau. Ira kasih tau namanya aja nggak, 'kan?"
"Kita tuh masi bingung Zen. Sebenernya kita ini suka apa nggak sama deke. Apa ya? Kitanya tuh kaya masih—"
"Masih suka sama Sabrina? Iya? Ah bacot!"
Seno melirik ke arah Zenfa.
"Ya lagi, bingung kita nih sama ira. Emang suka bego kadang-kadang ira nih."
Seno menaruh handphonenya di atas meja. "Ya gimana sih, ira kan tau semuanya. Susah lah pokoknya. Kaya ira udah keilangan selera buat suka sama orang secara mendadak tapi cewe yang awalnya ira taksir udah terlanjur baper sama ira gitu loh. Terus kita harus gimana coba? Maksain? Ya nggak bisa lah."
"Nah, berarti, ira ini kalo deketin cewe jangan langsung ngebaperin lah. Kalem-kalem dulu, jangan langsung ngegas. Ntar nih, kalo sampe kaya gitu lagi ke cewe yang lagi ira incer sekarang ini gimana? Berabe urusannya."
"Ya kita usahain nggak bakal gitu lah. Akan kita laksanakan prinsip ira Zen." Seno menepuk pundak Zenfa.
"Eh mana orang nya? Siapa sih? Kepo nih kita."
"Ayo keluar! Kali ketemu, ntar tak kenalin."
Seno beranjak dan berjalan keluar. Disusul Zenfa di belakangnya. Mereka berjalan menuju kantin sekolah. Waktu istirahat hanya tinggal 15 menit lagi. Seharusnya kantin sudah mulai sepi saat ini.
Setelah sampai di kantin, dugaan mereka memang benar. Tempat ini mulai sepi dikunjungi para murid. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih berada di dalam kantin.
Mata Seno menyapu seisi ruangan. Ya, ia menemukan seseorang yang mungkin akan menjadi target incerannya kali ini.
Seno masih berdiri diambang pintu kantin, sementara itu, Zenfa sudah berjalan mendahului Seno.
Tersadar sahabatnya telah meninggalkan dirinya, Seno langsung berjalan masuk ke kantin dan menghampiri Zenfa yang sudah menempati salah satu meja. Zenfa benar-benar pintar, sungguh pintar menurut Seno. Tanpa disuruh, laki-laki itu memiljh tempat yang strategis untuk dirinya memperhatikan tingkah laku perempuan incerannya.
"Kita udah mesen siomay. Ira pesen sendiri sana!" Zenfa melipat kedua tangannya di atas meja. Kali ini Zenfa dan Seno duduk berhadapan.
"Ira mau tau nggak?" tanya Seno.
"Tau apaan?"
"Sini!" Seno mengisyaratkan Zenfa untuk mendekat. Ia akan membisikan seusatu. "Ira liat ke belakang, tapi nengoknya pelan-pelan, jangan keliatan banget kalo ira abis di suruh kit—"
![](https://img.wattpad.com/cover/127134222-288-k537529.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JASENFA
Teen Fiction[On Going] Seseorang pernah berkata pada Jasmine, "Jangan selalu terfokus pada seseorang yang kamu cinta. Lihat. Di sana ada orang yang selalu mencintai, menyayangi, dan melindungi kamu dengan tulus, lebih dari orang yang kamu cinta." Semenjak saat...