JASENFA; 8

17 1 0
                                    

Dua jam pelajaran terakhir, guru mata pelajaran Bahasa Jepang tidak dapat hadir. Beliau hanya menitipkan tugas kepada guru piket untuk disampaikan pada kelas XI IPA 1. Sebuah catatan yang berisi tulisan tugas yang diberikan, telah Faqih tulis dipapan tulis. Semua murid pun membuka buku mereka dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Ada yang memilih untuk mengerjakannya sendiri dan ada pula yang mengerjakannya secara bersama. Seperti Jeje, Ghina, Sabrina, Tama, dan Faisal saat ini. Mereka berkumpul di meja Jeje dan Ghina. Belajar bersama untuk menjawab semua tugas yang diberikan.

"Eh bagi tugas aja deh! Ini banyak," keluh Ghina seraya menyandarkan punggungnya.

"Halaman berapa aja sih?" tanya Faisal yang duduk di sebelah Ghina.

"Dari 39-51," jawab Jeje.

"Eh yakin? Banyak banget!" Sabrina mencari halaman yang dituju.

"Tenang-tenang semuanya! Jangan khawatir! Ada kita di sini!" Tama memukul dadanya sombong. Laki-laki itu duduk diantara Jeje dan Sabrina.

"Kalo ada ira di sini emang kenapa? Nggak mungkin beres juga," ucap Ghina.

"Ghina ni nggak percayaan banget sama kita!" Tama mengambil pulpen dari tempat pensil Ghina. Sementara itu, Ghina hanya membiarkannya saja. "Jeje cantik aja percaya kan kalo aku bisa ngerjain tugas ini?" lanjutnya sambil menaik turunkan alis.

"Idih?" Jeje menyerinyit heran.

"Ira bilang apa Tam? Jeje cantik? 5 cewe yang itunya mau dikemanain?" tanya Sabrina.

"Ya tetep di hati aku lah. Termasuk kamu loh, Na," ucap Tama.

"Sal, geli nggak sih ira temenan sama deke?" tanya Ghina kepada Faisal dengan sedikit berbisik.

"Kadang-kadang geli Ghin. Kita si watir ketularan aja," jawab Faisal berbisik juga.

Tama melemparkan pulpennya pada Faisal. "Heh! Rumpi aja ira berdua! Nggak ngajak-ngajak tuh."

Faisal berhasil menangkapnya dengan baik. "Udah sana sama Jeje aja. Bosen kita ngerumpi sama ira terus."

"Ngerumpi? Nggak nyangka kita, kalian berdua sering ngerumpi bersama," kata Sabrina.

"Ngaku-ngaku aja ira Sal! Mending juga kita ngerumpi sama Ghina. Iya nggak, Ghin?" Tama tersenyum kepada Ghina. Senyuman yang menjijikan.

Ghina melempar tatapan sini kepada Tama, "Ga!"

"Rara Saghina Putri, kalo kamu mau, bilang aja sama aku ya. Nanti kita ngerumpi bareng," ucap Tama yang tidak bosan-bosannya menggoda Ghina.

"Eh ini kapan ngerjain nya?" tanya Jeje yang sedari tadi sudah siap dengan pulpennya.

"Heh kutil! Balikin pulpen kita!" Tama berusaha mengambil pulpennya dari tangan Faisal.

Tiba-tiba, seseorang datang dengan tergesa-gesa menghampiri meja mereka. Ia terlihat panik dan sedikit bergemetar.

"Sabrina!" ucapnya setelah ia menggebrak meja yang membuat Sabrina dan yang lainnya terkejut. Laki-laki itu berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Ke-kenapa?" Sabrina sedikit terkejut melihat laki-laki yang pernah memberi harapan padanya sedang menatap kedua matanya.

"Bukain UKS! Cepetan! Aku butuh bantuan kamu, Na!" Seno memegang tangan Sabrina kuat-kuat. Ia merasa cemas dan khawatir bukan main.

"Eh?" Sabrina masih terkejut, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Seno.

"Na, tolong cepetan," ucapnya memohon. Matanya nampak berkaca-kaca. "Aku butuh tandu, Na. Buat Zenfa."

JASENFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang