JASENFA; 18

11 0 0
                                    

Malam sudah berganti menjadi pagi. Hembusan semilir angin yang sejuk menerobos masuk ke dalam kamar Jeje melalui jendela yang sengaja dibuka oleh Fania. Wanita paruh baya itu berjalan menghampiri putrinya yang masih tertidur pulas di ranjang.

Fania membelai lembut rambut Jeje. Memperhatikan setiap garis wajah putrinya. Sedikit goresan timbul dalam hati Fania. Ia merasa terlalu egois dengan tidak memikirkan perasaan Jeje. Fania merasa dirinya terlalu mementingkan ego sendiri dan tidak memperdulikan perasaan anak-anaknya. Ia tahu betul, Jeje paling benci dengan istilah 'Broken Home'. Fania baru sadar, selama ini Jeje dan Rayn sepertinya sangat terpuruk.

Fania terus mengelus puncak kepala Jeje sampai ia tak sadar bahwa putrinya itu sudah terbangun.

"Ibu?" panggil Jeje dengan suara khas bangun tidur.

Sontak Fania tersadar dari lamunannya. Wanita itu melemparkan seulas senyum pada putrinya.

"Bangun Je, udah pagi," ucap Fania.

Jeje sedikit meregangkan badannya. "Iya," jawab Jeje singkat.

Fania mencium kening Jeje. "Eh, kamu sakit? Kok badannya panas? Oh karena semalem ke ujanan sama Rayn ya? Yang dari rumah sakit itu."

"Nggak kok bu, aku nggak apa." Jeje tersenyum.

"Udah ya, nggak usah sekolah."

"Nggak-nggak! Jeje mau ke sekolah!" perempuan berambut hitam pekat itu langsung duduk menghadap ibu nya.

"Loh? Tumben banget kamu semangat ke sekolah? Ada apa nih?"

"Hari ini sekolah ulang tahun, bu. Jadi ada acara gitu."

"Oh. Ibu tahu, pasti ada siapa itu namanya? Aduh ibu lupa. Itu loh, Sen–Seno! Ada Seno yaa?" tanya Fania menggoda.

"Ih ibu apaan sih? Ini pasti kerjaannya Bang Rayn ya? Nyebarin gosip," ucap Jeje sambil sedikit cemburut.

Fania tertawa melihat ekspresi Jeje saat ini. "Ya sudah, kamu mandi sana. Tapi yakin nih mau sekolah?"

Jeje mengangguk sambil tersenyum.
"Abis mandi, ibu tunggu buat sarapan ya. Terus minum obatnya sebelum berangkat."

"Siap laksanakan!" ucap Jeje sambil hormat pada ibu nya.

Fania tersenyum dan mencium kening Jeje lagi sebelum keluar dari kamar putrinya itu.

***

"Ray, nanti kamu jangan jauh-jauh dari Jeje ya," ucap Fania seraya menuangkan air putih ke gelas putranya itu.

Rayn menelan potongan roti yang ada di dalam mulutnya. "Emang kenapa?"

"Adik kamu itu demam," jawab Fania.

Rayn mengangguk. "Aku juga sakit, bu," ucap Rayn sok manis.

Fania memicingkan matanya. Kemudian ia mendekatkan tangannya ke dahi Rayn.
Wanita itu berdecak kecil. "Bilang aja kamu yang pengen di rumah."

Rayn hanya cengengesan mendengar ucapan ibunya itu.

Tak lama, Jeje keluar dari kamarnya dengan rambut yang sudah dikuncir kuda dan wajah yang terlihat seperti orang sakit. Perempuan itu menggendong tas ransel kecil. Ia sangat yakin bahwa hari ini tidak akan ada KBM, maka dari itu dari pada membawa tas ransel yang besar, lebih baik yang kecil saja, kan?

Jeje menarik kursi makan di hadapan abangnya. Kemudian ia meletakan tas nya di kursi yang lain.

Fania mendekat ke arah putrinya, ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Jeje. "Badan kamu masih panas. Yakin mau ke sekolah? Ibu nggak mau kamu kenapa-kenapa loh, Je."

JASENFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang