“Di penghujung jalan itu,
dia berdiri.
Hanya bergeming tanpa suara.
Bibirnya bungkam;
tak sepatah kata pun keluar dari sana.
Di penghujung jalan itu,
dia berdiri.
Menatapku sungguh lekat,
hingga membuat napasku tercekat.
Di penghujung jalan itu,
dia berdiri.
Tanpa suara; hanya tatapan.
Tanpa menghampiri; hanya bergeming.
Padahal, dia tidak tau,
kalau ada banyak rindu yang menggebu;
mengoyak jiwa tanpa letih sebab dia pergi tanpa pamit.
Di penghujung jalan itu,
dia berdiri.
Tanpa meyuarakan apapun;
agaknya aku sudah seperti orang asing untuknya.”- Rahmadani. // 19:56
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Aksara {Sudah Selesai}
PoesíaRajutan aksara dari seorang gadis penikmat kehilangan.