Chapter 01 : Mimpi Buruk - 3

3K 416 12
                                    

Hallo! Dikarenakan fitur privat akan dihapuskan, Dian publish ulang chapter ini dari yang tadinya mode private menjadi mode publik. Selamat membaca!

.

The Journey of Revenge

Chapter 01 : Mimpi Buruk bag. 3

Genre : Fantasy, tragedy, historical and general fiction (maybe?), etc

Karakter yang saya pinjam milik Masashi Kishimoto sementara alur cerita original dari pemikiran saya sendiri

Warning: AU!Kingdom, gender bender, OOC, OC, typo(s), etc

Playlist : Painted Face

.

Setelah menetapkan keputusan hatinya sekali lagi, sedetik kemudian Naruto mengangkat sebilah pisau kecil itu dan membuat gerakan menghujam ke arah perutnya.

Namun terhenti ketika seseorang secara tiba-tiba datang entah dari mana dan langsung merebut benda itu dari tangannya yang kini keberadaannya sudah berpindah tangan.

"Gadis bodoh, apa yang akan kau lakukan?! Kau ingin mati?!"

Suara itu terdengar marah, Naruto bisa mendengar suara gertakan giginya yang saling beradu satu sama lainnya menambah keyakinannya jika sosok itu murka terhadapnya.

Naruto membuka kedua matanya yang sebelumnya terpejam dan dengan berani menatap kedua mata itu langsung dengan tatapan tajam.

"Apa pedulimu jika aku mati?!" Naruto berteriak di depan wajah sosok yang kini mengetatkan rahangnya dipenuh amarah.

Tanpa disadarinya, Naruto telah membentak salah satu anggota keluarga inti kekaisaran dan melupakan semua ajaran tata krama yang diajarkan Tsunade yang selalu mewanti-wanti agar bersikap hormat di depan mereka.

"Apa peduliku? Kau bertanya apa peduliku?!" Sasuke meninggikan suaranya setelah mendengar pertanyaan Naruto. Amarahnya tersulut karena dengan mudahnya Naruto ingin membunuh dirinya sendiri tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan mendatang.

Apakah kematiannya akan menyelesaikan semua masalah yang ada? Lalu bagaimana dengan perasaan mereka yang menyayanginya? Bukankah mereka akan terluka sekaligus merasa kehilangan?

Mengapa gadis ini tolol sekali?

"Kau bertanya apa peduliku?!" Sasuke kembali mengulang pertanyaannya sebelumnya, mencengkram kedua pundak Naruto lalu diguncang nya keras.

"Menurutmu apa yang akan kulakukan jika melihat seseorang ingin bunuh diri dihadapanku sendiri?!"

Naruto memberontak, cengkraman tangan Sasuke dipundaknya ditambah dengan goncangan itu jelas-jelas menyakitnya, membuatnya meringis kesakitan karena nyeri.

Sasuke mendengus dan melepaskan cengkramannya. "Kau bahkan kesakitan saat aku mencengkram kedua pundakmu. Kalau begitu jelaskan padaku; bagaimana rasanya jika kau benar-benar melakukan aksi gilamu tadi? Apakah kau sudah siap menghadapi dewa kematian?"

Mendengar pernyataan sinis itu Naruto terdiam, lebih memilih bungkam daripada bersuara. Dan Demi Dewa, Naruto tidak pernah menyangka jika aksi harakirinya akan diketahui dan digagalkan oleh Pangeran Ketiga Konoha!

Ya, dia berencana untuk melakukan harakiri. Mati karena malu tidak bisa mengungkapkan kebenaran yang sudah disembunyikan selama dua tahun bersama dengan kehormatannya sebagai seorang gadis. Tapi sayangnya itu semua hanya tinggal rencana tanpa bisa ia lakukan.

Melihat Naruto yang bungkam dengan tatapan kosong, tak ayal kekesalan Sasuke semakin berlipat ganda, bahkan keindahan taman di sekelilingnya yang biasanya berhasil membuatnya tenang kini tak berefek apa pun baginya.

"Apa yang menyebabkanmu ingin membunuh dirimu sendiri?" Sasuke bertanya memutus keheningan itu.

"Dendam masa lalu yang tak bisa kubalas, aku malu karena sudah dua tahun ini tidak bisa memenjarakan sang pembunuh. Maka dari itu aku hendak melakukan harakiri untuk menanggung rasa malu ini," Naruto menjawabnya tanpa emosi, seolah-olah seluruh emosinya tertarik keluar dan hanya bersisa kekosongan di dalam hatinya.

Hening.

Setelah terdiam cukup lama, Sasuke menjawab dengan tenang, "Aku mempunyai satu cara agar kau bisa membalaskan dendam mu pada mereka, Naruto."

Mendengar hal itu, Naruto seolah ditarik paksa dari lamunannya. Dengan cepat ia bergerak ke arah Sasuke dan secara tak sadar menggenggam tangan Sasuke lalu meremasnya pelan.

"Katakan! Apa pun akan kulakukan jika itu dapat membalaskan dendamku," Naruto berkata berapi-api, terlihat jelas dari kedua bola matanya yang bersinar dan menyiratkan tekad membara.

Sasuke hendak mengurungkan niatnya dan menarik kembali ucapannya, tetapi setelah melihat tekad kuat di kedua bola mata Naruto entah mengapa gagasan itu menguap perlahan karena ia tidak tega.

"Jika kau telah membulatkan tekadmu, maka menikahlah denganku, dan aku akan membantu memuluskan rencana balas dendammu itu."

"APA?!"

Kedua mata Naruto membola sempurna, terlalu terkejut karena ternyata secara tidak langsung ia telah mendapatkan lamaran dari Pangeran Sasuke, anak kedua yang dilahirkan dari rahim Permaisuri Mikoto yang dikenal rakyat sebagai pangeran ketiga Kekaisaran Konoha sekaligus merupakan anak kesayangan Kaisar Fugaku.

Jadi tolong katakan, bagaimana mungkin ia tidak kaget mendengar pernyataan gamblang itu? Apalagi hal itu tentang pernikahan. Jujur saja, yang Naruto inginkan hanya membalaskan dendamnya, bukannya menikah. Bahkan, tak pernah sekali pun terlintas di benaknya jika ia akan menjalin sebuah menikah dengan seseorang, ini benar-benar mengejutkannya.

Tapi baiklah, demi terlaksananya acara pembalasan dendamnya, Naruto rela mengorbankan apa saja untuk menjadi pertukarannya, termasuk kebebasannya serta kebahagiaannya yang sudah pasti tidak akan dimilikinya lagi setelah terikat janji sehidup semati dengan Pangeran Ketiga Kekaisaran Konoha, Uchiha Sasuke.

.

TBC

Diandra Nashira,
Jum'at, 05 Januari 2018

The Journey of Revenge (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang