3

74.6K 3.6K 49
                                    

Aku menutup mataku sebentar, kemudian beranjak dari tidurku menuju kamar mandi. Aku ingin menyegarkan tubuhku.

Lima menit lebih didalam kamar mandi, ku rasa cukup untuk membuat badan dan fikiranku fresh kembali.

Setelah selesai mandi aku memakai pakaianku. Kemudian, duduk didepan cermin sambil menyisir rambutku. Pandanganku tak sengaja melihat kerudung jilbab warna biru yang kemarin aku letakkan diatas meja.

Senyumku merekah kala mengingat kejadian saat dimana dia memberiku kerudung ini. Seperti ada rasa... aku tak tau ini rasa apa.

Rasa yang membuat dadaku berdegup kencang hanya dengan menyentuh kerudung pemberiannya, Yusuf... bahkan, hanya dengan mendengar namanya disebutkan. Sudah membuatku panas dingin dan hati kebat-kebit tidak karuan.

Apakah aku berlebihan? Tidak juga. Kalau kalian sudah merasakannya, kalian pasti mengerti apa yang aku maksud.

Aku memakai kerudung ini dengan tangan gemetar. Belum lagi jantungku yang berdetak diatas normal.

Allah. Apa hatiku mulai goyah? Aku tau cinta itu fitrah. Apa benar aku mencintai Yusuf?.

Aku memejamkan mataku, hatiku berdesir.

Sudah cukup. Jangan sampai hatiku terjatuh lagi. Aku teringat saat aku masih kelas tiga SMP, aku pernah terjatuh pada cinta yang salah. Pada cinta yang belum saatnya. Hingga ku temukan diriku terluka parah.

Aku mengadu, Aku menangis dihadapan-Mu. Aku sesali segalanya. Menyesali setiap jengkal waktu yang ku lalui dengan salah bersamanya. 

Dan kini, Kau mebuatku benar-benar ikhlas melepaskannya. Membuat ku kembali kejalan yang kau ridhoi. Namun, entah apa namanya, hatiku kembali bergetar. Ada seseorang yang datang secara tiba-tiba tanpa berani ku pandang wajahnya. Tanpa berani ku sapa dirinya.

Seseorang yang selalu mengagungkan-Mu. Seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu. Seseorang yang sejak saat itu membuatku menitikan namanya dalam untaian doa. Tanpa berani berharap, tanpa berani mendekati. Hanya meminta pada-Mu sebagai yang memiliki hidupnya, agar kiranya Engkau menjadikanku mahramnya.

Namun, jikapun tidak berjodoh itu adalah kuasa-Mu. Sebab yang ku tahu, cinta dalam doa, cinta dengan melibatkan-Mu akan selalu jadi yang terbaik dalam hidupku.

Biarlah cinta ini hanya aku dan Allah saja yang tahu. Aku menghembuskan nafasku dengan pelan.

Tok tok.

Aku menengokkan kepalaku kearah pintu.
"Ningrum, ayo turun. Abi dan Dila sudah menunggu kamu untuk makan." Itu Umi.

"Iya Mi, sebentar lagi Ning turun, Umi duluan saja." Kataku.

Aku melihat pantulan diriku dicermin. Hm.. kurasa kerudung ini cocok juga denganku, aku menggunakan pakaian yang senada.

Senyumku merekah, entah dari mana dia tau warna kesukaanku, atau bahkan dia tidak sengaja memilih warna yang ini. Aku tidak memusingkannya.

Aku menuruni tangga, ku lihat dimeja makan sudah ada kedua orang tuaku dan juga Dila, tentu saja mereka sedang menungguku untuk makan bersama.

Kulihat Dila melihatku dengan tatapan yang kurasa sinis.
"Apa?." Kataku.

"Kenapa kakak selalu lama sekali, kami semua sudah lapar." Ucap Dila dengan nada kesal.

Aku terkekeh "Hehe iyaiya maaf-maaf." Aku tidak mau ribut dengan adikku, apalagi ini didepan Umi dan Abi. Lebih baik aku mengalah saja.

"Sudah-sudah ayo makan katanya lapar." Ucap Abi.
Aku tersenyum kemudian mengangguk. Ku lihat Dila diam saja, sepertinya dia masih kesal denganku. Haha biar saja.

Penantian Halalku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang