Yakinlah bahwa yang terjaga hanya untuk yang menjaga.
______________Aku menuju ke kampus dengan menggunakan angkutan umum. Motor dibawa Ummi, katanya ada acara syukuran dirumah saudara.
Jaraknya tidak cukup jauh memang rumah bibiku,hanya berbeda gang saja.
Dan disinilah aku, di halte menunggu angkutan umum lewat. Sambil menunggu, aku memasang earphone mendengarkan murotal surah Ar-rahman dengan volume yang sedang.
Sekitar kurang dari lima menit aku menunggu, angkot berhenti didepanku, aku langsung masuk dan duduk dibelakang supir. Tidak banyak penumpang, hanya beberapa saja.
Aku mengedarkan pandanganku, aku menajamkan mataku saat melihat orang yang ku kenal. Dia duduk paling ujung dekat jendela dan wajahnya menghadap ke belakang.
Ketika dia membalikkan wajahnya, tanpa sengaja pandangan kami bertemu. Aku benar-benar kaget. Itu Pak Atthar kan?. Dosen menyebalkan itu?.
Sepertinya dia juga sama kagetnya denganku, lalu tidak berapa lama dia segera mengembalikan eksprsi datarnya seperti semula. Aku memalingkan wajah lalu berucap istighfar karena tadi aku sempat tenggelam melihat kedua bola matanya.
Ah tidak. Kenapa aku harus bertemu dia disini? Pria menyebalkan dicafe sekaligus dosenku. Tapi, kenapa jantungku mendadak berdebar takmenentu?. Apa aku harus menyapanya? Tidak, aku malu. Lebih baik aku diam saja.
Aku akui dia eum... Tampan. Dia menggunakan celana katun hitam dan kemeja biru muda yang digulung sampai siku menampilkan tangan putihnya.
Allah. Kenapa aku terus saja memperhatikan dia?. Tunggu. Tapi kenapa seorang dosen naik angkutan umum begini?. Well, maksudku, aku pernah mendengar kalau dia itu keluarga yang berada, lihat saja Yusuf, dia selalu bergunta-ganti motor, bahkan mobil. Hmm.. mungkin dia hanya ingin terlihat biasa saja.
Syukurlah jalanan tidak macet, angkot ini berhenti disebelah gerbang kampusku. Pasalnya aku ingin cepat-cepat turun, jantungku tidak baik jika Pak Atthar ada didekatku.
Pak Atthar turun nendahuluiku, lalu aku. Baru saja kakiku menapak ditanah, aku mendengar seseorang berkata "Awwww!".
Aku sudah keluar dari angkot lalu aku mendongakan kepalaku, Pak Atthar?
Deg!
Kenapa dia begitu dekat denganku?, Aku terbius oleh tatapannya, bola matanya yang berwarna cokelat itu terus saja menatapku.
Bunyi klakson mobil angkot menyadarkanku. "Astaghfirullah" Ucap kami bebarengan. Ku lihat Pak Atthar mengusap wajahnya.
"Mbak, Mas, ongkosnya belom di bayar." Kata Pak Supir.
"A..ah iya Pak." Ucapku tergagap, aku belum melangkah sedikitpun masih tetap pada posisi yang sama.
"Heyy.. Kaki kamu!." Kata Pak Atthar dengan nada kesal. Aku mengerutkan kening lalu menunduk. "Ya ampun! Maaf Pak maaf, Ningrum nggak sengaja." Kataku panik.
Bagaimana tidak? aku menginjak kakinya, lebih tepatnya sepatu nya. Lalu aku buru-buru mundur dari pria itu.
Dia pergi menuju Pak Supir lalu membayar ongkos. Lah, aku kan belom bayar, kok angkotnya pergi?.
"Mass Supiir!" Kataku teriak, aku tidak tahu namanya jadi aku hanya memanggilnya seperti itu, tapi angkot itu sudah pergi melaju kencang.
"Ongkosnya sudah dibayar saya." Kata Pak Atthar dengan muka yang biasa saja tanpa ekspresi. Dia beda sekali dengan Yusuf.
"Ini Pak, Ningrum ganti." Kataku dengan menjulurkan tangan yang memegang uang lima ribu.
"Tidak perlu." Ucapnya lalu berjalan menuju area kampus. Aku mengejarnya. Aku merasa bersalah karena tadi aku menginjak kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Halalku ✔
SpiritualPernahkah kalian merasa sangat lelah untuk menunggu kedatangan seseorang yang selalu kalian sebut namanya dalam doa? Perihal cinta, wanita memang identik dengan moment penantian atau menunggu kepastian. Ya, ini memang terjadi karena fitrah wanita ad...