24

57.3K 3.1K 16
                                    

Jangan bersedih lagi hanya karena sosok yang didamba tak menjadi milikmu. Bersyukurlah, sebab artinya Allah pasti telah menyiapkan yang jauh lebih baik dari dirinya.

                  🍁🍁🍁

AuthorPov

        Saat ini pria berkacamata itu sedang fokus menyetir, membelah jalanan yang ramai menuju rumah Bibinya mengantar Yusuf dan Iren setelah tadi mereka semua kerumah Ningrum. Yusuf dan Iren satu mobil dengan Atthar, sedangkan orang tua Yusuf dimobilnya sendiri.

Senyum yang sejak tadi terukir dibibirnya. Tentu saja Atthar bahagia, lelaki mana yang tidak bahagia ketika wanita yang dicintainya menerima lamarannya?

Cinta? Bahkan Atthar baru tau rasa itu saat-saat ini. Entahlah.. Pertama kali Atthar bertemu dengan Ningrum, itu adalah pertemuan yang luar biasa menurutnya. Tidak sengaja menabrak wanita itu hingga hampir terjatuh.

Dia memang tidak bisa melihat wajah wanita yang ditabraknya itu secara detail, tapi waktu itu aliran darah Atthar mendadak menjadi cepat, degup jantungnya menjadi lebih tidak karuan, hatinya berdesir, ditambah lagi dia yang sedang memegang lengan wanita itu.

Dan saat wanita itu marah-marah padanya, Atthar ingin sekali tertawa tapi dia menahannya, wanita ini sangat menggemaskan ketika marah-marah, wajahnya yang sudah merah padam. Atthar jadi memperhatikan wanita itu.

Atthar mencoba mengubah ekspresinya menjadi biasa saja, dia harus menjaga image, jadi dia hanya memasang raut wajah datar, dan membalas ocehan wanita itu dengan singkat kemudian dia berlalu dengan cepat dari hadapan wanita itu, Atthar sudah ditunggu rekan kerjanya.

Saat Atthar berjalan meninggalkan wanita itu yang masih mengoceh, Atthar langsung terkekeh, menurutnya wanita yang tadi dia tabrak itu lucu sekali.

Berminggu-minggu berlalu, Atthar jadi sering mengunjungi cafe itu, berharap bisa bertemu dengan wanita berpakaian syar'i yang pernah dia tabrak, tapi lagi-lagi dia tidak menemukan wanita itu.

Tapi Allah punya skenario yang lebih indah, pertemuan itu ternyata sebuah awal, dan Atthar selalu percaya disetiap awal pasti ada akhir.

Atthar mencoba memperbaiki diri lagi, mencoba melupakan wanita itu yang selalu muncul dalam mimpinya. Bagi Atthar menjaga lebih baik daripada dia harus merasakan akhir yang mengecewakan. Atthar selalu percaya jika setiap manusia punya kisah indahnya masing-masing.

Dan setelah itu Atthar sedikit lebih lega, hatinya kembali stabil, dan Atthar hanya minta kepada-Nya pilihkan untuk dirinya pilihan yang terbaik menurut-Nya, sebab jika Dia sudah memilihkan pasti itu yang terbaik untuk dirinya.

Pertemuan kedua, ketika dia baru masuk mengajar dikampus sebagai dosen baru. Dan pas sekali, pertama dia mengajar, Atthar langsung melihat wanita itu, wanita dicafe yang ditabraknya.

Ketika mata mereka tidak sengaja bertemu, Atthar langsung mengalihkan pandangannya kemudian tersenyum diam-diam. Dan dia baru tahu nama wanita itu ketika dia mengabsen. Ya, nama wanita itu, Syabilla Ningrum, Atthar akan menyimpan nama itu baik-baik didalam hati dan fikirannya.

Menurut Atthar ningrum itu mungil, tingginya hanya sebahu Atthar, dan Atthar juga baru tahu jika Ningrum itu gampang malu-malu.

Atthar teringat ketika dirumah Ningrum, ketika dia memandang wanita itu, lalu Ningrum dengan cepat memalingkan wajahnya yang sudah memerah, sungguh Atthar gemas sekali. Sepertinya mulai sekarang Atthar harus menambah puasa sunnah.

Berbeda dengan Atthar, lelaki yang duduk disebelah Atthar ini sejak tadi hanya diam. Yusuf... Yah dia lelaki itu. Yusuf tidak masalah jika Atthar melamar perempuan manapun, tapi tidak dengan Ningrum.

Mengapa harus Ningrum? Pikir Yusuf. Apa Yusuf masih mencintai perempuan itu? Jawabannya entahlah, Yusuf hanya tidak terima jika Atthar mengambil Ningrum darinya.

Hah... Darinya? Bahkan dia bukan siapa-siapa perempuan itu. Katanya dalam hati.

Yusuf menoleh sebentar kearah belakang, dia melihat Iren yang menutup matanya, mungkin Iren tertidur.

Yusuf menghela nafasnya, kemudian memandang kearah depan "Mengapa harus Ningrum?." Kata Yusuf.

Atthar tahu kemana arah pembicaraan Yusuf. Apa Yusuf masih mencintai Ningrum? Pikir Atthar.

"Mengapa harus Ningrum yang harus Mas khitbah?." Lanjut Yusuf.

"Yusuf.." Panggil Atthar.

Yusuf hanya berdehem menjawabnya. Atthar melirik kaca kecil yang berada didepannya, melihat Iren, ternyata dia sudah terlelap, "Kamu pernah cerita sehari sebelum kamu menikah, jika kamu mencintai wanita lain. Apa wanita yang kamu maksud itu Ningrum?." Tanya Atthar to the point.

Yusuf tersenyum miring "Sepertinya itu tidak perlu ditanyakan lagi." Jawab Yusuf.

Atthar mengerutkan keningnya "Maksud kamu, Suf?."

"Yusuf tidak tau apa Yusuf masih mencintai Ningrum atau tidak. Dan yang perlu Mas Atthar tau, Yusuf tidak rela jika Ningrum akan menjadi milik Mas."

Dan saat itu juga suasana menjadi hening, Atthar berusaha mencerna apa yang barusan saudaranya itu katakan.

Mereka berdua tidak pernah tahu, jika dibelakang mereka, Iren tidak sepenuhnya terlelap. Iren mendengar semua yang mereka katakan.

             ****

NingrumPov

Aku mengeklik tombol shut down dikomputer, lalu mematikan CPU. Aku membereskan buku-buku dan juga pulpenku.

Aku beranjak dari dudukku, keluar dari Lab Instalasi. Hari ini aku berangkat kekampus. Tadinya aku ingin membantu persiapan pernikahanku dirumah, tapi Umi tetap memaksaku untuk berangkat kuliah.

Aku hanya tidak mau merepotkan mereka, tapi beberapa hari yang lalu ketika Pak Atthar dan keluarganya datang mengkhitbahku, kata Abi dan Paman semua persiapan pernikahan para tetua saja yang mengatur, aku dan Pak Atthar hanya perlu menyiapkan mental ketika nanti akad dimulai.

Aku berjalan kearah kantin, Ani tidak berangkat hari ini, dia tadi mengirimku pesan jika ibunya sedang sakit, aku membalas pesannya mendoakan semoga ibunya cepat sembuh, dan diangkat penyakitnya.

Aku berjalan menuju kulkas mengambil minuman dingin kemudian membayarnya. Aku mencari tempat kosong, kantin mulai ramai, aku melihat tempat kosong yang berada dipojok.

Aku menuju kesana, dan ku dudukkan diriku kemudian menyesap minuman sambil memainkan handphoneku.

"Uhuk.." Hampir saja air yang sedang aku minum itu tersembur pada orang yang baru saja duduk dihadapanku.

Aku melihatnya tersenyum. Aku mendelik kesal kearahnya "Pak Atthar ngagetin aja." Kataku.

"Saya sudah menunggu dua hari maharnya apa, tapi kamu sama sekali tidak mengabari saya." Ujarnya.

Aku meghela nafas "Ningrum nggak minta mahar yang ini itu, Ningrum cuma mau Pak Atthar baca surah Ar-rahman." Kataku dengan jantung yang berdegup kencang.

Pak Atthar mengangguk "Ada lagi? Yakin nggak mau yang lain?."

Aku menggeleng. Pak Atthar menghela nafasnya "Baiklah.. Saya keruangan dulu, kamu masih ada kelas?." Tanyanya.

Aku menggeleng sekali lagi, "Langsung pulang ya, hati-hati dijalannya." Kata Pak Atthar tersenyum manis padaku.

Ini benar-benar tidak baik bagi kesehatan jantungku "Iya, Pak. Yaudah sana." Kataku pura-pura mengusirnya. Bahaya jika dia masih berada dihadapanku, bisa-bisa aku pingsan ditempat melihat senyumnya itu.

Pak Atthar tertawa sambil beranjak dari duduknya "Assalamu'alaikum humairah." Katanya sambil berjalan menjauh dari hadapanku. Aku menjawab salamnya sambil mengerutkan keningku.

Tadi Pak Atthar memanggilku apa? Humairah? Itu kan panggilan kesayangan Nabi Muhammad kepada istrinya Aisyah, yang aku tahu itu artinya merah atau pipi yang merah merona.

Aaaaaa. Aku langsung menutupi wajahku dengan telapak tangan, aku sangat yakin pipiku sudah memerah sekarang.

Penantian Halalku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang