Menantilah dengan elegant, mengisi penantian dengan perbaikan diri.
🍁🍁🍁
"Ehm.., maaf ya, hehe.. Teteh ganggu. Yaudah Teteh keluar dulu ya." Kata Teh Ririn kemudian berjalan melewatiku.
Aku memandang Teh Ririn kemudian dia mengedipkan sebelah matanya kearahku. Ih apaan coba.
Aku melirik Pak Atthar yang biasa saja, santai, dia memasang wajah datarnya seolah tadi tidak ada kejadian apa-apa. Padahalkan aku malu.
Setelah Teh Ririn keluar lalu menutup pintu kembali, hatiku kembali berdebar. Aku gugup, dan sekarang tinggal aku dengan Pak Atthar saja, berdua.
Aku melirik kearahnya. Allah. Ternyata sedari tadi dia memperhatikanku, aku salah tingkah dibuatnya.
"Kenapa sih Pak liatin terus?." Kataku kesal, tentu saja kesal karena sedari tadi Pak Atthar tidak henti-hentinya membuat jantungku olahraga.
Dia tersenyum, dengan cepat aku mengalihkan pandanganku, rasanya aku tidak kuat melihat senyumnya itu.
"Ningrum.." Panggil Pak Atthar.
"Iya." Jawabku.
"Kalau lagi ngomong sama suami itu yang sopan, masa muka kamu hadepnya kesana." Ih kenapa Pak Atthar jadi berubah gini sih.., yang aku tau Pak Atthar ngomong panjang lebar itu kalau lagi ngajar.
Aku memandangnya, kemudian aku melihat Pak Atthar sedang merogoh sakunya, Pak Atthar mengeluarkan kotak kecil yang berwarna merah. Tidak perlu aku bertanya pada Pak Atthar itu isinya apa, karena aku sudah tau jika didalam kotak itu ada cincin.
Pak Atthar menatapku "Sudah bolehkan?." Tanyanya sambil melirik tanganku.
Seketika pipiku memanas lalu megangguk dengan malu-malu. Pak Atthar membuka kotak itu, benar, isinya dua cincin, yang satu emas putih dengan permata indah ditengahnya, cantik sekali. Dan satu lagi cincin perak putih.
Pak Atthar mengambil tanganku, seketika aku seperti tersengat listrik, aliran darahku seperti mengalir lebih cepat, padahal tadi aku sudah memegang tangan Pak Atthar.
Pak Atthar memasangkan cincin emas putih itu kejari manis tangan kiri ku, dia menatapku dalam kemudian berkata "Terima kasih sudah mau menjadi sepasang langkah yang menemani perjalanan ini, jadikan saya yang terakhir, dan menualah bersama saya... Humairah." Katanya tersenyum.
Pipiku pasti sudah memerah sekarang, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku, dengan ragu-ragu aku mengangguk. Aku mengambil cincin perak kemudian memasangkan dijari manis tangan kiri Pak Atthar.
Pak Atthar tersenyum, kali ini aku membalas senyumnya. Ini adalah awal dari perjalanan kami.
Pak Atthar menggenggam erat tanganku, kemudian membawaku kesamping kasur, Pak Atthar duduk, dia menepuk samping kasur menyuruhku untuk duduk disampingnya, aku pun menuruti Pak Atthar.
Sedari tadi mata Pak Atthar tidak henti-hentinya memandangku, aku jengah dibuatnya. Aku kaget ketika tangan Pak Atthar berada dipipiku.
Ya Robb.. Mengapa jantungku tidak berhenti berdebar.
Kemudian dia menyenderkan kepalaku didadanya, tangan Pak Atthar masih berada dipipiku sambil mengelus-elus dengan jari jempolnya.
Aku memejamkan mataku, rasanya nyaman sekali berada dipelukannya. Tangan Pak Atthar sudah tidak lagi berada dipipiku. Kemudian aku merasakan Pak Atthar mendekapku erat, dengan ragu-ragu aku membalas dekapannya.
"Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?." Tanya Pak Atthar.
Apa maksudnya? Tentu saja aku bahagia, aku mengagguk dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Halalku ✔
SpiritualPernahkah kalian merasa sangat lelah untuk menunggu kedatangan seseorang yang selalu kalian sebut namanya dalam doa? Perihal cinta, wanita memang identik dengan moment penantian atau menunggu kepastian. Ya, ini memang terjadi karena fitrah wanita ad...