22

58.4K 3.2K 90
                                    

Jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kamu sebut dalam do'amu, mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam-diam menyebut namamu dalam do'anya.

                         🍁🍁🍁

Aku menahan nafasku ketika mereka sampai didepanku. Aku memandang Iren, mencoba untuk tersenyum.

Iren melepaskan genggaman tangannya dengan Yusuf, kemudian langsung berhambur kepelukanku. "Kangennnn..." Ucap Iren sambil memelukku erat.

Aku membalas pelukannya, "Aku juga, Ren." Aku dengan Iren memang sudah lama sekali tidak bertemu, terakhir kali bertemu saat Iren menikah dengan Yusuf. Setelah itu, kami hanya bertukar pesan, terkadang aku dengan Iren juga saling menelfon.

Aku melepaskan pelukanku ketika mendengar deheman dari seseorang, aku memandang Yusuf.

Aku tersenyum kearah Yusuf, mencoba untuk biasa saja, seharusnya aku sudah bisa move on dari dia, tetapi melupakan seseorang yang kita anggap spesial itu tidak semudah apa yang orang katakan. "Eh, Yusuf." Kataku.

"Iya, Ningrum." Katanya.

"Apa kabar?."

"Alhamdulillah.. Baik."

Aku tersenyum sambil megangguk-anggukan kepalaku "Alhamdulillah."

"Ningrum.. Sini, Nak." Umi memanggilku.

Aku mengangguk "Iya, Mi." Kataku. Aku memandang Iren kemudian Iren menggenggam tanganku, kegugupanku kembali lagi.

Aku dan Iren berjalan kearah para perempuan, sedangkan Yusuf berjalan kearah para lelaki. Pak Atthar mana sih?

Aku langsung menyalami wanita paruh baya tetapi masih cantik,  aku mencium kedua pipi beliau, setelah itu beliau memperhatikanku dengan tersenyum "Cantik." Kata wanita itu, mukaku pasti sudah merah sekarang.

Wanita itu pasti orang tua Pak Atthar. Kemudian, aku duduk disebelah Iren, Iren langsung menggenggam tanganku. "Dingin banget tangan kamu, Ning. Jangan gugup, ya." Bisik Iren sambil tersenyum jahil kearahku.

Aku tidak meladeninya, aku melihat pria paruh baya yang sedang mengobrol dengan Abi ku, mungkin dia Ayahnya Pak Atthar, sedangkan Yusuf, dia sedang menatapku tajam. Aku tidak menghiraukan Yusuf.

Seseorang datang mengucap salam, kami semua membalas ucapan salam, pandanganku terarah pada orang yang baru datang. Ternyata Pak Atthar.

Pak Atthar menyalami Abi, kemudian berjalan kearahku, ehm.. Maksudku kearah Umi.

Pak Atthar menyalami tangan Umi dengan khidmat, Ya Robb.. Aku benar-benar gugup. Pandangan kami tak sengaja bertemu, tidak ada sapaan atau senyuman. Hanya raut datar yang ada wajahnya.

Aku mengalihkan pandanganku kearah lain, aku jengah dibuatnya. Kemudian, Pak Atthar duduk disamping Abi. Aku akui Pak Atthar itu tampan sekali malam ini. Dia menggunakan celana katun warna hitam, dengan atasan kemejan warna biru muda, tidak lupa kacamata yang selalu bertengger dimatanya, menambah kesan sangat dewasa.

"Perkenalkan, saya lelaki itu. Seorang lelaki asing yang mencintai putri kalian, seorang lelaki yang siap meneruskan tanggung jawab untuk membahagiakan putri kalian." Kata Pak Atthat sambil memandang kearah Abi dan Umi. Ada ketegasan didalam ucapan Pak Atthar, benarkah? Dia mencintaiku? Mukaku pasti sudah berubah seperti kepiting rebus sekarang.

"Saya Atthar bersama keluarga saya kemari, bermaksud untuk melamar Ningrum, putri Abi, saya harap Abi dan Umi memberi restu." Ucap Pak Atthar yakin.

Pak Atthar memanggil apa? Abi, Umi? Eh.., sejak kapan?

Kemudian Pak Atthar menoleh kearahku sebentar, hanya satu detik. Setelah itu, dia kembali menatap Abi.

Penantian Halalku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang