21

52.6K 3.1K 11
                                    

Hanya aku dan Tuhanku, yang mengetahui seluruh rasa dalam kalbu.

                    🌸🌸🌸

Dua hari ini aku tidak ada jadwal kuliah, karena senin lusa aku sudah disibukkan dengan ujian-ujian matkul.

Dan sekarang aku tengah menikmati sarapan bersama dengan keluargaku.

Aku menenggak habis susu cokelat buatan Umi, dari kecil aku memang suka sekali susu cokelat.

Aku melihat Abi dengan kening mengkerut "Abi nggak ke kantor?." Tanyaku, pasalnya Abi tidak memakai pakaian formal, Abi menggunakan pakaian rumah.

Abi memandangku setelah meminum air putihnya " Lagi nggak ada meeting, Kak. Lagian Abi pengen istirahat dulu dirumah." Jelas Abi.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Tentu saja Abi harus istirahat. Beberapa hari yang lalu Abi sangat sibuk, bahkan terkadang Abi pulangnya hampir Adzan Isya berkumandang.

"Kak, nanti Dila sekolahnya dianter kamu, ya?." Aku mengalihkan pandanganku ke Umi.

"Emang Dila mau?." Tanyaku bingung.

"Dek, kamu berangkatnya sama Kakak aja ya? Abi kan katanya mau istirahat, Umi mau bikin cemilan buat nanti malam." Ujar Umi.

Aku memandang Umi sambil menaikkan sebelah alisku "Nanti malam memang ada acara apa, Um?."

"Loh... Kamu lupa sayang?." Tanya Abi padaku.

"Hah?."

"Nanti malam kan ada yang mau nglamar kamu." Kata Umi tersenyum.

Astaghfirullah...
Aku bahkan lupa, sekarang hari sabtu ya? Berarti nanti malam Pak Atthar datang kesini?

Kemarin Pak Atthar mengirimku pesan, jika nanti dia dan keluarganya datang pada sabtu malam.

Seketika pipiku bersemu merah, ayolah Ningrum, kenapa kamu jadi begini?

Aku merasakan tanganku dingin, jantungku mulai berdetak diatas normal.

"Kak...."

"Eh, iya, Bi?."

"Menikahlah dengan lelaki yang ingin selalu bersamamu sampai syurga. Bukan sekedar menjadikanmu pasangan didunia saja, tetapi menjadikanmu bidadari syurga-Nya Allah." Ucap Abi sambil tersenyum tulus.

Allah.

Aku memandang Abi dengan mata yang berkaca-kaca, aku mengangguk "Insyaallah, Bi." Kataku dengan suara yang mulai serak.

Aku tahu, tentu tidak mudah bagi seorang Ayah untuk melepaskan anak perempuannya untuk laki-laki yang akan menggantikan tanggung jawabnnya.

Aku sangat menyayangi keluargaku ini.

"Ayo, Kak." Aku tersadar dari lamunanku, aku melihat Dila menyalami tangan Abi dan Umi, kemudian aku menyusulnya.

Aku dan Dila mengucap salam.
"Hati-hati, Kak. Awas jangan ngebut-ngebut naik motornya." Pesan Umi padaku.

"Oke Umi." Kataku sambil mengacungkan jempol, lalu aku dan Dila berjalan keluar rumah.

Aku langsung menaiki motorku yang sudah terparkir dihalaman rumah "Ayo cepet, Dek."

"Bentar, Kak." Ucap Dila sambil menutup pintu rumah.

Aku berdecak "Ini udah hampir jam setengah delapan loh, Dek." Kataku, memang disekolahan Dila masuk jam 07:45.

Dila duduk dibelakangku "Ya terus?." Kata Dila santai.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku keudian melajukan motorku.

Penantian Halalku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang