6

59.7K 3.3K 29
                                    

Jika kamu tidak bisa sedikit bersabar, sungguh kamu akan mendapatkan yang biasa saja. Namun sedikit saja kamu bisa bersabar, hingga Allah katakan "Sudah siap." Maka lihatlah hasilnya, kamu mendapatkan yang benar-benar sempurna.

           ________________

Hari ini aku masuk siang, dosen yang mengajar pagi tidak masuk. Mumpung ada waktu, aku merapihkan kamarku. Hmm.., apa di relayout aja yah, supaya suasana baru?

Setelah 30 menit rapi-rapi, sebaiknya aku mengganti pakaianku. Tadi aku memang masih memakai piama tidur walau sudah mandi.

Aku memakaikan kerudung warna merah maroon, mencocokkan dengan pakaianku yang senada.
Aku melihat pantulan diriku dicermin. Aku tersenyum, nah siap!

Aku bersyukur karna hari ini aku sudah merasa lebih baik, insyaAllah perlahan aku melepaskan perasaanku dengan Yusuf.

Aku menuruni tangga dengan senyuman dibibirku. Hari ini rumah sepi. Dila sekolah, Abi berangkat kerja dan Umi sudah berangkat ke pengajian.

Aku mengunci rumah dengan memakai kunci cadangan. Mood ku sedang bagus, entahlah, hari ini aku ingin naik angkutan umum saja.

Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku. Untunglah hari ini tidak macet, hanya 24 menit sampai kampus.

"Kiri bang." Ucapku.

Aku membayar ongkos kemudian turun dari angkot. Ku lihat jam dipergelangan tanganku sudah munjukkan pukul 09:11, kelas dimulai jam 09:30. Masih lama, hm.. sebaiknya aku sholat dhuha dulu.

Kemudian, aku pergi menuju masjid kampus. Aku tersenyum pada adik tingkatku yang menyapaku. Aku tidak mau di cap sombong.

Sesampainya dimasjid aku langsung membuka sepatu bludru dan kaus kaki. Aku langsung menuju tempat wudhu.

Setelah selesai berwudhu, aku memakai kerudungku.

"Allahummaf-tahlii abwaaba rahmatika". (Wahai Tuhanku, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu). Ucapku kemudian melangkah masuk kemasjid.

Lagi-lagi aku mendengar suara pria merdu itu dari balik pembatas. Dia sedang tilawah, membaca surah Al-Kahfi.

Kalau aku bertemu dengan pria itu aku akan menyuruhnya untuk membaca surah Ar-Rahman, surah kesukaanku.

Aku melaksanakan dua rakaatku. setelah selesai, aku berdzikir. Ya Robb semoga aku selalu berada dijalan-Mu.

Aku melipat mukenahku. Kurasa pria itu sudah selesai tilawahnya. Aku memasukkan mukenahku kedalam tas dan segera pergi menuju kelas. Kulihat jam ditanganku, lima menit lagi kelas akan mulai.

Dari masjid memang tidak begitu jauh. Aku berjalan dengan cepat, apa Iren sudah ada dikelas ucapku dalam hati.

Aku memasuki kelas, untung saja dosen belum masuk. Aku duduk dibangku sebelah kanan barisan ke tiga.

"Ningrum!."

Bagus Iren, semua pandangan tertuju padaku. Bagaimana tidak, dia memanggilku dari pintu kelas, dan sambil teriak. Aku mendengus.

Aku menatapnya kesal sambil menempelkan jari telunjukku dibibir menyuruh Iren diam, dia hanya cengengesan sambil berucap Sorry kearahku tanpa suara.

Setelah suasana kelas kembali seperti semula, Iren duduk disebelahku.

"Ning." Ucap Iren. Aku hanya membalas dengan gumaman.

"Tadi aku melihat Yusuf sama dosen baru itu diparkiran."

Aku mengerutkan kening "Mereka mau jadi tukang parkir?." Kataku.

"Ish ngga lucu." Ucap Iren dengan nada kesal. "Dengerin dulu, aku belum selesai bicara tau."

"Haha, iya iya."

"Aku melihat mereka sedang ngobrol, kamu tahu Ning? Semua mahasiswa tidak henti-hentinya memandang Yusuf dengan Pak dosen itu. Mereka sangat-sangat tampan. Apalagi Yusuf." Ucapnya lebay.

Aku terkekeh sambil menggelengkan kepalaku, Iren memang lebay dari dulu.

Kemudian, aku menyandarkan tubuhku ke sandaran kursi, aku memejamkan mataku.

Ku rasa dosen sudah masuk karna semua teman dikelasku tidak ribut lagi.

"Ning bangun, ada dosen baru tau." Ucap Iren sambil menggoyang-goyangkan tanganku.

Huh, biar saja. Aku masih nyaman dengan posisi seperti ini.

"Perkenalkan nama saya Atthar Mauza Satriya, saya disini akan menggantikan Mr.Heri, ada yang ditanyakan?."

Ooo dosen baru itu namanya Atthar. Aku masih memejamkan mataku.

Kemudian, aku mendengar teriakan-teriakan pertanyaan dari teman-teman perempuanku.

"Pak Rumahnya dimana?"

"Masih single kan?!"

"Umurnya berapa pak?"

Dan masih banyak lagi ku rasa.
Apa-apaan mereka menggoda dosen?
Huh, pusing rasanya aku mendengar teriakan mereka.

Aku membuka mataku. Dan pertama yang kulihat adalah...

Whatt!

Itukan pria menyebalkan yang dicafe!

Tamatlah riwayatku. Bahkan saat itu aku benar-benar tidak sopan padanya.

"Waaah,. ku rasa Pak Atthar memang benar-benar tampan, sampai-sampai kamu terus memperhatikan dosen itu Ning." Ucap Iren dengan bangga.

"Aish, apaan sih." Ucapku kesal.

"Yang jelas rumah saya diatas bumi. Yaah, saya memang masih single silahkan kalau mau daftar." Ucapnya dengan terkekeh. Huh, dasar tukang nampang.

"Saya akan memberi tahu E-mail saya satu kali. Catat baik-baik, saya tidak akan mengulanginya lagi." Sepertinya dosen itu galak.

"Attharsatriya27@gmail.com" Ucapnya sambil menulis dipapan tulis.

Aku tidak mencatat, aku masih panik!

Bagaimana jika dosen baru itu masih ingat denganku? Apa dia akan balas dendam dengan mengurangi nilaiku? Aku menunduk sambil memejamkan mataku, Ya Robb bantu aku.

Aku mendongakkan kepalaku, tanpa sengaja pandanganku dan pak Atthar bertemu. Aku mengalihkan pandanganku. Haduh, gimana ini...

"Saya akan mengabsen dulu supaya tahu nama kalian." Mereka mengangguk.

"Adipraja"

Yang dipanggilpun mengangkat tangan.

"Adelia Puspita"

Pengabsenan masih terus berjalan. Sungguh, jantungku sedari tadi tidak henti-hentinya berdetak. Apa dia masih ingat denganku? aku terus memejamkan mataku.

"Iren Firlanda."

Dosen itu masih terus menyebutkan nama kami satu persatu.

"Sanidah"

Ya Robb sebentar lagi.

"Syabilla Ningrum." Ucap pak Atthar.

Aku terus diam. Rasanya berat sekali aku mengangkat tanganku.

"Syabilla Ningrum? Apa tidak hadir?". Ucap dosen itu mengulangi perkataanya.

Iren menyenggol lenganku sambil menatapku dengan kening yang mengkerut.

Perlahan, dan dengan ragu-ragu aku mengangkat tanganku.

"Kamu, Syabilla Ningrum?". Ucapnya seraya bertanya.

Aku menganggukan kepalaku.

"Baiklah, jika dipanggil cepatlah menjawab atau mengangkat tangan. Jangan diam saja." Kata pak Atthar, kemudian melanjutkan mengabsen.

Iyakan, jadi benar dia masih mengingatku. Pandangannya juga seperti masih kesal denganku.

Aku menghembuskan nafas kasar. Bagaimana hari-hari ku besok yang akan setiap hari bertemu dosen menyebalkan itu?.

***

Penantian Halalku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang