#26 Rasanya kok gini ya?

249K 20.2K 876
                                    

Di mulmed Pak Nugra lagi jelasin materi kuliah di depan kelas

Pak Nugra: yakin masih doyan cabut 🙍

. . . . .

Pocky.

Pocky?

Pocky?!

Kenapa dimana-mana ada pocky? Di student center, di kantin, di koridor, di TU, di kelas. Oh my. Ini hari kamis kan coeg bukan hari besar yang butuh suatu perayaan. Gue cek di kalender emang ngga ada. Tapi kenapa semua orang seolah lagi merayakan hari pocky se-FH. Mereka beramai-ramai makan pocky. Rasa chocolate flavour lagi. Seakan mau mengingatkan gue dengan tragedi semalam.

Sialan!

Tanpa perlu mereka ingatin, otak gue sudah tersetel sendiri ke momen jahanam itu. Efek pocky semalaman gue ngga bisa tidur. Bayangan pocky yang digigit Pak Nugra sedikit demi sedikit hingga bibirnya yang hot marihot itu nyentuh bibir gue yang manis ini. Meninggalkan jejak panas dan menyalurkannya ke setiap jengkal sisi tubuh gue. Seketika badan gue mendadak panas dingin: meriang.

Sekalinya bisa tidur, di dalam mimpi gue kembali dihantui bayang-bayang benda kenyal melumat pocky. Oh God. Ngga di dunia nyata, ngga di alam mimpi semuanya serba pocky. Belum ada satu jam gue udah kebangun lagi. Untungnya gue kebangun di pertigaan malam, ambil wudhu, gue bawa sholat tahajud. Alhamdulillah sayton pocky itu enyah. Tapi siang ini malah muncul keroyokaaaaaan.

"Woi!"

Sekotak biskuit stik berwarna merah mendarat di meja gue. "Pocky pocky eh pocky. Setan!"

Noval terbahak. "Ngelamunin apaan lu khusyuk amat. Noh pocky, kepengen pocky sampe kebawa latah gitu."

"Anjay. Apaan lu ngasih-ngasih gue pocky!" dengan satu jentikan jari pocky itu melesat ke lantai.

"Belinya potong duit bulanan gue nih, main buang aja." Tangan Noval dengan sigap memungut pocky itu lagi.

"Jauh-jauhin dari gue. Gue males berurusan dengan pocky, trauma!" asli deh sumpah. Gue ngga kuat liat pocky. Bawaannya pengen yang kenyal-kenyal kayak semalam.

"Apaan trauma makan pocky. Agak-agak sedeng Adinda Kanda tengok." dengan santai Noval membuka bungkus pocky, memakannya tepat di depan muka gue dengan mata merem melek. Ekspresinya dibuat senajis mungkin, bikin tangan gue ngga segan melayang ke mukannya.

Gue tempeleng pipi Noval kesal. "Jangan makan depan muka gue monyet!"

Noval terbatuk-batuk tersedak pocky. Memukul-mukul pelan dadanya beberapa kali, telunjuknya mengarah ke depan. "Mulut lu. Noh liat depan pintu." katanya dengan suara tertahan.

Buset. Ngapain dia disitu?

"PS lu tuh." bisik Noval.

"Ngga perlu lu omongin gue juga tau." balas gue ikut berbisik. Masih terus memantau Pak Nugra yang tampak lagi berbicara dengan salah satu dosen pidana.

"Roman-romannya dia mau masuk kelas ini."

"Mampus gue. *PHP jadwal kelas Pak Amin kan. Kenapa dia yang masuk?"

"Mana gue tau, pertemuan pertama kemaren masih Pak Amin."

"Pertemuan kedua, waktu gue titip absen ke lu siapa yang masuk?"

Noval nyengir, "Gue juga cabut waktu itu. Gue titip absen kita ke junior."

Gue tepok jidat frustasi. "Hamba rindu teman yang waras ya Allah."

Gue dorong bahu Noval ke depan untuk nutupin badan gue. Jangan sampe Pak Nugra melihat keberadaan gue disini.

"Maksudnya apa dah ngumpet-ngunpet belakang gue begini?"

Suami Satu Semester (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang