Mulmednya jangan lupa di play 🎶
.
"Brengsek!"
Iya brengsek. Memang brengsek.
Jadi ini reward yang gue dapat setelah melewati adegan dramatis berdarah-darah selayaknya film action, disuguhkan dengan potret perselingkuhan manis antara laki gue dengan Uni gue sendiri. What a fucking surprise!
Gue benar-benar terharu. Takdir memang terkadang suka bercanda. Sampai hati dan perasaan pun jadi bahan candaan yang menyakitkan. Nyelekit, banget! Kali ini untuk pertama kalinya di hidup gue yang penuh dengan tawa, gue merasa jadi manusia paling bodoh dan sial dalam waktu yang bersamaan. Kenapa bodoh? Karena orang yang gue cari mati-matian, orang yang mendadak hilang, orang yang membuat gue terjebak dalam posisi seperti ini, ternyata berada dekat dengan gue. mengelilingi hidup gue selayaknya pluto yang berevolusi pada matahari namun bersembunyi dibalik planet-planet lain. Dan sialnya, saking dekatnya kami, laki-laki yang kami cintaipun sama. Lucu bukan. Skenario Tuhan memang nggak pernah main-main dalam membuat kisah perjalanan hidup hamba-Nya, nggak pernah bisa di duga.
Gue tertawa sumbang. Perih men! Bukan karena luka luar akibat kecelakaan yang gue alami tadi, namun perih ini berasal dari luka menganga yang baru ditorehkan dua orang paling penting di hidup gue. Dua orang yang harusnya bersatu namun terpisahkan karena adanya gue diantara mereka.
Dengan sisa kekuatan yang ada, untuk terakhir kalinya gue pandang Pak Nugra dan Uni. Mereka masih hanyut dalam pelukan hangat penuh haru. Melihat Uni menangis, luka gue semakin menganga. Melihat Pak Nugra memeluk Uni sama eratnya seperti ia memeluk gue tadi pagi, hati gue berdarah. Gue tolehkan kepala ke depan bersama dengan liquid bening yang jatuh dari pelupuk mata.
Ternyata tanpa gue sadari, pintu lift terbuka sejak tadi, ditahan oleh seseorang yang berdiri di sana. Seseorang yang kini menatap gue iba. Gana keluar dari lift, mempersingkat jarak kami. Menghapus air mata gue yang tumpah. Tanpa kata, ia membawa gue dalam pelukkannya. Membenamkan wajah gue pada dada bidangnya. Memberi gue tempat untuk menangis dalam diam.
Tak lama kami seperti itu, gue merasakan kepalan tinju di balik punggung gue. Gana melepaskan pelukannya. Ia mundur dan gue tau apa yang akan terjadi. Gue meremas baju Gana, menahannya. Ia menunduk menghapus butiran bening yang menganak sungai di pipi. Tangannya menggenggam tangan gue dan menariknya hingga remasan gue lepas.
"Kamu celaka cuma untuk mengejar orang yang sedang selingkuh?" tanya Gana sarkastis. "Biarkan saya yang beri pelajaran pada si peselingkuh itu." Dengan langkah lebar ia mendekat ke balkon.
Gana menarik Pak Nugra tiba-tiba hingga ia berdiri. Lalu melayangkan tendangan keras menyebabkan Pak Nugra terjerembab di lantai.
"Bangun lu brengsek!" Gana menarik kerah kemeja Pak Nugra dan kepalan tinjunya berlabuh di pelipis pria tiga puluh tahun itu. "Cukup gue yang jadi si brengsek di sini, lu nggak perlu ikut-ikutan brengsek." Gana kembali menghadiahkan pukulan keduanya. Pak Nugra yang belum sepenuhnya berdiri kini kembali terjerembab di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Satu Semester (SUDAH TERBIT)
Narrativa generaleNikah? Sama dosen pembimbing skripsi sendiri? Apa jadinya? Untung atau malah bunting eh buntung? Hanya kisah tentang mahasiswa semester akhir yang tengah diburu deadline menulis skripsi. Terpaksa menikah dengan dosen pembimbing skripsinya sendir...