#20 GA-NA

214K 16.8K 793
                                    

"Nugraha?"

Seketika tangan gue yang tergerak melambai berhenti. Bibir yang melengkung Indah membentuk bulan sabit di pagi hari ini berubah menjadi cibiran masam. Sialan. Apa maksudnya melambai ke gue yang di sapa Pak Nugra. Di-php-in dong gue.

Dunia emang udah kebalik. Jaman sekarang ayam jantan sukanya bukan sama yang berkotek tapi yang berkokok juga. Ck gue tau spesies seperti Pak Nugra ini lagi digandrungi garis keras dengan spesies bertestis dan berotot ngga kalah gedenya dengan punya Pak Nugra. Tapi coeg tolong dong jangan kejam amat ke gue. Apa salahnya pandanglah daku barang sejenak biar ngga miris banget. Di kacangin cogan karena dia fokus ngeliatin cecan lain sih ngga masalah. Tapi di kacangin cogan karena dia fokus mandangin cogan lain itu yang petaka.

Pak Nugra mendongak. Senyum yang semula tercetak di bibirnya surut seketika.

"Gana?" katanya datar.

"Hei bro! Dari jauh gue sanksi sih ini lu, ngga taunya setelah deket ternyata beneran lu." berbeda dengan Pak Nugra, pria yang di panggil Gana itu berseru kelewat girang.

Pak Nugra berdiri. Tampak enggan menyambut jabatan tangan yang sudah terlanjur diasungkang Gana. Mereka saling bersalaman kasual ala laki-laki.

Alamak gue juga mau. Lumayankan bisa salaman. Untung-untung bisa kenalan.

Berdiri. Gue mengulurkan tangan ke depan.

"Dunia emang sempit ya. Ngga nyangka bisa ketemu lu disini. Apa kabar bro?" lagi-lagi fokusnya tetap ke Pak Nugra.

Buset. Kacang sekilo berapa sih. Lagi murah kali ya. Dari tadi gue dikacangin mulu. Sebel.

Gue tarik tangan yang terlanjur mengambang di udara. Gue tiup telapaknya lalu gue usap ke belakang kepala. Ngilangin tengsin coeg.

"Gue baik." jawab Pak Nugra singkat setelah melepaskan tautan tangan mereka. Lalu menunduk, mengambil ranselnya. "Gue duluan." katanya meninggalkan si Gana Gana itu dan tentu aja gue.

Lah main pergi aja. Mulut gue sudah monyong ke depan hendak menghimbau suami tercinta yang telah tega meninggalkan istri unyunya dengan pria asing bermata segaris ini. Saat suara lantang pria sipit ini mengalun lebih dulu, hingga ayunan langkah Pak Nugra berhenti seketika.

Gana tersenyum miring. "Tiga tahun berlalu sikap lu masih ngga berubah." ia memutar tubuhnya menghadap punggung Pak Nugra. "Bro, diam ngga akan menyelesaikan masalah."

"Seingat gue masalah di antara kita sudah selesai." imbuh Pak Nugra dingin tanpa menoleh.

"Selagi lu masih menghindari gue, itu tandanya belum selesai." mendengus, Gana melanjutkan. "C'mon man, kita sudah terlalu dewasa untuk bertengkar cuma karena perempuan."

Tak menggubris. Pak Nugra pergi tanpa kata.

Seperti tadi. Gana berteriak cukup lantang hingga beberapa orang yang lewat menoleh bersamaan pada objek yang sama, Gana.

"Lu ngga pengin tau kabar Vira?"

Kayak di adegan film, Pak Nugra berhenti sejenak. Hanya sebentar lalu berjalan lagi tanpa menoleh.

Gue berasa nonton ftv. Ada apakah gerangan antara dua pisang jantan ini. Pak Nugra si ganteng nan ramah yang selalu tersenyum semringah ke siapa aja, mendadak dingin dan kaku setelah bertemu Gana. Gue mengendus adanya ketidak beresan antara mereka. Jangan bilang mereka terjebak cinta pada perempuan yang sama. Ya amsyong, sinetron kali bah. Macem cewek udah pada langka sampe-sampe satu bagi dua. Ehiya ngomong-ngomong Vira teh saha?

Gue memandangi punggung Pak Nugra yang mulai menjauh ketika ada sebuah benda hitam yang menutupi pandangan gue. Gue terlonjak kaget saat menyadari benda itu adalah kepala Gana yang sedikit miring ikut memandangi Pak Nugra.

Suami Satu Semester (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang