What Are You Doing?!

4.7K 499 11
                                    

Kini kami berdua berada di dalam kamar hotel. Tidak melakukan apapun. Hanya diam terpaku melihat ranjang berukuran king size yang hanya terdapat satu dalam kamar ini.

"Saya akan tidur di sofa." Gue berbicara.

"Tidak. Saya yang akan tidur di sofa. Kamu yang tidur di ranjang."

"Tapi, pak,"

"Kalau begitu kita berdua tidur di ranjang."

"N-nggak, pak. Terima kasih. Saya yang akan tidur di ranjang." Gue berjalan menuju kasur dan meletakkan tas yang gue bertengger manis di lengan gue sejak tadi.

Suasananya canggung parah.

"Bapak mau mandi?" Tanya gue untuk melenyapkan kecanggungan antara kami.

"Kenapa? Kamu mau mandiin saya?" Salah lagi gue.

"Huh? N-nggak. Maksudnya kalau bapak nggak mau mandi saya mau mandi duluan."

"Kamu dulu aja yang mandi. Saya masih harus ngecek email saya." Pak Guanlin meraih tabletnya dan jemarinya mulai bergerak lincah.

Gue nurut dan mulai membuka koper gue untuk ngambil baju ganti. Setelah itu gue langsung mandi.

Nggak lama kemudian gue selesai dan segera keluar.

"Pak, saya sudah selesai. Bapak silahkan mandi." Gue ngasih tau supaya dia nggak mandi terlalu malam.

"Kamu mau langsung tidur?" Dia melirik gue melalui kacamatanya.

"Kita belum makan malam, kan? Bukannya kita ke bawah dulu untuk makan malam?" Kebiasaan gue yang nggak bisa melewatkan waktu makan kumat.

Dia tersenyum mengalah.

"Sebenarnya bukan itu maksud saya. Tapi saya mandi dulu baru kita makan malam. Oh! Resepsionis bilang makan malam akan diantar ke sini. Jadi kita nggak perlu ke bawah."

"Baik, pak."

Benar apa yang dikatakan pak Guanlin. Nggak lama setelah dia ke kamar mandi seorang pelayan masuk dan mengantar troli berisi piring-piring makanan.

Pelayan itu menata semua makanan di meja makan lalu keluar.

"Terima kasih." Ucap gue sebelum dia pergi.

"Makanannya udah datang?" Gue dikejutkan suara seseorang yang gue yakini pak Guanlin.

Tebakan gue tepat. Pak Guanlin berdiri di depan pintu kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggulnya dan air yang menetes dari rambutnya yang masih basah.

Wait, what?!?! Pake baju dulu, woy!

Gue narik napas dalam-dalam dan menenangkan diri gue. Tujuannya biar gue lebih tenang setelah melihat pemandangan yang seharusnya nggak gue lihat.

Abs Sehun yang sepupu gue sendiri belum pernah lihat eh ini malah abs orang udah lihat.

"Sudah, pak."

Dia berjalan mendekat, njir. Dan sekarang gue nggak bisa gerak. Kan bangsat kaki gue.

Dia berjalan melewati gue dan melihat menu makanannya.

"Steak salmon? Champagne? Dimana champagne yang saya pesan?"

"Champagne? Oh! Saya menyimpannya ke dalam kotak di sana dan memesan jus jeruk. Saya pernah baca kalau alkohol membuat kita lebih lelah. Terlebih saya nggak bisa minum alkohol, pak. Kakek saya juga pernah bilang jangan pernah minum alkohol sama laki-laki, tapi saya nggak tau kenapa. Lagipula saya nggak bisa minum jadi saya nggak pernah coba."

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang