Reason

4K 434 5
                                    

"okay, start talking." Ucap gue di dalam mobil.

Sekarang mobil pak Guanlin sudah terparkir di depan rumah gue. Ya, dia mengantar gue pulang.

Harus lah. Dia yang minta gue keluar, dia juga yang harus antar gue pulang.

"What to talk?"

Lo udah ngakuin gue sebagai pacar lo dan lo nggak mau menjelaskan?

"Hhh... Kenapa bapak ngakuin saya sebagai pacar bapak?"

"Karena kamu nggak mau nerima permintaan saya untuk berpura-pura menjadi pacar saya."

Jadi lo maksa?!

"Tapi kenapa? Kan bapak bisa cari cewek lain. Nggak usah jauh-jauh deh, di kantor kan banyak."

"Tapi kamu yang paling dekat dengan saya. Saya malas jauh-jauh keluar ruangan dan mencari perempuan lain. Lagipula mereka terlalu ekstrim. Kalau kamu kan pasti nurut dan nggak akan macam-macam. Jadi pasti mudah mengatur kamu. Dan lagi, bersikap berlebihan. Itu yang saya nggak suka dari mereka."

Oke, hati gue agak sakit mendengarnya. Dengan kata lain dia menganggap gue sebagai cewek gampangan.

"Oh! Mama pasti akan menyuruh orang untuk mengintai kamu, jadi besok saya akan menjemput kamu." Ucapnya enteng.

Mengintai?

"Maksudnya, pak?" Gue beneran nggak ngerti kali ini.

"Ya, karena mama dan papa sudah tau kalau kamu pacar saya, mereka pasti akan mengintai kita berdua mengenai benar atau tidaknya hubungan kita berdua."

"Sampai seperti itu?" Dia mengangguk.

Apa dia sering bohong sampai orang tuanya harus mengklarifikasi kebenaran tentang anaknya sendiri?

Udah ah. Gue pusing dengan drama keluarganya. Gue mau masuk dan segera tidur. Gue capek dan besok masih harus kerja.

"Tenang aja. Walaupun begitu, saya... Nggak akan ikut campur urusan pribadi kamu. Jadi kamu hanya perlu berpura-pura di depan keluarga saya aja."

Gue menatap dia sebentar, terhenyak oleh ucapannya.

"Oke. Mmm... Kalau begitu, saya akan masuk duluan. Selamat malam."

Ini hari yang melelahkan.

Gue harap hari ini cepat berakhir. Tapi...

"Udah pulang?"

"Sehun? Lo ngapain malam-malam di sini?"

Gue mendapati Sehun yang duduk di sofa ruang tamu rumah gue.

Matanya menatap tajam tapi terlihat jelas bahwa dia baru aja nangis.

Gue berlari kecil menuju Sehun lalu memeluknya. Gue memeluknya cukup erat dan dia nangis di dalam pelukan gue.

Ini jarang banget terjadi. Gue jarang banget lihat Sehun nangis. Terakhir kali gue lihat dia nangis adalah saat gue nggak sengaja jatuh dari tangga univ dan dia dengan lebaynya ngirim gue ke rumah sakit.

"Gue akan selalu ada buat lo, Hun. Gue janji." Ucap gue menenangkan Sehun.

"Na," panggilnya. "Gue boleh tinggal di sini untuk sementara?"

"Tentu. Karena rumah gue adalah rumah lo juga." Sehun semakin mempererat pelukannya.

Sehun agak aneh hari ini.

Tapi yaudah lah.

Setelahnya kami pun tidur di kamar masing-masing.

Keesokkannya gue bangun lebih pagi dari Sehun dan menyiapkan sarapan untuk gue dan dia.

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang