Baby

2.6K 267 6
                                    

Perjuangan Guanlin untuk Sienna belum selesai. Setelah istrinya 'ngidam' ingin memeluk singa, kini muncul keinginan aneh Sienna yang lain.

Ia ingin melihat suaminya menggendong bayi.

Seperti hari itu. Ia mengajak Sienna untuk berjalan-jalan di taman dekat rumahnya. Itu juga merupakan saran mamanya agar Sienna berolah raga dengan berjalan kaki setidaknya sebentar saja setiap hari.

"Ya, Guan~ Aku mohon,"

"Tapi itu bayi orang, Ina."

"Kan, tinggal bilang ibunya kalo kita mau pinjem anaknya untuk digendong. Cuma sebentar aja, kok. Ya?"

"Hhh, okay." Akhirnya pria itu mengalah.

Dia berjalan menghampiri sepasang suami istri dengan kereta bayinya dengan ragu.

"Permisi,"

"Ya? Ada apa, ya?" Jawab ayah dari bayi yang ada di kereta bayi.

"Mmm, boleh... saya menggendong bayi tuan?" Pinta Guanlin sopan.

"Kamu penculik anak, ya?! Jangan kurang ajar kamu! Saya ini adalah tentara nasional Korea! Kamu mau saya tembak, heh?!" Sang ibu segera memeluk bayinya.

Bukannya dapat apa yang diinginkan Guanlin malah dikira penculik. Aduh~!

"B-bukan! S-saya, maksud saya, istri saya sedang hamil. Ini adalah bulan ke-7 kehamilannya. Setahu saya, seharusnya ini sudah lewat dari masa 'ngidamnya'. Tapi saya rasa akhir-akhir ini dia kembali meminta hal-hal aneh. Itu Sienna, istri saya, wanita yang duduk di sana," tunjuk Guanlin pada Sienna yang melambai padanya.

"Benar?"

"Benar, pak. Saya tidak bohong."

Dalam hatinya, 'Ina~ suamimu hampir ditembak mati demi memenuhi keinginanmu. Aku harus minta 'jatah' nanti. Nggak mau tau!'

"Oh, kalau begitu begitu kita ke sana aja. Ya, pa?"

"Heh?" Guanlin terkejut.

"Istri kamu lagi hamil besar begitu, pasti capek kalo bolak-balik jalan. Kita yang kesana aja. Iya kan, pa?"

"Iya, istri saya benar. Ayo,"

"O-oh, iya. Baik, pak." Baru selangkah Guanlin berhenti.

"Eh! Tunggu,"

"Ya?"

"Istri kamu mau lihat kamu gendong bayi, kan? Sini," Ibu tersebut memindahkan bayi yang ada di pelukannya ke pelukan Guanlin.

"Hati-hati, ya. Dia baru berusia 4 bulan. Ayo,"

Mereka berjalan menghampiri Sienna dengan Guanlin yang masih kesulitan dan merasa asing dengan manusia kecil dalam dekapannya.

"Halo, Sienna, ya?" Sapa wanita itu ramah.

"Ahh, iya, halo, nama saya Sienna." Senyumnya.

Ia mencoba berdiri dari duduknya, tapi nihil. Ia merasa perutnya semakin hari semakin besar. Bahkan ia pernah melihat wanita yang hamil, tapi ia rasa perutnya jauh lebih besar dari wanita hamil pada umumnya.

"Ahh, nggak usah bangun. Saya yang akan duduk di samping kamu." Wanita itu duduk tepat di samping Sienna. "Perkenalkan, nama saya Park Jihye, dan ini suami saya, Han Jongil. Suami saya adalah tentara."

Pria itu membungkuk memberi salam.

"Halo, maaf. Saya kira awalnya suamimu adalah penculik bayi, bahkan saya sempat berniat untuk menghajarnya," pria itu tersenyum seraya menepuk bahu Guanlin.

"Ina, permintaanmu udah aku kabulkan, kan?" Tanya Guanlin yang belum terbiasa, ia takut bayi dari tentara nasional yang ada dalam pelukannya terjatuh secara kebetulan. Ia memikirkan apa yang akan dilakukan ayah dari bayi ini jika hal itu terjadi.

"Kamu cocok gendong bayi, Guan." Sienna terkikik.

Guanlin mengembalikan bayi dalam pelukannya pada ayahnya karena bayi itu mulai merengek.

"Ngidam kamu cukup aneh, ya?" Tanya Jihye.

"Iya, nyonya. Bahkan dulu istri saya ngidam memeluk singa," Cerita Guanlin.

"Oh, ya?" Kedua suami istri itu terkejut.

"Agak ekstrim, ya?" Jongil.

Pada akhirnya mereka memiliki obrolan sendiri-sendiri. Tuan Jongil dengan Guanlin, dan nyonya Jihye dan Sienna.

"Jika lahir nanti, anak kamu pasti lelaki,"

"Saya berharap begitu, tapi suami saya berharap ia memiliki seorang putri dalam keluarga kami."

"Ya udah, kembar lelaki perempuan aja deh, biar kebagian semua."

"Aamiin," Sienna tersenyum. "Semoga saja."

"Kira-kira kapan akan lahir?"

"Dokter bilang sekitar dua bulan lagi. Tapi ada kemungkinan lahir prematur karena saya sendiri punya riwayat anemia," Sienna agak tertunduk.

"Saya juga seperti kamu saat kehamilan putra saya yang pertama," nyonya Park mulai bercerita.

"Oh ya?"

"Ya, saya juga memiliki riwayat anemia dan divonis akan melahirkan sebelum waktunya. Tapi saya tidak peduli. Saya melakukan yang terbaik untuk putra pertama saya. Saya menjaga pola makan dan istirahat saya. Pada akhirnya putra pertama saya lahir dengan sehat. Kini dia sudah berusia 6 tahun."

"Wah~" Tanpa sadar Sienna mengagumi orang yang baru dikenalnya itu.

"Oh! Ini hampir jam makan siang. Gimana kalo kalian mampir ke rumah kami? Sekalian sharing masa kehamilan saya sama kamu. Gimana?"

"Oh! Boleh," gadis itu menunjukkan senyum manisnya.










.-.-.

Hello~

I'm back with another chapter of 'Damn Boss'.

#First
Though its late, and the fact its really late, I wanna say, Minal 'Aidzin Wal Fa'idzin for everyone who celebrate Ramadhan. Sorry for every single mistake that I've done to ya all.

#Second
Sorry for long hiatus. I didn't mean to have a reaaalllyyy long hiatus. But I really enjoy my holiday. *Hhe ^^

#Third
Please vote and comment about this story. And... lemme know what you think about my story.

#Fourth
Enjoy this chap, guys. Happy Sunday and happy reading~!!!

A

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang