Forgive

2.4K 269 7
                                    

Chap ini gaje parah. Kalo udah merasa ada kegajean dari paragraf awal mending skip aja. Lagi kehabisan ide.

.-.-.

Aku akan jadi seorang ayah.

Entah ini adalah do'a kakek yang kuat ingin punya cicit atau bagaimana aku nggak tau.

Di satu sisi aku senang banget akan jadi ayah. Tapi di sisi lain aku juga khawatir dengan keadaan Ina karena Ina malah dapat tekanan ketika usia kandungannya sedang rentan.

Aku bersumpah akan menghukum tiga orang itu jika sesuatu yang buruk terjadi pada Ina. Akan aku pecat mereka dan aku tuntut mereka di pengadilan. Aku seorang bos. Sangat mudah bagiku membuat mereka menderita. Nggak ada yang nggak bisa aku lakukan. *Sombongbangetjirr

Ah! Sehun. Harusnya aku kasih tau dia. Tapi Ina ngelarang. Ngeri juga kalo dengar bagaimana reaksi Sehun nanti kalo tau Ina hamil. Mungkin dia akan lebih overprotective dan posesif dari aku selaku suaminya. Oke, itu bisa dilakukan nanti.

Sekarang Ina tinggal di rumah. Aku ngelarang dia untuk datang ke kantor. Aku nyuruh dia untuk istirahat aja di rumah. Walaupun kadang dia bandel. Tiba-tiba dia muncul di kantor. Alasannya bawain makan siang.

Soal kerjaan Ina, aku serahin semuanya ke Jaehwan. Dia yang aku tunjuk untuk jadi sekretaris baruku untuk menggantikan Ina. Aku nggak mau sekretaris wanita. Cukup Ina aja. Aku nggak mau ada masalah lagi. Semua masalah terkait wanita cukup sampai disini.

Soal tiga wanita yang udah membully Ina, mereka udah 'bebas'. Ina sendiri yang 'membebaskan' mereka. Jadi begini,

Siang itu Ina datang ke kantor. Seperti biasa, alasannya bawain makan siang. Dia nungguin sampai aku selesai makan siang dan dia akan bawa pulang kotak makan siang yang udah kosong.

Selesai makan siang aku mengantarnya ke lobby. Aku memanggil supir kantor pribadiku untuk mengantar Ina. Saat di lobby itu kami bertemu dengan tiga orang itu.

"N-nyonya," panggil salah satu dari mereka. Kami otomatis menghentikan langkah kami.

Aku memandang mereka dengan pandangan tak suka. Sementara Ina memandangku dengan bingung. Saking senang akan punya anak aku sampai lupa untuk memecat mereka.

"Ya?" Ina masih membalas mereka dengan lembut. Kalau aku mungkin udah aku tendang mereka.

"K-kami m-minta m-maaf. Atas kejadian waktu itu, kami benar-benar minta maaf."

"Kalian ini nggak-"

Sial! Ina menghentikan aku dari segala umpatan yang udah aku persiapkan dalam kepalaku.

"Guan," Ina menggenggam tanganku yang membuatku menghentikan kalimatku.

"Nggak apa-apa. Tapi saya harap kalian tidak seenaknya lagi. Apalagi hanya membuat kesimpulan sendiri. Karena jika kalian membuat kesalahan lain, saya tidak bisa membantu kalian. Mungkin Guanlin yang akan turun tangan. Jadi jaga ucapan dan perilaku kalian selama kalian di kantor ini. Saya udah memaafkan kalian." Ucap Ina.

"T-terima kasih, nyonya. Kami sangat berterima kasih."

"Kalian bisa kembali bekerja."

"Sekali lagi terima kasih, nyonya." Tiga wanita itu berkali-kali membungkukkan tubuhnya.

Kadang aku bingung dengan wanita yang satu ini. Dulu, saat aku masih menjadi lelaki brengsek yang menariknya dalam drama yang akhirnya menjadikan dia sebagai istriku, dia diam dan menerima aku sebagai suaminya.

Bahkan saat beberapa kali aku membuatnya marah padaku terutama karena kejadian di pantai saat kami berbulan madu, dia masih memaafkan aku. Juga kejadian lingerie.

Udah banyak kesalahanku yang Ina maafkan. Hhh, sekarang aku merasa jadi orang jahat karena semua masalah yang menimpa Ina.

Maaf, Ina. Mulai sekarang aku akan jadi suami sekaligus ayah yang baik bagi kamu dan calon anak kita.

I love you, Ina.

.-.-.

Bubye~

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang