She Is My Wife

3K 282 6
                                    

"Aku mencintaimu, Lai Sienna. Aku tidak pernah berbohong padamu, kamu tau itu. Dan aku serius mengatakan ini."

Gadis itu tak bisa bergerak, bahkan untuk sekedar berusaha sadar dari ucapan Guanlin saja sulit. Kata-kata lelaki yang kini menjadi suaminya itu benar-benar berhasil membuatnya membeku.

Beberapa saat kemudian Sienna melepaskan pelukan Guanlin. Ia menggenggam kedua telapak tangan besar milik suaminya. Ia tersenyum.

"Kamu udah bekerja keras seharian ini. Kamu pasti capek. Ayo istirahat." Sienna berjalan menjauh.

"Kamu nggak percaya aku?" Satu pertanyaan itu berhasil menghentikan langkah Sienna.

Ia berbalik dan lagi-lagi tersenyum. Dia kembali menghampiri Guanlin. Tangan kanannya mendekap pipi kiri pria itu.

"Bukan aku nggak percaya. Aku percaya kamu. Sepenuhnya aku percaya. Karena kamu suamiku."

Walaupun dalam hatinya gadis itu terkejut bukan main dengan pernyataan Guanlin yang tiba-tiba, ia berhasil menyembunyikan keterkejutannya. Kini dia bimbang.

Selama ini yang dia lakukan tidak lebih dari karena dia telah menjadi seorang istri yang harus merawat suaminya terlepas dia mencintainya atau tidak. Itu kewajiban seorang istri. Dan prinsip itu yang selalu dipegang teguh oleh Sienna.

.-.

"Akhirnya aku bisa mengundang kalian ke rumahku. Maaf ya, rumahku kecil." Chanwoo menyambut Guanlin dan Sienna sebagai tamu mereka.

"Hanya orang gila yang menyebut rumah ini kecil. Dan orang itu adalah kamu, kak." Canda Sienna membuat tawa diantara keduanya, meninggalkan Guanlin yang menahan rasa tak suka melihatnya.

"Ahh, ini kusiapkan khusus hanya untukmu, Nana." Chanwoo memperlihatkan sepiring salmon panggang dan cumi-cumi asam manis.

"Wah~" Mata Sienna berbinar senang.

"Silakan dimakan. Guan, kamu juga makanlah. Aku nggak tau apa makanan kesukaanmu, jadi aku hanya menyiapkan untuk Nana. Aku harap kamu mengerti."

"Ahh, iya. Aku sangat mengerti." Nada bicara Guanlin berubah dan Sienna menyadarinya.

Gadis itu mengambil beberapa potong daging salmon dan meletakkannya di piring Guanlin.

"Makanlah. Kamu pasti suka." Senyumnya.

"Wah, wah, kalian benar-benar membuatku cemburu. Kalian mau mau menyindirku karena belum punya pasangan, ya. Hey, Nana, kamu nggak pernah memperlakukan aku seperti itu selama kita kenal." Protes Chanwoo.

"Aku ini istri dari presdir G Group. Jika dia nggak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik semua orang akan menyalahkanku sebagai istrinya yang nggak bisa mengurus suamiku sendiri dengan baik." Jawab Sienna.

'istri? Suami?' Guanlin tersenyum dalam hatinya. Jika memungkinkan dia pasti sudah berlari keluar dan berteriak sekeras-kerasnya saking bahagianya.

"Wah, lihatlah gadis kecil ini, dia sudah berubah menjadi seorang istri rupanya. Guan, kamu harus bersyukur memiliki istri seperti Nana."

"Rasanya seperti aku sudah tidak membutuhkan apapun lagi di dunia ini karena aku sudah memiliki Ina sebagai istriku. Aku sangat mencintainya. Dialah istriku." Ucap Guanlin dengan senyum yang sejak tadi masih terpasang kuat di wajahnya.

"Kalian benar-benar membuatku cemburu."

"Kamu harus cepat-cepat menikah, kak. Carilah wanita baik-baik dan nikahi dia. Jangan hanya fokus pada pekerjaanmu." Usul Sienna.

"Mau bagaimana lagi. Mencari wanita seperti itu sangat sulit. Hha..." Chanwoo tertawa mengingat nasibnya yang masih sendiri hingga saat ini.

"Guan, apa jika aku duduk diam di kantor sepertimu aku bisa mendapat istri seperti Nana?" Tanya Chanwoo. "Nana, apa wanita sekarang suka tipe-tipe lelaki berkarisma dan dingin seperti Guanlin? Apa itu bisa menarik perhatian mereka? Aku dengar dulu kamu sangat dingin, Guan."

"Bukan aku yang menarik perhatian Ina. Tapi Ina lah yang menarik perhatianku. Ina lah yang pertama kali menemukanku dan mengajakku melihat dunia luar selain dari duniaku yang benar-benar monoton. Jika bukan karena Ina, mungkin aku masih menjadi penggila kerja yang dingin seperti katamu." Kata-kata Guanlin memang terdengar biasa, tapi bagi Sienna, itu merupakan pujian besar yang mampu membuatnya tertegun hebat.

"Wah~ Aku merinding mendengar kata-katamu. Ya sudah, mari makan."

Guanlin tersenyum tanpa tau bahwa dia telah membuat sepasang mata tak bisa berhenti memandangnya.

.-.

Mereka pulang hampir tengah malam karena Guanlin dan Chanwoo membicarakan banyak hal bahkan setelah makan malam.

Kini mereka sudah bersiap-siap untuk tidur. Di atas ranjang yang masih memiliki beberapa guling sebagai pemisah.

"Ina, kamu udah tidur?" Tanya Guanlin dari sisi ranjang yang lain.

"Kenapa?"

"Aku mau lihat kamu. Boleh aku singkirkan guling ini?" Tanya Guanlin hati-hati.

Tidak ada jawaban dari Sienna selama beberapa saat sampai akhirnya dia mengizinkannya.

"Ng." Izin Sienna.

Guanlin menyingkirkan guling-guling itu. Kini dia bisa melihat wajah istrinya.

Tidak ada kata. Hanya tatapan yang menghubungkan mereka selama beberapa saat.

"Semua yang aku ucapkan tadi, aku jujur mengatakannya." Ucap Guanlin.

"Aku tau." Jawab gadis itu.

"Aku senang dengan fakta bahwa kamulah yang menjadi istriku. Aku bisa berubah menjadi lebih baik karena kamu."

"Dan aku senang dengan fakta bahwa aku bisa mengubahmu menjadi lebih baik." Sienna menerawang ke langit-langit.

"Dulu, kamu benar-benar sebuah tembok besar yang hampir tidak mungkin ditembus. Seperti yang kamu katakan tadi. Workaholic, dingin, seenaknya, nggak peduli kesehatan, mesum, ka-"

"Terus-terus, terus aja jelek-jelekkan aku." Guanlin cemberut dan Sienna gemas akan ekspresi suaminya itu.

"Tapi sekarang kamu udah berubah. Sekarang kamu lebih hangat, lebih peduli akan kesehatan kamu, meminta izin sebelum melakukan sesuatu. Aku senang bahwa akulah penyebab perubahanmu." Guanlin tersenyum mendengar jawaban Sienna. "Yah, walaupun kamu masih mesum."

"Oh, jadi begitu. Akan aku perlihatkan arti mesum yang sebenarnya."

"Eeeh! Akan aku tarik semua pujianku buat kamu."

"Hhh~ iya, iya. Aku minta maaf." Guanlin mengalah dan menyesal.

"Benar-benar anak yang baik." Sienna mengelus kepala Guanlin dan tersenyum.

"Aku mencintaimu, Ina." Ucap Guanlin pelan.

"Aku tau." Kini tangan gadis itu beralih ke pipi Guanlin.

"Boleh aku minta sesuatu?" Tanya Guanlin hati-hati.

"Katakanlah."

"Aku ingin memelukmu. Aku ingin kamu-," belum selesai ucapan Guanlin, Sienna sudah memeluk Guanlin. Ia membenamkan wajahnya di dada Guanlin.

"Tidurlah. Kita melewati hari yang panjang hari ini. Pejamkan matamu dan jangan pikirkan apapun lagi."

"Ina?"

"Hm?"

"Aku bersyukur memiliki kamu sebagai istriku."

"Aku tau."

Beberapa saat kemudian...

"Ina?"

Sienna mencium bibir Guanlin agar Guanlin berhenti bicara dan tidur.

"Tidurlah. Ini udah malam. Besok kita harus ke kantor."

"Thanks for everything, honey." Guanlin mengecup kening Sienna. Ia memeluk gadisnya erat, menyembunyikannya dalam pelukannya.







.-.-.

Berasa double update, padahal nggak. Hha...

Kalo ada usul untuk cerita ini kasih tau ya...

Jangan lupa vote dan komennya.

Happy Wednesday~!

A

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang