First Night

4.1K 355 2
                                    

Hhh... Gue capek. Gue capek berdiri. Kapan tamu undangan ini habis? Gue kan nggak bisa terus berdiri dan berfoto dengan mereka semua. Kalian mau kaki gue patah?

"Na?"

Gue berbalik dan mendapati Sehun berjalan mendekati Guanlin dan gue.

"Hun?" Gue bisa melihat dasi Sehun yang sedikit berantakan.

"Kan gue sudah bilang, setidaknya satu orang yang gue sayang terlihat tampan dihari pernikahan gue." Gue merapikan dasi Sehun.

"Tapi lo nggak bahagia, Na. Bagaimana gue bisa bahagia?" Kalimat Sehun menghentikan aktivitas gue yang sedang merapikan dasinya.

"Aku yang akan membahagiakan Sienna. Kamu nggak perlu khawatir." Guanlin tiba-tiba nimbrung dalam obrolan kami.

Gue bisa menangkap segaris senyum meremehkan dari Sehun.

"Cowok yang cuma bisa menjebak Sienna dalam permainan bodohnya bisa membahagiakan Sienna? Hah! Buang omong kosong lo."

"Hun, jangan begitu. Banyak tamu kakek yang datang."

"Terus kenapa? Biar aja kakek malu. Gue sudah nggak peduli. Satu-satunya yang gue pedulikan cuma lo, Na. Dan cowok kayak dia-"

"Aku berjanji akan membahagiakan Sienna apapun yang terjadi."

"Ok, gue pegang omongan lo. Tapi kalau sampai lo sakitin Sienna atau lo meninggalkan bahkan segores luka pada Sienna, gue nggak akan mengampuni lo dan lo nggak akan pernah bisa lepas dari gue."

"Sehun, sudahlah." Gue berusaha menenangkan Sehun. Gue nggak mau Sehun meledak. Karena gue tau bagaimana Sehun kalau sudah meledak.

"Aku berjanji."

Sehun menatap tajam Guanlin. Tapi tatapannya berubah menjadi tatapan lembut saat dia menatap gue.

Dia mengusap lembut puncak kepala gue.

"Bagaimanapun keadaannya, gue akan selalu menjaga lo. Dan lo," Sehun mengarahkan pandangannya pada Guanlin.

"Hari dimana lo membuat air mata Sienna mengalir untuk pertama kalinya, itulah hari dimana gue akan membawa Sienna pergi sekaligus hari terakhir lo melihat Sienna. Jadi jaga adik gue baik-baik."

Setelah itu Sehun pergi. Entah kemana, tapi gue nggak melihat Sehun setelah itu.

.-.

Acara selesai sekitar pukul 2 sore. Kakek dan orang tua Guanlin sengaja membatasi pernikahan kami hanya sebentar karena ternyata mereka menyiapkan kejutan yang gue benci.

Bulan madu ke Maldives!!!

Ke Maldives nya sih oke, tapi kalau tujuannya untuk bulan madu, NO! A BIG NO! A VERY VERY BIG NO!

Sekarang gue paham kenapa Sehun nggak suka sama keluarganya sendiri yang notabene keluarga gue juga.

Mereka suka seenaknya. Memutuskan sesuatu sekehendak mereka. Itu yang Sehun dan gue benci.

Tapi mau bagaimana lagi. Gue sudah lelah berdebat. Gue sudah lelah.

Kami sampai di Maldives tengah malam. Lebih mungkin. Sekitar pukul 1 dini hari. Dan gue langsung merebahkan diri gue di kasur.

"Mandi." Gue bisa mendengar seseorang bicara ke gue.

Oh, gue lupa. Ada Guanlin juga disini.

"Mandi dulu sana. Bau."

Gue akui dia memang harum. Dia baru aja mandi. Beda sama gue yang baru sampai sudah berbaring di kasur.

"Aku capek."

"Mandi nggak?"

"Aku capek, Guan. Aku mau tidur."

"Mandi atau aku yang mandiin."

Guanlin sialan! Bisa-bisanya dia mengancam gue.

"Iya-iya!" Gue berlari ke kamar mandi.

Gue mandi di bath tub karena gue nggak mau capek-capek berdiri. Gue udah cukup lelah hanya untuk berdiri aja.

Tapi memang dasarnya gue ngantuk. Pandangan gue pun semakin kabur. Hal terakhir yang gue ingat adalah gue yang masih berendam di dalam bath tub.

Keesokannya gue mendapati diri gue yang terbangun di kasur.

Lah, siapa yang mindahin gue ke kasur. Gue nggak mungkin jalan keluar sendiri dari kamar mandi dan pakai baju kan? Gue bukan penderita sleepwalking.

Kalau bukan gue yang berjalan keluar sendiri dari kamar mandi, berarti...

.

.

.

Guanlin!!! Seru gue dalam hati.

Gue setengah berlari keluar kamar dan mendapati Guanlin yang sedang menyesap kopinya santai.

"Sudah bangun?"

"Tadi malam, kamu nggak,"

"Oh, tadi malam ya? Aku sangat ingin bertindak lebih jauh. Tapi berterima kasihlah pada akal sehatku yang masih bisa menahannya."

"Ja-jadi, ta-tadi malam, kamu yang-"

"Apa kamu melihat orang lain lagi?"

"Aish!"

Bisa-bisanya lelaki mesum itu.

Aaa! Kakek! Ma, pa! Sienna mau ikut kalian!

.-.

Setelah kejadian itu, gue nggak lupa mengunci pintu kamar mandi saat gue mandi.

Gue nggak mau kejadian itu terulang lagi.

"Aku mau keluar." Guanlin tiba-tiba datang menghampiri gue yang sedang menonton TV.

"Ng." Jawab gue tak acuh.

"Kamu ikut."

"Huh?"

"Aku bilang kamu ikut."

"Panas." Tolak gue.

"Ikut atau kamu mau kejadian tadi malam,"

"Eh! Iya-iya! Dasar mesum!"

Laki-laki mesum itu suka banget ya mengancam gue.

"Itu obat apa?" Tanyanya saat gue mulai membuka kemasan obat gue.

"Vitamin."

"Kok banyak banget?"

Gue nggak mau dia tau. Dia juga nggak perlu tau kan? Itu juga bukan hal penting yang harus dia tau.

"Jadi keluar nggak?"

"Oh, jadi."

Ternyata Guanlin hanya ingin gue menemaninya jalan-jalan.

Tumben. Biasanya kalau kunjungan keluar negeri juga dia cuma mau istirahat di hotel.

Ini cowok ternyata punya sisi childish. Tapi tetap. Dia adalah lelaki inhuman dan mesum.

Dan gue benci itu.

.-.-.

Bonjour!

Maaf, yang meminta gue double up, gue belum bisa kabulin permintaan itu. Gue up sehari setelahnya. Hhe...

Oh, iya. Untuk chapter setelah ini gue akan buat ceritanya berdasarkan sudut pandang Guanlin.

Thanks for your support and stay tune on Guanlin's story 'Damn Boss'.

Jangan lupa vote dan comment~

❤A

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang