Reveal

2.5K 277 13
                                    

Itu merupakan penghujung hari. Sudah jarang manusia yang terlihat masih beraktifitas malam itu. Begitu juga pasangan yang telah bersiap untuk beristirahat.

"Guan," panggil Sienna yang berbaring di samping Guanlin.

"Hm?"

"Can I sleep in your arms?"

"Sure." Ina menggeser tubuhnya dan tidur dalam pelukan Guanlin. Lelaki itu mengeratkan pelukannya.

"Guan,"

"Yes, baby?"

"Mmm..."

"Say it." Guanlin menatap gadisnya.

"Do you have a secret you haven't told me yet?"

"Secret?"

"Yes. Do you?"

"You first." Guanlin mempersilakan Sienna.

"I... Have a little health problem that requires me to always take vitamin."

"Really? Is that the reason you always bring your vitamin? And in the hotel when we had our honeymoon?"

"Ya. Semacam anemia. Atau mungkin hemoglobin aku yang rendah. Entah. Yang pasti itu kambuh waktu aku stress atau kecapean."

"Dan..."

"Aku nggak bisa nahan sakit. Ingat waktu kamu salah paham sama Sehun waktu kita jogging dulu? Aku jatuh dan siku aku luka. Padahal parah aja nggak, tapi aku nangis yang membuat Sehun panik dan ngebentak aku. Kamu salah paham dan malah nonjok Sehun."

"Aku benar-benar kehilangan akal waktu itu. Aku pikir dia mau nyulik kamu."

"Yee~ mana ada penculik seganteng Sehun."

"Who knows." Guanlin menggedikkan bahunya. "Ada lagi?"

"Dulu waktu pertama kali nikah sama kamu, aku pernah berpikir untuk membekap kamu pake bantal sampe kamu kehabisan napas dan tewas." Sienna menahan tawa.

"Ha!!! Ternyata." Guanlin tidak terpikir bahwa istrinya pernah terpikir untuk melakukan hal itu.

"Lagian dulu kamu nyebelin. Bahkan dari pertama kali kita ketemu kamu udah nyebelin. Interview macam apa yang mengharuskan duduk nunggu berjam-jam kayak orang bodoh? Perlu aku sebutin satu-satu sifat nyebelin kamu?"

"Nggak. Pasti nggak akan selesai sampai besok pagi kalo kamu nyebutin sifat nyebelin aku berdasarkan pengelihatan kamu."

"Oke. Sekarang gantian kamu."

"Aku? Hmm... Aku pernah punya mantan."

"Yaelah, semua orang punya kali."

"Kamu punya?"

"Nggak sih. Kamu yang pertama."

Guanlin tersenyum seraya menutup wajahnya, menahan malu.

"Ihh, jangan berlagak malu gitu dong. Kamu kayak orang bodoh." Oke, Guanlin menghentikan tingkahnya.

"Terus?"

"Belum lama ini dia datang lagi ke kantor. Waktu kamu nggak masuk, sebelum aku tau kamu hamil."

"Ha?! Terus? Jangan bilang kamu cinta lama belum kelar? Cantik nggak? Seksi? Kepribadiannya bagus? Tinggi? Kamu mesra-mesraan sama dia waktu aku lagi sakit ya?" Sienna menjauhkan dirinya dari Guanlin.

"Dia adalah mimpi buruk aku. Sampai akhirnya kamu datang dan masuk dalam kehidupan aku." Guanlin menatap Sienna.

"Sebenarnya, sebelum kamu datang, kehidupan aku itu masih berputar di tempat yang sama. Aku masih terpaku dengan pikiran bahwa aku nggak bisa hidup tanpa dia."

Sienna menatap Guanlin lamat-lamat.

"Sampai akhirnya kamu datang. Sampai akhirnya kamu menembus pertahananku, memporak-porandakan semuanya. Dan menambahkan warna baru dalam kehidupanku."

"Guan,"

"Maaf karena kamu bukan yang pertama. Tapi aku bisa memastikan bahwa kamu pasti akan jadi yang terakhir." Guanlin mengecup kening Sienna.

"Thanks for choosing me and being mine, Ina."

.-.

"Terus gimana dengan mantan kamu yang datang ke kantor?"

"Kamu pasti kaget kalo tau." Guanlin tersenyum bangga.

"Ceritain, Guan."

"Udah, ah. Sekarang tutup mata kamu dan tidurlah."

"A~ah. Ceritain ke aku, Guan."

"Manusia bernama Lai Guanlin sudah tidur."

"Itu masih ngomong."

"Zzz... Zzz..."

"Guanlin~"





.-.-.

Hola~

Chap sebelumnya cuma pengantar. Sorry karena kegajean yang tidak berujung. Hha...

A

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang