Homesickness

3.8K 305 1
                                    

"Pagi." Sapaan Guanlin yang masih amat sangat terdengar asing bagi gue.

Walaupun kami sudah hidup di bawah atap yang sama untuk kurang lebih dua minggu, tapi sapaan Guanlin masih terdengar asing.

Pasalnya akhir-akhir ini saja Guanlin menyapa gue. Sebelumnya kami hanya sarapan dalam diam. Terlebih insiden gue yang 'membisu' karena pertengkaran kami dan gue yang tiba-tiba ngambek nggak jelas di Maldives.

Namun setelah insiden lingerie kami malah mulai akur. Ditandai dengan sapaannya pagi ini.

"Pagi. Kopi kamu." Ucap gue menyodorkan segelas kopi.

"Thanks, honey." Guanlin mulai sibuk dengan tablet PC nya. Dia biasa membaca berita harian dari gadget miliknya itu. Kebiasaan itu gue temukan sejak gue bekerja sebagai sekretarisnya.

Wait. What? Honey?

"Honey?" Gue meminta penjelasan.

"Huh? O-oh! Madu. Iya, madu. Aku mau madu di atas rotiku."

Oh, iya. Gue lagi manggang roti. Bodoh banget gue. Mana mungkin laki-laki yang nggak punya perasaan terhadap perempuan manggil gue dengan panggilan semacam itu.

"Hari ini kita berangkat bareng." Ucapnya lagi.

"Aku akan berangkat sendiri. Biasanya juga sendiri."

"Nggak. Hari ini kita berangkat bareng."

"Giliran punya kemauan nggak bisa dibantah." Gumam gue.

"Apa?"

"Oh, nggak. Ini roti kamu." Ucap gue seraya menghidangkan sepiring roti panggang dengan madu sesuai pesanannya.

"Cuma roti?" Tanyanya.

"Terus kamu mau apa lagi?" Gue harus sabar-sabar menghadapi bos sekaligus suami macam Lai Guanlin.

"Bukan aku. Kamu. Kamu cuma makan roti? Nggak mau kopi juga? Biar sama kayak aku."

Ya Allah! Kuatkan hambamu.

"Nggak. Aku nggak bisa minum kopi."

"Ada susu. Mau aku buatin? Kamu harus makan yang banyak. Biar banyak tenaganya. Aku nggak mau mengingkari janjiku pada Sehun."

Oh, iya. Sehun. Lo dimana, Hun? Lo nggak pernah menghubungi gue lagi sejak pertemuan terakhir kita di pernikahan gue.

Lo nggak pernah nggak ada kabar begini. Setidaknya lo pasti kasih gue alasan kenapa lo nggak bisa berhubungan dengan gue untuk waktu yang lama walaupun nggak gue minta. Tapi kenapa sekarang nihil.

Apa kakek mengirim lo ke tempat yang jauh dan memberikan lo setumpuk berkas agar lo selesaikan lagi? Sehingga lo nggak bisa berhubungan dengan gue lagi. Iya?

"Ini susunya." Guanlin membawa gue kembali dari lamunan gue.

Sehun, lo yang biasanya selalu menghampiri gue lebih dulu. Sekarang lo menghilang.

Hun, gue rindu lo.

Tuh, kan. Gue mellow lagi.

.-.

"Na, sudah waktunya makan siang."

"..."

"Kamu mau makan di ruangan aku atau di kantin?"

"..."

"Na?"

"..."

"Sienna?"

"..."

"Sienna Francessca!"

"Oh! Oh, baik, pak. Akan segera saya siapkan." Kenapa tiba-tiba gue jadi formal begini ke dia, kan lagi di ruangan pribadi dia. Nggak ada siapa-siapa lagi. Biasanya juga aku-kamu.

Damn Boss | Lai Guanlin (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang