愚かな

2.4K 277 83
                                    

WARNING : asam, kecut, pedas, pahit, manis. Perpaduan rasa yang aneh. Panjang? Panjang.





"Ayolah, Babe"

Rengekan Seongwu, dan revisi laporan keuangan. Kombinasi tepat untuk membuat Daniel mengerang kecil, pemuda itu melepas kacamata bulat yang dia pakai lalu mendelik pada Seongwu yang berguling-guling diatas kasur mereka. Masih sambil merengek dengan suaranya yang seperti tikus terjepit.

"Nah, if you let me go, you'll go. Bye"

Daniel mencoba kembali fokus pada kertas dalam genggaman, dengan kolom-kolom penuh deretan angka serta coretan abstrak dari bolpoin merah yang dia genggam. Mengabaikan Seongwu yang mendengus keras-keras. Pacarnya itu diam sejenak, Daniel meluruhkan bahunya sebentar.

Merasa tenang ketika mendengar suara selimut disibak. Dia fikir Seongwu sudah akan terlelap, tapi ternyata keliru. Daniel sedikit tersentak saat lengan kurus pacarnya mendadak melingkar dipinggangnya. Serta dagu yang dengan santai bertumpu pada salah satu sisi bahu lebarnya.

"Come on, just two days i promise. Aku baru ikut lagi setelah sekian lama, ayolah. Ini tidak terlalu berat"

Daniel mendecak. Kali ini benar-benar meletakkan pekerjaannya keatas meja kerja dan berpaling pada Seongwu yang menatapnya dengan tatapan anjing terbuang.

"Hyung, justru karena kamu sudah lama gak ikut, aku takut kamu kenapa-napa. Just let me go with you, aku gak bakal repotin kamu, kok" ujarnya lembut, berusaha menekan egonya sendiri dengan menjelaskan sudut pandangnya pelan-pelan.

Seongwu tersenyum, mengecup pipi kiri Daniel yang terpampang didepannya.

"For sure, danik, im just worried sick about you if i do take you too, kamu gak biasa naik, kan? Kamu gak takut kena ams hm?"

Daniel mendecak.

"Intinya aku khawatir sama kamu Hyung. Kalau kamu pergi, aku ikut. Gak di ijinin ikut? Bye, kamu gak usah pulang sekalian" final, Daniel mengakhiri keputusannya dengan tepukan singkat pada tangan Seongwu yang melingkar di pinggangnya.

Seongwu menghela nafas di sisian leher jenjang pacarnya. Kemudian melepas pelukan pada pinggang Daniel, membiarkan pemuda itu beranjak dari kursi putar tanpa sandaran yang sejak tadi dia duduki.

Daniel ikut diam ketika Seongwu tidak lagi bicara apapun. Dia meraih handuk kecil yang tergeletak di sudut ranjang, kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membasuh mukanya sebelum tidur.

Setelah menggosok giginya dan menyegarkan muka, Daniel keluar dari kamar mandi dengan handuk tersampir di bahu. Pemuda itu menaikkan alis pada Seongwu yang barusaja mendongak setelah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Seongwu sudah bersantai di ranjang mereka dengan selimut menutupi kakinya.

"Aku bilang Minhyun kamu ikut, sekarang tidur. Jam sembilan besok kita udah harus stand-by"

Senyum Daniel merekah.

Akhirnya, Seongwu mengalah juga.

Jadi, minggu lalu Seongwu bilang pada Daniel, soal Minhyun dan Jaehwan yang sepakat merayakan hari jadi pernikahan mereka yang pertama dengan mendaki gunung. Bukan gunung dengan ketinggian luar biasa yang butuh perjuangan untuk naik kepuncaknya. Hanya gunung yang tidak terlalu tinggi, namun memiliki panorama sunrise yang kata orang-orang cocok untuk spot berbagai macam kegiatan romansa.

Daniel awalnya ingin mengizinkan saja Seongwu ikut serta, karena Hiking memang hobi pacarnya sejak remaja. Tapi sekarang pria itu sudah hampir kepala tiga (dua puluh enam tahun, HRD sebuah pabrik sepatu, tidak ingin dibilang perjaka tua karena belum menikah) itu artinya sudah lebih dari lima tahun dia tidak lagi menjalankan hobinya. Bukannya apa, Daniel hanya terlalu khawatir. Bisa saja Seongwu mendadak encok saat sedang menyusuri lebatnya hutan belantara, who knows?

Selection ; OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang