Feel You

1.2K 144 211
                                    

— Hänschen klein ging allein, in die weite Welt hinein
Stock und Hut stehn ihm gut, ist gar wohlgemut
Doch die Mutter weinet sehr, hat ja nun kein Hänschen mehr
Da besinnt sich das Kind, kehrt nach Haus geschwind —

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Oh.

Dia datang.

Aku merapihkan rambut pirangku, tersenyum selebar mungkin saat dia melangkah memasuki restoran tempatku bekerja paruh waktu. Seperti biasa, dia tetap tampan, dengan senyum dan sepasang alisnya yang terangkat naik, menggodaku.

Uh, jangan lakukan itu. Aku malu.

"Good evening, Daniel" dia menyapa begitu menghadapku yang kebetulan juga ingin pergi ke arah yang sama dengannya. Aku tersipu, caranya menyebut namaku memang benar-benar ampuh membuatku merona.

"Seperti biasa?" aku bertanya, memainkan ujung rompi hitam yang kupakai. Melihatnya tersenyum lebar dan mengangguk, membuatku lega. Langsung saja aku mengantarnya ke tempat biasa dia makan malam di restoran ini.

Apa tidak terlambat? Untuk memperkenalkan pria ini. Karena kurasa, ini penting.

Jadi, namanya adalah Ong Seongwu, biasa ditulis Mr. Ong di kolom reservasi. Dua hari sekali mampir di restoran ini untuk menikmati makanan kesukaannya, Pasta. Terlalu sering mendatangi tempat ini membuatku terlalu banyak mengenal seluk beluk pria itu. Dimana tempatnya bekerja, berapa umurnya, mengapa dia selalu datang tidak lebih dari pukul tujuh malam, siapa teman kencan wanita yang dia dapat dari situs kencan online. Oh, tidak, aku tidak memaksanya bercerita, dia sendiri yang ingin kutemani makan, sembari berbicara lebar tentang apapun itu hingga dia harus pamit pulang.

Sebenarnya aku tidak mengerti alasan mengapa dia selalu memesan tempat yang sama untuk makan malam. Di sisian balkon yang disekat oleh pintu kaca. Barangkali dia ingin makan sembari melihat keluar dimana pekatnya langit malam membentang. Entahlah, hanya itu yang belum aku ketahui sampai detik ini.

"Ah, Daniel" aku menoleh, nyaris melangkah meninggalkannya usai dia menyebutkan menu yang akan dia makan malam ini. Alisku terangkat naik, membuatnya terkekeh pelan.

"Tolong tambahkan sausnya"

Ah, tentu saja.

"Call"

Aku tidak mengerti, tapi kufikir dia tidak terlalu suka saus?

Sebuah perubahan kecil yang membuatku memikirkannya selama aku menyiapkan pesanannya. Karena memang, tugasku bukan hanya sebagai seorang pelayan, tapi juga koki pribadinya. Aneh? Aku pun merasa begitu.

Selection ; OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang