Minhyun tersentak dari posisinya duduk dipelataran peron ketika mendengar suara berisik deru kereta yang mendekat. Pemuda itu mendesis sejenak, menoleh kesamping dan mendapati cahaya mentereng menyorot tepat kearahnya. Matanya pun refleks tertutup, terus begitu.
Terdiam, pemuda itu tidak beranjak dari posisinya hingga kereta uap yang bersuara ribut itu benar-benar berhenti didepannya. Minhyun memang punya alasan tersendiri untuk menunggu kereta di malam yang dingin ini. Dia menunggu satu, atau mungkin dua orang, yang barangkali punya tujuan sama dengannya. Istilahnya mencari teman seperjuangan.
Dua menit kemudian, matanya berangsur terbuka bertepatan dengan pintu gerbong kereta yang juga dibuka dari bagian dalam. Minhyun (dengan sedikit malas) bangkit dari posisi duduk nya yang seperti gelandangan (namun tampan) lantas memasukkan kedua telapak tangan ke saku celana. Pemuda itu menilik kearah pintu kereta yang terbuka, hingga menemukan seseorang keluar dari sana.
Sepasang alis Minhyun terangkat naik.
Disana, seorang pemuda jangkung nampak setengah sadar memanggul sebuah tas ransel besar berwarna merah gelap. Rambut pemuda itu berantakkan, Minhyun menerka mungkin pemuda itu baru bangun dari tidurnya selama perjalanan. Entahlah, Minhyun hanya bisa menerka, terdiam sembari menatap lurus kearah si pemuda yang nampaknya mulai sadar situasi.
Kereta kembali menderu.
Minhyun berusaha tersenyum ketika pemuda disana menoleh kearahnya, beradu tatap lamat-lamat. Lantas si pemuda tersenyum lebar, Minhyun berusaha tidak melunturkan senyumnya kala si pemuda melangkah mendekat sembari merapihkan rambut hitamnya.
"Hei"
"Hei" Minhyun membalas singkat. Memutar tubuhnya untuk menghadap si pemuda yang nyaris sama tinggi dengannya, bertepatan dengan kereta yang kembali bergerak meninggalkan tempat mereka.
Pemuda yang berjarak hanya selangkah dari tempat Minhyun berdiri, tersenyum lebar. Dan entah mengapa, Minhyun merasa senyum itu familiar.
"Gurukul?"
Minhyun mengangguk singkat.
"Err, Minhyun Sharma" kemudian mengangkat tangan, yang segera diraih oleh si pemuda tinggi. Minhyun memperhatikan penampakan wajah si pemuda dengan seksama. Menemukan berbagai macam daya tarik yang membuatnya yakin kalau pemuda ini pasti bukan orang biasa.
"Seongwu Choudhry"
Ah. Pantas.
Dari namanya saja Minhyun langsung tau kalau pemuda dengan tiga titik di pipi kiri itu merupakan anak dari aktor terkenal, Sameer Choudhry, pantas dia seperti tidak asing dengan senyumnya. Mereka benar-benar mirip.
Minhyun kehabisan bahan untuk dibahas. Karena memang dia bukan type orang yang banyak bicara. Pun Seongwu juga nampak masih terkantuk-kantuk. Maka kemudian mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Minhyun kembali di posisinya duduk menekuk lutut diatas latar peron, sementara Seongwu berbaring diatas kursi panjang dengan ranselnya sebagai bantalan kepala. Keduanya sepakat untuk sama-sama menunggu, barangkali kereta terakhir (yang mereka mengerti jadwal datangnya dari papan besar di dekat tempat mereka istirahat) malam ini yang akan datang nanti membawa teman baru untuk mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selection ; Ongniel
FanfictionOng Seongwu x Kang Daniel first project on wattpad. ⏩ Compilation book. There's many much short-fics with different plots. Basically local!AU but i did wrote another au tho. ⏩ Beda sub-title? Beda plot. ⏩ OngNiel is science. Posisi urusan belakangan...