Crashing [republished]

1K 156 6
                                    

Daniel pikir, hidupnya tidak lagi bisa lebih menyedihkan daripada ini. Lembaran dalam dompetnya hanya cukup untuk menyicil biaya sewa flat sederhana yang dia tinggali. Besok, tenggatnya.

Sementara isi kulkas terakhir sudah dia monopoli untuk sarapan.

Kemarin.

Daniel terkadang tidak mengerti dengan dirinya sendiri, yang rela meninggalkan kenyamanan rumah di Busan sana hanya demi mengenyam pendidikan di sekolah elit SOPA. Mungkin sebenarnya dia hanya harus lebih menekan dirinya sendiri untuk menikmati apa yang datang tanpa perlu diminta, namun, bukan Kang Daniel namanya kalau tidak keras kepala.

Flat sederhana diantara gedung apartemen yang menjulang pun menjadi tempat berpulangnya setiap hari. Biaya sewa dia cari dengan menjadi part-time waiter di sebuah Cat-cafe. Sementara uang bulanan yang dikirim orang tuanya hanya cukup untuk biaya sekolah saja. Jika dia tidak bersekolah di SOPA, uang itu mungkin akan dia hamburkan untuk membeli ratusan kotak permen jelly kesukaan.

Jadi, meskipun enggan, Daniel sedikitnya tetap menyesali keputusan untuk merantau jauh dari orang tua.

Apalagi di tanggal-tanggal bahaya seperti hari ini.

Kepala pemuda itu lunglai diatas meja. Matanya tidak fokus memandang Mr. Kim yang menjelaskan tentang Seni Murni didepan sana.

'Sepuluh menit lagi, sepuluh menit lagi'

Kalimat yang dia rapal dalam otaknya. Setelah kelas ini berakhir, dia bisa pulang untuk mengganti baju. Lantas kembali sibuk dengan part-time nya hingga tengah malam nanti, gajinya minggu ini akan dia gunakan untuk mengisi kulkasnya kembali. Semoga saja dia tidak pingsan karena penghematan ekstrem membuatnya nyaris tidak memakan apapun sejak kemarin, kecuali sepotong roti selai pisang yang dibelikan Jaehwan waktu istirahat tadi.

Krrs krrs

Suara kunyahan yang begitu keras, Daniel melirik kesamping. Lantas memicing saat matanya menangkap sosok tidak asing yang bersandar di kursi sebelahnya, dengan santai mengunyah pringles. Bungkusnya disembunyikan dibalik meja. Matanya benar fokus kedepan, namun suara kunyahan yang berisik itu, sungguh. Mengganggu.

Its Seongwu. Ong Seongwu.

Oh, pangeran-nya SOPA. Calon aktor yang pernah menjadi cameo sebuah melodrama yang meledak di pasaran. Pemuda tampan, kaya, dan baik hati, dan mempesona.

Cih.

Daniel misuh dalam hati, mengutuk pemuda itu meskipun mereka tidak pernah memiliki masalah apapun (saling menegur pun tidak pernah) hanya karena dia merasa tuhan memberikan sedikit ketidakadilan pada hidupnya.

Kryyukk

Bahu tegapnya menegang, dengan gelagapan Daniel bangkit dari posisinya diatas meja guna menatap lebar kedepan. Kelas masih hening, Mr. Kim masih sibuk menjelaskan. Syukurlah. Pemuda itu menepuk perutnya yang barusaja bersuara. Sebenarnya cukup keras, namun tidak untuk didengar oleh seisi kelas.

Oke, kecuali satu orang.

Daniel mengalihkan atensi kesamping begitu melihat bungkus kripik pringles melayang diatas mejanya. Ong Seongwu menoleh, tanpa ekspresi, menggoyang pelan bungkus makanan ringan itu.

"Makanlah, kalau kamu mau"

Decakan pelan dikeluarkan Daniel, pemuda itu merasa lebih kesal daripada sebelum ini. Dan guncangan di perutnya malah membuat suasana hatinya memburuk.

"Aku tidak butuh belas kasihanmu"

Seongwu menaikkan alis, bungkus snack miliknya masih teracung di udara, Daniel enggan menyentuh.

"Kamu lapar, aku menawarkan makanan. Ada satu titik yang menegaskan bahwa aku mengasihanimu?"

Pemuda itu mendecak, lebih keras daripada ketika Daniel melakukannya.

"Kamu terlalu kacau mengartikan hidup"

Bibir Daniel terbuka tapi pemuda itu tidak bersuara. Dia hanya memandangi bungkus makanan ringan itu yang masih dipegang pemiliknya.

Mungkin karena ikut kesal, atau entah kenapa. Seongwu menarik tangannya kebawah, meletakkan bungkus makanan ringan miliknya di pangkuan Daniel yang lantas tersentak. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa detik, Seongwu menyeringai.

"Jangan sampai si tua itu memergoki kamu sedang makan"

Daniel tidak sempat menyanggah ketika Seongwu akhirnya bangkit, pemuda itu dengan santai melangkah kedepan kelas. Menghiraukan Mr. Kim yang kini mulai meracau karena kelasnya semula hening menjadi berisik akibat si pangeran.

"Aku mau pulang" katanya, begitu berhadapan dengan Mr. Kim yang segera terbelalak. Tidak menyangka akan apa yang diucapkan Seongwu. Seisi kelas kembali meracau. Pangeran tampan itu nampak tidak mempermasalahkan ujarannya barusan.

Daniel menunduk, menatap label makanan ringan yang masih berada dipangkuannya. Perutnya kembali merengek, dia kembalikan atensi kedepan. Mr. Kim nampak menyerapah pada sosok Seongwu yang telah berangsur keluar dari kelas.

Meskipun enggan, Daniel setidaknya sedikit bersyukur. Diraihnya satu keping keripik yang ternyata masih banyak dari dalam bungkusnya. Lantas mulai mengunyah, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Sementara Mr. Kim sudah kembali menenangkan murid-muridnya.

Ingatkan dia untuk berterimakasih, karena, ketika Mr. Kim menutup kelas hari itu, dia menghabiskan sisa pringles yang diberikan Seongwu padanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Wiy ini naon? Ini naon tell me ini naon.
Suka gak jelas saya emang.

Pendek? Iya kan gak jelas. Mana tadi sempet kepencet publish. Dean bego adalah kesatuan.

Yaudah gini aja.

Sincerely, dayn-obba.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selection ; OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang