Strolch You [Mature]

3.5K 222 597
                                    

Daniel menghela nafas, menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel yang sedikit kotor.

Pemuda itu kemudian mengusap wajahnya yang basah habis dibasuh air dingin, menyeka sisa-sisa bulir air kebawah. Serta-merta mengibaskan tangannya kesamping, berharap kesialan hidupnya ikut terbuang bersama air bekas dia mencuci muka.
Dia pandangi lagi pantulan wajahnya.

Masih tampan seperti biasa.

Cih.

Daniel mendengus gusar, berapa ribu kalipun dia bercermin, perasaan semacam ini selalu ada. Menggerogotinya perlahan dan terkadang membuatnya ingin mengubur diri pada lubang yang terdalam.

Hina.

Kotor.

Menjijikkan.

Dan daripada semua itu, yang paling dia kutuk adalah kata 'harus' yang diiringi beberapa akibat jika dia sengaja berhenti dari profesinya. Profesi. Huh. Lagi-lagi pemuda itu mendengus. Mengangkat tubuhnya yang sedari tadi bertopang pada sisian wastafel yang telah berkerak. Pemuda itu menatap balik mata bayangannya dalam cermin sebelum berpaling keluar dari toilet.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Daniel adalah seorang Tunasusila.

Kehidupan yang tidak pasti membuatnya nekat merayu seorang pemilik Club di sudut kota untuk dijadikan salah satu Host disana. Bukan perkara mudah, karena, yang pasti, Daniel belum masuk usia legal untuk 'kehidupan' semacam itu.
Katakanlah dia belum dewasa, karena memang dia masih dua puluh tahun. Pemilik Club yang berwujud wanita paruh baya berlipstick menor itu pun sempat mewanti-wanti Daniel agar pemuda itu sedikit lebih banyak berfikir. Lagipula tidak ada Host yang semuda Daniel disana. Begitulah fikirnya sebelum Daniel kembali datang dan merengek padanya atasnama 'kemanusiaan' dan 'bantuan'.

Demi apapun.

Daniel bahkan lupa kalau menjual tubuhnya lewat pelantara juga merupakan tindak penyelewengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada akhirnya wanita itu luluh, dengan berbagai macam wejangan, termasuk dengan menyembunyikan rapat identitas Daniel kecuali namanya.

And here is it.

Daniel keluar dari toilet untuk disambut dengan lorong remang yang ujungnya tak berpintu. Pemuda itu merapikan sedikit kemeja denim yang dia pakai, kemudian menarik nafas dalam. Melangkah tanpa ragu menyusuri lorong hingga keujungnya dan menemukan kerlap-kerlip lampu Dance Floor dengan hentakan musik EDM yang memekakkan telinga.

Daniel menulikan diri dari berbagai macam godaan yang menghasutnya untuk lari dari gemerlap ini, karena, dia lebih membutuhkan uang daripada harga diri. Pemuda itu menyelipkan tubuh bongsornya diantara lautan manusia yang tengah meliuk diatas lantai berpijar warna-warni gelap.

Selection ; OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang