Anjana pt. zero [hows gurukul]

758 95 47
                                    

"YUHUUUUUU"

Seongwu berteriak girang begitu beringsut bangkit dari posisi semula, membawa dirinya duduk diatas sandaran leher jok mobil jeep dengan atap terbuka yang mereka tumpangi. Pemuda itu tertawa kecil menikmati terpaan angin yang membelai helaian arang miliknya.

Sementara Hyunbin yang duduk di sebelah kemudi sudah berlayar ke alam mimpi, Minhyun disisian Seongwu hanya terdiam. Sesekali tersenyum menanggapi Seongwu yang meracau tentang apapun yang terjangkau tatapan matanya.

Seharusnya, mereka bersyukur telah diterima oleh Gurukul. Karena Universitas khusus lelaki itu sama sekali tidak main-main akreditasinya. Diakui di seluruh dunia, yang terkadang alumninya langsung direkrut tanpa butuh pengajuan. Pun fasilitas yang disediakan, sangat-amat memuaskan sekali. Para Mahasiswa hanya perlu berangkat dari rumah dengan kereta jurusan Gurukul kompleks, untuk kemudian dijemput dengan kendaraan pribadi kampus itu sendiri. Diantar bak parlemen penting menuju asrama yang diatur sedemikian rupa sehingga menyatu dengan ranah gedung belajar Mahasiswa.

Sedang kompleks Universitas sendiri, terlalu luas untuk digambarkan. Seongwu nyaris terbang tertiup angin saking lamanya perjalanan mereka menuju asrama. Dia jadi bertanya-tanya, sekaya apakah seorang yang mendirikan kompleks Universitas megah ini, dulunya?

"Hei, bangun, dumbass" Minhyun mengguncang bahu Hyunbin didepannya, kala dari kejauhan, mulai nampak sebentuk bangunan menjulang dengan arsitektur kuno yang didesign sedemikian rupa hingga mata tak sanggup lepas memandangnya.

"Hngg"

"Bangun, oi" giliran Seongwu memukul pelan bagian belakang kepala pemuda berpotongan cepak. Hyunbin mengerang kembali, kemudian perlahan terbangun dan langsung sadar sepenuhnya begitu mobil mereka meringsek masuk melewati gerbang megah berpelitur indah yang terbuka menyambut kedatangan mereka.

"Sial. Ini. Indah. Sekali" Minhyun berkomentar. Melempar pandang kesamping, menemukan berhektar taman dengan rumput hijau terpangkas rapih. Pohon-pohon cemara yang menjulang nampak runtut menghiasi area lenggang.

"Aku suka Gurukul"

Hyunbin menoleh, ikut tertawa bersama Minhyun yang barusan berceletuk, dan Seongwu yang kini meloncat turun dari posisi sebelumnya. Mobil sewarna hitam itu perlahan memasuki pelataran didepan gedung yang menjulang. Sekali lagi, ketiganya dibuat mendesah kagum kala arsitektur tua itu terpampang tepat didepan mata. Meski telah kusam termakan usia, tidak ada yang mampu menakar betapa indah bangunan megah Gurukul University.

Mobil berhenti beberapa jengkal dari anakan tangga terakhir yang mengarah keatas, menuju sebuah pintu mahogani raksasa yang diberi ukiran sulur-sulur berwarna keemasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mobil berhenti beberapa jengkal dari anakan tangga terakhir yang mengarah keatas, menuju sebuah pintu mahogani raksasa yang diberi ukiran sulur-sulur berwarna keemasan. Hyunbin turun lebih dulu, diikuti Minhyun lalu Seongwu. Memastikan tidak ada satupun barang mereka yang tertinggal dalam mobil, lantas membiarkan fasilitas kampus tersebut pergi entah kemana.

"Kita akan kemana?" Seongwu bertanya, mendongak menatap langit cerah diatas gedung yang seolah bahagia menyambut kedatangan mereka disana.

"Re-verif?" Jawab Hyunbin pelan, merenggangkan otot lengannya keatas sembari melenguh puas.

Selection ; OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang