“Ah ... aku tidak bertemu dengan lelaki itu lagi,” keluh gadis yang sudah berhijab itu.
Pada saat itu, seorang gadis kecil yang baru saja lulus dari SD sedang menyendiri. Dia memikirkan seorang anak laki-laki yang waktu itu pernah menjadi temannya pada saat umrah. Kini, dia tidak terlihat lagi di mata gadis tersebut, baik di sekolah, maupun di mana-mana.
“Ah .... Kakak sih mikirnya bang Ridho terus!” seru adiknya yang bernama Tama itu. Ternyata, seruan tersebut berhasil menyadarkan gadis tersebut dari lamunannnya itu.
Gadis itu kemudian berkata, “Eh, anak kecil. Bisa diam, tidak? Kamu masih kelas 2 SD, jadi jangan campuri urusan ini, oke?”
Tama hanya tertawa terbahak-bahak ketika mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh kakaknya yang bernama Sabila itu. Sejak dulu, kehidupan kakak-beradik itu seperti anjing dan kucing yang saling berlawanan dan susah untuk menyatu dan kompak. Sekarang, Sabila sudah benar-benar berubah, sedangkan Tama sepertinya biasa saja perubahannya, malah justru Tama semakin santai pada Sabila.
Kemudian, Tama kembali berkata kepada Sabila dengan sedikit mengeluarkan unsur humornya, “Dih kakak, ngomongnya suka begitu deh. Tidak baik untuk kesehatan!” Sabila yang mendengarnya langsung kesal seraya berkata, “Apa hubungannya kesehatan Kakak dengan omongan itu tadi? Kamu sudah berani menantang kakak rupanya ya hmm?”
Tama itu pun hanya terkekeh ketika mendengar kata-kata barusan. Sabila yang sudah mulai bosan akan pembicaraan tidak jelas ini segera pergi meninggalkan Tama. Gadis yang selalu ingin menyendiri, setelah awalnya dia benar-benar hiperaktif alias tidak bisa diam.
***
Ketika Sabila sudah mau tidur pada malam harinya, tiba-tiba Sabila teringat bahwa dia masih punya teman semasa kecilnya yang bernama Manta. Segeralah ia memberanikan diri untuk menelepon Manta, meskipun pada akhirnya mereka tidak berada di dalam sekolah yang sama. Tetapi sebelum Sabila menelepon Manta, malah justru cowok itu yang menelepon duluan. Pada saat itulah, Sabila segera mengangkat telepon tersebut. “Halo? Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam, Sab. Apa kabar anta hari ini?”
“Alhamdulillah aku baik-baik saja, Man. Kamu juga ‘kan?”
“Iya, alhamdulillah aku juga. Pengen rasanya kita dapat bersama-sama lagi, tapi ... sayangnya kita beda sekolah deh.”
Terdengar bahwa Manta mengucapkan kalimat tersebut dengan perasaan sedih. Sabila yang mendengarnya juga ikutan sedih. Kenyataannya, NEM yang didapat membuat Manta tidak bisa mengikuti jejak Sabila ke SMP favorit yang didambakan oleh Sabila. Tetapi pada akhirnya, gadis kecil tersebut berkata, “Jangan sedih, Man. Kita masih ada kesempatan untuk bertemu lagi kok. Toh, aku juga sangat yakin kalau aku bisa ketemu Ridho lagi di masa depan.”
“Oh, jadi sekarang kau memikirkan Ridho, bukan memikirkanku ya, Sab?” duga seseorang dari seberang sana.
“Tidak kok. Ah sudahlah. Aku malas memikirkan itu. Oke, semoga sekolahmu lancar ya, Man. Sampai ketemu di lain kesempatan. Terima kasih sudah menemaniku di TK sampai SD selama ini,” ujar Sabila sebagai penutup telepon tersebut. Tanpa menunggu balasan dari Manta pun, gadis tersebut sudah menutup teleponnya.
Kini, Sabila sudah bersekolah di suatu SMP negeri yang terfavorit, tanpa Ridho dan juga Manta di dalam kehidupannya.
Kehidupannya akan berubah total.
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...