[Author P.O.V]
Sebelumnya, Rizqi berusaha untuk jujur kepada Sabila, di mana dia sendiri sebenarnya tak ingin mendiamkan temannya selama beberapa hari. Gadis itu benar-benar tak ingin memutuskan ikatan pertemanan dengan lelaki yang sedari dulu menjadi rekan dalam perlombaan Tilawah. Sementara itu, Syifa semakin marah ketika mengetahui bahwa Sya itu adalah gadis yang datang ke kelas 7-A di hari sebelumnya, demi mencari orang yang bernama Sabila. Suara Syifa itulah yang mengundang teguran dari para panitia yang bertugas. Setelah acara pembukaan selesai, mereka langsung pergi ke mushola, tempat diadakannya lomba Tilawah. Namun setelah giliran Sabila dan Rizqi selesai, mereka bersama empat teman lainnya mendapati aksi teror yang hampir saja merusak mushola.
Tiba-tiba sesuatu terjadi pada Sabila. Apa yang terjadi? Akankah semuanya akan segera berakhir? Apakah perjalanan hijrah Sabila sudah selesai? Inilah episode terakhir dari Sabilillah: Hijrah.
***
Aksi teror terjadi. Mereka yang membawa senjata tajam itu langsung menembak asal ke arah Sabila dan kawan-kawan. Keenam orang itu berhasil menghindar dari tembakan tersebut, namun ternyata, Rizqi langsung terjatuh, dan dialah yang akan menjadi target penembakan brutal.
“Ya Allah, Rizqi, awas!” teriak Sabila yang sudah menjauh dari Rizqi, lalu berusaha untuk menyelamatkan lelaki itu dari tembakan maut. Alhasil ... Sabila-lah yang terkena tembakan tersebut, sebanyak 3 kali tembakan. Kondisinya langsung lemas, tubuh langsung ambruk. Mungkin saja, inilah akhir dari perjalanan hijrahnya selama ini.
“Sabila!” teriak Rizqi ketika melihat tubuh Sabila yang ambruk karena tembakan-tembakan dari para teroris. Lelaki itu langsung berlari menghampiri Sabila yang sudah terbaring begitu saja. Gadis itu sudah tak sadarkan diri, dan inilah yang membuat Rizqi semakin panik, apalagi Syifa, Hani, Radian, dan Abistha.
“Sabila! Astaghfirullah!” seru Hani, berusaha keras untuk meninggikan volume suaranya, lebih keras dari biasanya. Tidak biasanya gadis berkacamata itu berteriak seperti yang aslinya. Padahal biasanya, suara Hani paling lembut dari yang lain.
Berbagai upaya dilakukan oleh Hani, Rizqi, maupun yang lainnya untuk membangunkan Sabila, namun sayangnya, gadis itu tetap tak sadarkan diri. Keadaan tubuhnya sangat kaku dan suhu tubuhnya sangat dingin. Rasanya, ini adalah pertanda bagi orang-orang yang akan meninggalkan dunia untuk selamanya. Tetapi, Rizqi sangat tidak menerima hal tersebut. Lelaki itu langsung menggendong tubuh Sabila, tak peduli apakah tindakannya ini dilarang oleh Allah atau tidak.
Melihat reaksi Rizqi yang tiba-tiba mengangkat tubuh Sabila ke klinik terdekat, keempat lainnya langsung mengikuti arah lelaki itu, menyelamatkan teman mereka yang kritis karena tembakan-tembakan maut. Raut muka dari sebagian besar orang-orang tersebut sudah berubah, apalagi Syifa dan Hani yang kini telah menangis, berharap Sabila segera pulih dari kondisinya saat ini.
Benar, mereka tak memerdulikan pengumuman pemenang MTQ nanti, melainkan fokus untuk mencari pertolongan buat Sabila.
***
“Permisi, Dokter, atau semuanya! Tolong selamatkan teman kami, dia benar-benar kritis dan membutuhkan pertolongan!” seru Rizqi dengan nada bicara yang histeris, semakin meninggi, saking syok atas apa yang terjadi pada gadis malang tersebut.
Tanpa berkata apapun, para petugas yang sedang berjaga-jaga di rumah sakit terdekat itu langsung mendorong Sabila yang kini sudah berada di atas ranjang untuk diarahkan ke ruang UGD.
Mereka mengharapkan pertolongan datang untuk gadis yang masih dalam perjalanan hijrahnya menuju orang yang lebih baik dari sebelumnya. Sabila, si gadis baik yang berhati mulia, harus bertahan demi mereka yang menunggu kabar baik tentang Sabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...