[Author P.O.V]
Sebelumnya, Sabila pergi ke rumah Manta—sebenarnya itu rumahnya bu Munah—untuk menceritakan semuanya mengenai Rizqi. Lantas, pernah terbesit niat dari lelaki itu untuk menghajar Rizqi. Lalu di sisi lain, Radian, Syifa, dan Hani sedang bercengkrama di kantin bu Jeje untuk membicarakan tentang kedua teman mereka yang tak hadir. Setelah itu, sikap Radian tiba-tiba berubah setelah mendengar nama ‘Rizqi’ itu. Tetapi pada akhirnya, dia pun memutuskan untuk menyendiri. Selain itu, Rizqi sudah menemukan alamat rumah Sabila yang didapat dari Facebook. Lantas, lelaki itu langsung memesan ojek untuk pergi ke rumah itu. Namun, ketika dia mengetuk pintu dan baru menyadari bahwa tak ada orang di rumah, dia terkejut ketika melihat Sabila dan seorang lelaki berada di belakangnya.
Akankah Sabila akan memaafkan Rizqi, atau sebaliknya? Akankah semuanya dapat kembali ke situasi awal, seperti dulu lagi?
***
“Aku ulangi sekali lagi. Kamu ngapain ada di depan rumahku? Hah?!”
“Maaf ... Sabila,” lirih Rizqi, berharap agar temannya mau memaafkan kesalahannya yang tadi. Sabila berpikir sejenak, apakah Rizqi layak untuk dimaafkan atau tidak, karena sejujurnya, gadis itu sudah cukup sakit hati akan tingkah lakunya yang tadi.
Maka dari itu, Sabila berkata, “Riz, maaf ... aku belum berniat untuk memaafkanmu seutuhnya. Karena pada saat itu aku benar-benar takut dan sedih gara-gara sikap mendadakmu itu. Kecuali kalau kamu mau memberitahuku alasan kamu mengasariku seperti itu. Bagaimana?”
Rizqi berpikir sejenak, dan dia berkata dalam hati, Sudah kuduga kalau Sabila pasti merasa kaget karena sikapku yang tadi. Kalau begitu, aku harus jujur padanya, karena kejujuran adalah kunci pertemanan tetap abadi hingga kapanpun itu.
Maka beberapa saat kemudian, Rizqi menjawab, “Aku ingin bercerita padamu. Tetapi aku minta tolong padamu dan temanmu agar jangan menyebarkan kisah ini, oke?” Sabila dan Manta mengangguk mengiyakan.
Rizqi menghela napasnya sejenak, lalu memulai ceritanya.
“Jadi, aku punya masalah dengan seorang gadis. Dia orangnya tempramental, dan baru kali ini, dia menyuruhku untuk menjauhi kamu. Aku tak mengerti alasannya melakukan seperti itu. Dia hanya bilang kalau kamu tak layak untuk menjadi temanku, hanya gara-gara alim dan aku tak mau menjadi korbannya. Begitu dia ngomongnya. Tetapi saat ini aku ....”
Rizqi tak melanjutkan perkataannya lagi, sementara Sabila masih menyimak penjelasan dari temannya, lalu terkejut bukan main. “Riz ... gadis seperti apa yang kamu maksud? Aku ingin tahu segala asal-usulnya hingga dia berbuat seperti itu padamu.”
“Kamu pernah ketemu gadis itu sebelumnya?” tanya Rizqi balik pada temannya itu.
“Iya, Riz. Siapa dia?” Sabila sudah terlanjur kepo maksimal dan tak jadi kesal pada teman lelakinya itu. Namun lagi-lagi, Rizqi menghela napas beratnya dan melanjutkan ceritanya itu.
“Dia temanku, Sab. Ciri-cirinya dia tak berhijab, mukanya agak berjerawatan dan cukup gendut, iya ‘kan Sab?” Lantas, Sabila menganggukkan kepalanya tanda setuju. Lalu, dia melanjutkan pertanyaannya, “Lalu selanjutnya apa, Riz?”
Rizqi melanjutkannya dengan menjawab, “Pokoknya dia temanku sejak SD dan dia orangnya memang menyebalkan dan tak bisa jauh dariku. Entah mengapa, dia berbuat seperti itu padaku selama ini. Untung orang tuaku masih berteman dengan orang tuanya dan menerima gadis itu apa adanya. Kalau tidak hmm ....”
“Sejak SD? Lama juga ya ...,” gumam Manta yang juga ikut menyimak penjelasan Rizqi.
“Tidak begitu lama, karena aku berteman dengannya sejak kelas 5 SD.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...