Bab 12 - Menjenguk Sabila?

41 1 0
                                    

[Author P.O.V]

Sebelumnya, Hani merasa lega ketika Sabila sudah sadarkan diri di ruangan klinik ibunya. Namun, gadis itu kembali bersedih ketika mendapati Sabila belum dibolehkan untuk pergi ke sekolah dan harus beristirahat hingga kondisinya benar-benar pulih. Seketika itulah, Hani langsung mengirim pesan kepada Syifa sebelum akhirnya berangkat ke sekolah dan menjalani hari-hari tanpa gadis berjilbab sempurna itu. Radian dan Rizqi pun juga ingin ikut menjenguk Sabila setelah pulang sekolah. Namun, pembicaraan kedua cowok dengan Syifa dan Hani terhenti ketika guru sudah masuk ke kelas mereka.

***

“Maafkan aku, Han. Aku tak bisa memberikan yang terbaik, pandanganku juga sudah semakin kabur. Tetapi aku berusaha untuk tak membuatmu kecewa, karena aku akan berdoa untuk kesembuhanku juga,” ujar Sabila lirih yang sebenarnya ditujukan ke Hani, tetapi malah seperti berbicara ke diri sendiri.

Tiba-tiba saja, seorang lelaki datang ke ruangan tempat Sabila dirawat. Dia menghampiri gadis yang sedang memikirkan nasib akan kedua matanya, lalu tiba-tiba lelaki itu memeluk Sabila. Gadis yang terkejut karena pelukan itu langsung saja memukul kedua pundak lelaki itu, meminta untuk melepaskannya dari pelukan ‘ganas’ itu. “Heh, lepaskan aku! Aku tak ingin dipeluk kamu! Tolong lepaskan aku!” seru Sabila kemudian.

Akhirnya, lelaki itu langsung melepaskan pelukan itu sambil tertawa geli. Sabila pun menjadi semakin kesal ketika menyadari bahwa lelaki yang ada di hadapannya itu adalah Manta. “Heh, ternyata kamu lagi kamu lagi kamu lagi!” seru gadis itu kemudian. Ternyata, gadis itu masih bisa melihat tampang wajah lelaki itu, meskipun nanti bakalan kabur jika dilihat dari jauh.

“Hai, Sab. Apa kabar?” tanya Manta singkat. Sabila pun hanya berujar singkat, “Baik.”

“Kok kamu hanya menjawab singkat-singkat begitu?” tanya Manta itu lagi.

Sabila itu langsung menyilangkan kedua tangannya di dada. Dia tak mau menjawab pertanyaan Manta, justru dia malah mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya tentang pertanyaan yang ‘menyimpang’ kepada Manta, “Kamu tuh kok ke sini? Tak sekolah, ya?”

“Aku sekolah, hanya saja sekolahku hari ini masuk siang,” ujar Manta lirih. Seketika itulah yang membuat Sabila terkejut setengah mati. Dia pun berpikir dalam hati, Kok bisa si Manta tak masuk sekolah di pagi hari, namun pada siang hari? Ternyata aturan sekolahnya unik, lain dari yang lain.

Gadis  itupun kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat reaksi Sabila itu, Manta pun bertanya, “Kamu kenapa, Sab? Ada masalah?” Seketika itu, Sabila langsung berkata, “Ah tidak kok, Man. Aku ... baik ... baik ... saja.”

“Oh begitu, ya sudah,” kata Manta pada akhirnya, “aku pergi dulu.” Lelaki itupun langsung membalikkan badannya, berniat untuk meninggalkan gadis itu. Namun Sabila mencoba untuk melarang Manta pergi meninggalkannya sejenak. “Eh Man, tunggu dong!” seru gadis itu kemudian. Lantas, langkah lelaki itu terhenti untuk sementara, lalu membalikkan badannya kembali menghadap Sabila.

“Ada apa?”

“Apa kau punya sedikit rahasia yang  harus aku ketahui?” tanya gadis itu lirih. Manta pun kebingungan akan maksud gadis tersebut. Dia pun balik bertanya, “Rahasia apa, Sab? Apa maksudmu?”

Sabila menghela napasnya sejenak, lalu dia berkata, “Jadi begini, Man. Kau lihat kedua mataku yang sekarang, ‘kan Man? Coba lihat baik-baik!” Dia pun menyuruh Manta untuk mengamati kedua mata gadis itu dengan saksama, dan Manta pun melihatnya.

Setelah mengamati kedua mata itu, Manta pun bertanya, “Matamu merah ya?”

Sabila pun hanya menundukkan kepalanya sambil berujar singkat dan lirih, “Iya Man.”

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang