[Author P.O.V]
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.”
(Hadits Nabi SAW)***
Sebelumnya, ada yang baru terkait dengan kehidupan Sabila yang kini dia berniat untuk hijrah di jalan Allah SWT. Pasalnya, gadis itu diikutkan oleh bu Fiani, guru Agama Islam di kelasnya, dalam perlombaan-perlombaan yang bernafaskan Islami. Sebenarnya dia menyetujui untuk mengikuti lomba tersebut, tetapi tetap saja dia merasa canggung. Karena, dia sendiri tidak tahu lomba apa yang akan dia ikuti, dengan siapa dia akan berkompetisi, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang masih mengganjal di hati gadis itu.
Hingga pada akhirnya, Sabila pun memutuskan untuk keluar dari kantor guru tersebut dan langsung berjalan menuju kelasnya di lantai 2 agar tidak dianggap terlambat oleh guru yang mengajar di jam pertama sekolahnya.
***
“Sab, seriuslah?!”
Syifa, teman sebangku Sabila, langsung merespon dengan kagetnya. Dia pun berseru demikian karena awalnya gadis itu tidak percaya akan apa yang Sabila katakan barusan. Sebenarnya, teman sebangkunya Syifa itu sudah menceritakan semuanya mengenai apa yang dia dapat dari kantor guru pada saat menghampiri meja bu Fiani tadi.
Lalu pada akhirnya, Sabila pun tidak merespon apapun, hanya sebuah anggukan yang Syifa dapatkan. Gadis yang lebih senang menyelempangkan kerudung segiempatnya ke bahu kanan dan kiri itupun berkata pada Sabila, “Sab, aku bangga padamu. Kau beruntung jika bisa hijrah ke jalanNya yang lebih terang dari sebelumnya. Kau itu diikutkan dalam perlombaan sama bu Fiani. Kau harus menerimanya. Tunjukkan kalau kau itu—“
Belum selesai si Syifa itu menasehati Sabila, gadis yang dinasehati itupun memotong nasehat itu dengan balasan seperti berikut. “Tapi, Syif. Aku tidak begitu berani jika harus berkompetisi untuk saat ini. Aku pun baru masuk SMP, dan aku masih dalam masa-masa adaptasi akan sekolah baru yang jauh dari rumahku ini. Lumayan jauh jaraknya dan cukup lama bagiku untuk menyesuaikannya dengan yang di sini,” jelasnya panjang lebar.
Syifa pun menyimak tiap kata per kata yang diucapkan Sabila dengan saksama. Dia mengerti perasaan teman sebangkunya itu ketika merasa belum terlalu bisa beradaptasi dengan sekolah SMPnya. Apalagi jika diiringi dengan hijrah yang sedari tadi diniatkan Sabila hanya untuk Allah semata.
Lalu pada akhirnya, Syifa pun berkata padanya, “Aku tahu, Sab. Tapi, kau tidak bisa berlama-lama dalam penyesuaian dengan sekolah favorit yang kita cintai ini. Kau harus bisa menunjukkan dirimu bahwa kaulah yang paling terbaik di antara yang lain. Sejujurnya, aku pun bingung sekaligus kaget ketika mendengar bahwa bu Fiani itu memilihmu padahal kita baru saja memasuki masa-masa SMP.”
“Jadi sebenarnya apakah kau itu mendukungku atau justru sebaliknya?” tanya Sabila itu kemudian. Pasalnya, gadis itu mengira bahwa teman sebangkunya itu adalah orang yang labil dalam perkataannya dari tadi.
Syifa yang ditanya barusan itu malah menjawab, “Jika aku dianggap labil olehmu, aku minta maaf ya. Ini semua karena keterkejutanku, jadi aku tiba-tiba labil seperti ini, hehe.” Terselip sedikit tawa geli di dalam obrolannya itu. Sedangkan Sabila yang mendengarnya itupun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba, seorang guru pun masuk ke kelasnya. Syifa dan Sabila pun menghentikan pembicaraan mereka sejenak. Begitu pula yang lainnya, di mana hampir semua pasang bangku yang ada di kelas tersebut puas untuk terlarut dalam obrolan msaing-masing. Suasana pun seketika hening tanpa suara.
***
Waktu istirahat pun tiba. Hani menghampiri Syifa dan Sabila yang belum sempat bersiap-siap untuk keluar ke kantin. “Hai teman-teman. Mau ke kantin, tidak?” ajak Hani itu lagi. Gadis yang memakai kerudung langsung itu sudah menganggap mereka berdua sebagai sahabatnya sendiri. Padahal dulunya, dia sendirilah yang berasal dari sekolah dasar yang di mana tidak ada satupun yang bersekolah dengannya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...