Bab 21 - Konflik 5 Sekawan

24 0 0
                                    

[Author P.O.V]

Sebelumnya, Sabila tak ingin memaafkan Rizqi, namun dia memberi syarat pada lelaki itu agar menceritakan semua masalah yang membuat sikap Rizqi berubah secara tiba-tiba. Lelaki itu menyetujuinya dan menceritakan semuanya. Ternyata, seorang gadis menjadi penyebabnya dan semuanya berhubungan dengan kejadian di masa lalu, di mana Sabila pernah menemui gadis yang menjadi teman Rizqi sejak kelas 5 SD. Sementara itu di sisi lain, Radian ditanya oleh abangnya, Ray, mengenai masalahnya. Radian pun menceritakan tentang 5 sekawan yang dirinya sendiri tak tahu tentang keberadaan Rizqi sekarang. Radian sudah terlalu badmood atas semua masalah ini—meskipun hanya satu masalah yang dipikirkannya. Kemudian kembali ke Sabila, Manta, dan Rizqi, dimana mereka bertiga ketahuan oleh orangnya langsung karena sedari tadi membicarakannya sepanjang hari.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ini dia kelanjutannya. Beberapa chapter menuju ending lho!

***

“Aku dengar kalian semua membicarakanku.”

Seketika itu, Sabila, Manta, dan Rizqi menghadap ke arah sumber suara dan ternyata ....

“Kau?” ucap Rizqi tak percaya. “Kenapa kau di sini? Mau jadi mata-mata?”

Gadis itu menjawab pada Rizqi sambil bertanya balik, “Iya. Mengapa kalian semua membicarakanku? Apakah tak ada topik lain yang bisa kalian ambil?” Lantas, Rizqi, Sabila, dan Manta menggelengkan kepala masing-masing, pertanda tak tahu alasan sekaligus tak tahu topik lain yang bisa diambil.

“Ternyata kalian semua gila,” ucap gadis asing itu secara spontan.

Rizqi yang mendengar ucapan ‘gila’ itu segera membalas, “Kau menganggap kami gila? Atas dasar apa kau lakukan itu? Dasar gadis genit, tch.” Lalu dia membuang ludahnya ke samping, pertanda kesal kepada gadis asing yang belum diketahui namanya oleh Sabila dan Manta.

“Sampai kalian menghentikan pembicaraan kalian tentangku, aku akan menarik ucapanku.”

“Ih ogah! Siapa juga yang mau menghentikan gosip itu. Apalagi itu sifat benar-benaran, ‘kan?” sahut Manta secara langsung tanpa basa-basi lagi. Lantas, gadis itu menjadi semakin kesal kepada ketiga orang yang dihadapinya.

Melihat respon gadis asing yang semakin kesal kepada mereka, Sabila, satu di antara mereka, bertanya, “Sudah jangan begitu kesal pada kami. Coba sebutkan namamu dan siapa tahu kami semua pada akhirnya bisa berteman denganmu.”

“Apakah penting namaku saat ini? Lalu, aku merasa ogah ketika harus berteman dengan kau dan temanmu itu. Sekian dan terima kasih,” balas gadis asing sambil menunjuk Sabila dan Manta secara bergantian. Dia benar-benar menyombongkan dirinya, dengan bukti tak ingin berteman dengan Sabila dan Manta, sedangkan Rizqi, ya, dialah satu-satunya yang dianggap teman oleh gadis itu.

Ternyata, gadis asing itu memilih-milih teman. Dia hanya berteman dengan Rizqi dan mengabaikan Sabila serta Manta.

Lantas, Sabila pun menggelengkan kepalanya, lalu berkata, “Kamu tak boleh menyombongkan diri seperti itu. Dosa, tahu! Orang yang menyombongkan diri itu nanti pada akhirnya akan masuk—“

“Neraka?” sambung gadis asing itu secara cepat, lalu tertawa terbahak-bahak.

Tak peduli akan tawaan dari gadis asing, Sabila kembali berujar, “Iya, itu kamu tahu. Kalau tahu, kamu pasti akan menjauhi sikap sombong itu, ‘kan?”

“Sayang sekali, wahai gadis sok alim. Tetapi sampai kapan kau akan mengguruiku seperti itu? Sok-sok seperti ustadzah aja kau!” seru gadis asing itu. “Kalau kau mau begitu, pergi dari sekolah kami dan masuk pesantren saja sana!” sambungnya.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang