Bab 7 - Teman yang Tulus

75 2 0
                                    

[Author P.O.V]

Jika engkau tidak mampu menggunakan hartamu, bertemanlah dengan orang yang apabila engkau berbuat baik kepadanya, ia pun membalasmu, jika melihat kebaikan, ia menyebutnya dan jika engkau berbuat dosa, ia pun mencegahnya.
(Nasehat Alqamah)

***

Sebelumnya, setelah bu Fiani mengizinkan Sabila untuk pergi kembali ke kelasnya, gadis itupun langsung kembali ke kelasnya di lantai 2. Dia cukup puas akan informasi tersebut, tetapi tetap saja, beberapa pertanyaan yang berputar-putar di otaknya itu belum sempat terjawab. Rasa penasaranya belum dapat dipuaskan. Awalnya, dia simpan sendiri masalahnya, tetapi lama-kelamaan, Syifa dan Hani akhirnya mengetahui apa yang dipermasalahkan oleh teman mereka itu.

***

Hingga pada beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja Sabila, Hani, dan Syifa ditabrak oleh sekelompok orang yang berlari-lari di koridor. Mereka pun terjatuh di lantai, mungkin menyisakan luka lecet atau lebih parah lagi di antara mereka bertiga. Tak lupa juga, Syifa pun marah dan berkata, “Heh, siapa sih yang menabrak kami? Kurang ajar mereka itu!”

Namun sayangnya, tidak ada yang menjawab. Sekelompok itu sudah bergerak menjauh.

Syifa dan Sabila pun berusaha untuk bangkit tanpa bantuan orang lain, tetapi si Hani merasa kesulitan untuk bangkit dikarenakan kondisi tubuhnya yang tidak fit dan badannya pun berisi dari awal. “Tolong bantu aku untuk bangkit dari jatuh ini, teman-teman,” ujar Hani lirih, seraya mengulurkan tangan kanannya kepada salah seorang di antara Sabila dan Syifa yang bisa membantu Hani untuk bangkit.

Maka, si Sabila pun langsung membantu Hani untuk bangkit dari jatuh itu. Gadis itu mengulurkan tangannya, memegang tangan Hani dan akhirnya temannya itu dapat berdiri kembali. Hani pun mengucapkan terima kasih kepada teman barunya itu.

Setelah semuanya bangkit, Sabila pun bertanya, “Siapa sih yang menabrak kita tadi itu? Kok mereka tidak bertanggung jawab sih?” Seketika itu pula Syifa dan Hani hanya mengidikkan bahunya, pertanda tidak tahu atas apa yang ditanyakan sebelumnya.

“Ya sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita ke kantin,” ujar Sabila itu lagi. Akhirnya, mereka bertiga pun tetap melanjutkan perjalanan mereka ke kantin melewati koridor yang dimana jarak yang harus ditempuh mereka itu cukup jauh dari kelas mereka di lantai atas.

***

Sesampainya di kantin, Sabila pun berujar dengan lirih kepada kedua temannya itu, “Seperti perkataanku tadi, aku lagi tidak bawa uang. Jadi kalian saja yang jajan. Nikmati makanan dan minuman yang tersedia di sana dan jangan pikirkan aku ya.”

Mendengar bahwa Sabila itu tidak memiliki uang sama sekali untuk membeli makanan, Syifa dan Hani pun berlomba-lomba untuk meminjamkan uang pada teman mereka itu. Pertama, dari Syifa, dia pun berkata, “Jangan khawatir, Sab. Kan aku sudah bilang. Aku bisa mentraktirmu makanan yang kamu suka. Masalah uang yang mau kau ganti, itu tidak perlu kau pikirkan.”

Kedua, dari Hani, dia malah berkata, “Aku sudah berniat untuk meminjamimu uang, Sab. Kau bisa beli apa saja yang kau mau. Jangan ragu untuk menerima bantuanku, oke? Masalah uang yang mau kau ganti untuk itu, bisa kapan saja kau membayarnya padaku.”

Sabila yang mendengar tawaran dari kedua temannya yang berbeda isinya namun intinya sama itupun hanya tersenyum pulas. Gadis itu tidak menyangka jika Syifa dan Hani pun sama-sama berniat untuk membantu Sabila dalam menyelesaikan masalahnya terkait uang yang tidak cukup itu.

Dia pun bertanya kepada kedua temannya, “Kalian yakin mau mentraktirku atau meminjamiku uang?” Saking tidak percayanya, Sabila berniat untuk meyakinkan Syifa dan Hani kembali atas kata-kata yang baru saja mereka ucapkan.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang